Menunggu Perubahan Lanskap Pajak di Masa yang Akan Datang

233 terkini, dan andal dalam implementasi risk management yang kemudian dapat dipergunakan sebagai alat memetakan potensi penerimaan, alat verifikasi dalam pemeriksaan, hingga upaya penagihan wajib pajak. Informasi mengenai harta wajib pajak juga dapat digunakan sebagai basis cross-referencing maupun kesesuaian data data matching untuk mendeteksi adanya perilaku tax evasion atau juga praktik pencucian uang yang melibatkan tax fraud. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika terdapat korelasi positif antara ketersediaan data dan tingkat kepatuhan . Dalam konteks Indonesia, tidak adanya integrasi data keuangan, kependudukan, serta perpajakan telah membuat Ditjen Pajak sulit untuk membuktikan kebenaran SPT PPh Tahunan wajib pajak. Lebih lanjut lagi, upaya mengakses data perbankan untuk kepentingan pajak terbentur persoalan hukum dan penolakan dari publik. Dengan demikian, opsi penegakan hukum pada dasarnya tidak feasible terutama mengingat kapasitas kelembagaan Ditjen Pajak serta terbatasnya akses data dan informasi.

2.2. Menunggu Perubahan Lanskap Pajak di Masa yang Akan Datang

Opsi kebijakan yang kedua berangkat dari adanya prospek perubahan lanskap pajak di masa yang akan datang. Adanya keinginan untuk melakukan reformasi pajak, termasuk adanya transformasi kelembagaan otoritas pajak, serta kerjasama global di bidang pertukaran informasi secara otomatis telah menciptakan bayangan situasi pajak yang akan lebih baik. Akan tetapi, apakah pilihan kebijakan untuk tidak melakukan sesuatu terobosan business as usual sembari menunggu datangnya perubahan tersebut perlu untuk dilakukan? Adapun perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

2.2.1. Reformasi Pajak

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2015- 2019, Presiden Joko Widodo telah menetapkan target tax ratio sebesar 16 di tahun 2019. Hal tersebut akan dilakukan melalui reformasi perpajakan yang komprehensif. Salah satu bentuk reformasi pajak tersebut adalah penyempurnaan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk insentif pajak untuk mendorong reindustrialisasi yang berkelanjutan dalam rangka transformasi ekonomi. Selain itu, akan ada pembenahan sistem administrasi Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id 234 perpajakan serta ekstensifikasi dan intensifikasi PPNdan PPh Orang Pribadi melalui perluasan basis pajak. Pembahasan mengenai revisi UU KUP, UU PPh dan UU PPN direncanakan akan rampung di tahun 2017. Dengan demikian, pada tahun 2018 terdapat suatu sistem pajak baru yang akan diterapkan di Indonesia.

2.2.2. Transformasi Kelembagaan

Reformasi administrasi pajak sesungguhnya juga memerlukan upaya reorganisasi administrasi pajak secara permanen dan perbaikan manajemen di dalam otoritas pajak-. Kelembagaan memainkan peranan yang penting dalam proses reformasi perpajakan. Apalagi dalam kenyataannya, hukum dan kebijakan pajak hanya dapat berfungsi dengan baik selama administrasi pajak yang baik tersedia . Pada tahun 2018, direncanakan kelembagaan otoritas pajak di Indonesia Ditjen Pajak akan bertransformasi menjadi suatu bentuk yang lebih independen semi otonom di mana terdapat pemberian kewenangan yang lebih luas semi-autonomous revenue authority SARA. Kerangka kelembagaan baru tersebut akan bernama Badan Penerimaan Pajak BPP. Diadopsinya model SARA dalam kelembagaan administrasi perpajakan bermuara pada dua hal: efektivitas dan efisiensi. SARA dinilai mampu menjalankan fungsi dasar pemungutan pajak lebih baik daripada model otoritas pajak tradisional. Selain itu, kelembagaan model SARA dapat menjadi katalisator untuk memungkinkan keberhasilan reformasi administrasi pajak yang lebih luas. BPP akan menciptakan keluwesan fleksibilitas dalam struktur organisasi, penguatan sistem informasi teknologi, hingga remunerasi yang berbasis kinerja dan profesionalisme. Hal-hal tersebut merupakan solusi atas hal-hal yang selama ini memperlambat upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak debottle-necking . Kepatuhan yang bersumber dari aspek pemaksaan misalkan berupa peningkatan kuantitas dan kualitas pemeriksaan serta kesukarelaan misalkan dari kemauan untuk berpartisipasi karena adanya kepercayaan atas hadirnya transparansi akan meningkat. Singkatnya, sinyalemen atas kuatnya otoritas pajak sangat jelas di bawah BPP. Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id 235

2.2.3. Era Pertukaran Informasi secara Otomatis

Mencermati adanya perencanaan pajak yang agresif, praktik offshore tax evasion, serta meningkatnya kompetisi pajak yang tidak sehat; terdapat kebutuhan global untuk menciptakan lebih banyak transparansi, khususnya di sektor keuangan dan perpajakan. Salah satunya diwujudkan melalui pertukaran informasi secara otomatis Automatic Exchange of Information AEoI yang diinisasi oleh Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes , yang didukung oleh OECD dan G20. Sejauh ini sudah 104 negara sudah berkomitmen untuk saling mempertukarkan informasi data nasabah negara lain kepada otoritas pajak melalui penandatanganan Multilateral Convention on Mutual Administrative Assistance in Tax Matters . Indonesia sendiri baru akan memulai hal tersebut di tahun 2018. Adanya transparansi data perbankan untuk tujuan pajak ini berdampak pada dua hal. Pertama, adanya pertukaran informasi secara otomatis jelas akan memperbaiki alatpendeteksi atas penggelapan pajak yang dilakukan dengan menyembunyikan dana di negara lain. Kedua, negara-negara tax haven semakin kehilangan keunggulan komparatif sebagai tempat ‘berlabuhnya’ aliran dana dari negara lain. Lalu, apakah datangnya ketiga era baru tersebut cukup layak untuk ditunggu, sehingga tidak diperlukan kebijakan terobosan lain? Situasi sektor pajak di masa yang akan datang memang sangat menjanjikan, namun pemerintah tidak bisa menunggu seluruh wajib pajak untuk patuh karena hal tersebut tidak dapat diprediksi. Selama menunggu hal tersebut maka akan terdapat free rider dalam sistem fiskal, yang justru akan memberikan beban yang lebih tinggi bagi honest tax payers .

2.3. Pengampunan Pajak sebagai Kebijakan Terobosan