248
bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir 2015;
ii Penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga, atau denda, untuk kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan
Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir;
iii Tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas kewajiban
perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir; dan
iv Penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, dalam hal wajib pajak
sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan atas kewajiban
perpajakan, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang sebelumnya telah ditangguhkan.
Dari fitur-fitur tersebut terlihat bahwa pengampunan pajak kali ini
diberikan secara penuh
fully fledge . Terdapat dua alasan pemberian fasilitas-fasilitas
tersebut. Pertama, untuk memastikan bahwa program ini
menarik dan dapat mendorong partisipasi yang luas
. Dengan demikian, dapat dimanfaatkan oleh seluruh wajib pajak yang berada pada kelompok 2, 3, dan 4 sesuai
piramida kepatuhan. Kedua, pemberian fasilitas tersebut telah m
empertimbangkan aspek proporsionalitas
dalam hukum pajak, yaitu pemilihan cara yang tepat untuk mencapai tujuannya. Tujuan dari program
pengampunan pajak ini adalah sesuatu yang lebih luas dan strategis yang meliputi upaya repatriasi, peningkatan basis pajak, serta penerimaan.
Mencapai ketiga tujuan sekaligus merupakan hal yang sulit dan membutuhkan suatu desain pengampunan pajak yang cakupannya juga luas. Selain itu,
aspek proporsionalitas juga terlihat dari keseimbangan antara
reward fasilitas-
fasilitas dengan punishment
sanksi bagi pihak yang tidak memanfaatkan namun tidak patuh, maupun pihak yang memanfaatkan namun tidak jujur.
4.5. Tidak Mengampuni atau Melegalisasi Tindak Pidana Lainnya
Dalam program pengampunan pajak,
hanya tindak pidana perpajakan saja
yang diampuni. Artinya, pengampunan pajak tidak akan menggugurkan,
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
249
mengurangi, atau menghapuskan tindak pidana lain. Dengan demikian, peluang untuk penegakan hukum di bidang tindak pidana lainnya masih
terbuka. Akan tetapi, dalam upaya penegakan tersebut dasar penyelidikan, penyidikan, danatau penuntutan pidana informasi yang dipergunakan
haruslah berasal dari
sumber lain
dan bukan yang terkandung dalam Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak.
Lebih lanjut lagi, penting untuk dicatat bahwa Undang-Undang Perpajakan di Indonesia
tidak memperhatikan asal dari penghasilan
yang dikenakan pajak. Oleh karena itu, setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
bersumber dari aktivitas ilegal sekalipun seharusnya dapat dikenakan pajak. Selain itu, otoritas pajak juga hanya berwenang memungut pajak dan tidak
memiliki otoritas untuk melegalisasi aktivitas ekonomi tersebut. Pemungutan pajak atas aktivitas yang melanggar hukum tidak serta merta berarti
melegalkannya.
4.6. Jaminan Kerahasiaan Informasi
Pasal 20 UU Pengampunan Pajak memberikan jaminan bahwa data dan informasi yang bersumber dari Surat Pernyataan Harta dan lampirannya yang
diadministrasikan oleh Kementerian Keuangan atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan UU Pengampunan Pajak tidak dapat dijadikan sebagai
dasar penyelidikan, penyidikan, danatau penuntutan pidana terhadap wajib pajak.
Adapun Pasal 21 ayat 3 UU Pengampunan Pajak menyatakan bahwa Menteri, Wakil Menteri, pegawai Kementerian Keuangan, termasuk pihak lain
yang berkaitan dengan pelaksanaan Pengampunan Pajak, dilarang membocorkan, menyebarluaskan, danatau memberitahukan data dan
informasi yang diketahui atau diberitahukan oleh wajib pajak kepada pihak lain.
Pasal 20 dan Pasal 21 ayat 3 di atas sejalan dengan masalah pengaturan kerahasiaan
confidentiality informasi wajib pajak merupakan salah satu
elemen utama
hak-hak wajib pajak yang mendasar
. Artinya, undang-undang maupun ketentuan administrasi pajak harus mengatur bahwa informasi yang
diberikan wajib pajak terkait kewajiban perpajakannya tidak boleh diungkapkan kepada publik kecuali dengan seijin wajib pajak yang bersangkutan. Hak wajib
pajak atas privasi maupun atas kerahasiaan mengharuskan otoritas pajak
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
250
untuk tidak akan menggunakan atau membocorkan informasi pribadi atau keuangan wajib pajak, menjaga kerahasiaan setiap informasi yang diperoleh,
diterima, atau didapat, serta hanya mengizinkan petugas yang telah disahkan oleh hukum untuk menjalankan pemeriksaan data pribadi atau data keuangan
wajib pajak. Jika terdapat perlakuan yang adil dan penghormatan atas hak- haknya, wajib pajak cenderung bersedia
lebih patuh
terhadap kewajiban perpajakannya.
Sekali lagi perlu dipahami bahwa UU Pengampunan Pajak hanya dimaksudkan untuk mengampuni kewajiban pajak dan pidana pajak dan
tidak dimaksudkan untuk mengampuni pidana lainnya
. Apabila aparat penegak hukumpihak lain
memiliki sumber data sendiri
atas harta yang dilaporkan oleh wajib pajak dalam Surat Pernyataan maka atas harta yang dilaporkan
dalam Surat Pernyataan dapat dijadikan sebagai objek sita, perampasan, objek sengketa perdata dan sebagainya.
5. PROSPEK KEBERHASILAN PENGAMPUNAN PAJAK