247
belum atau belum sepenuhnya diungkap tersebut dapat dipergunakan dalam
memetakan perilaku kepatuhan wajib pajak
. ii Alasan kesederhanaan.Upaya melacak harta pada hakikatnya akan jauh
lebih mudah jika dibandingkan dengan upaya melacak transaksi penghasilan. Pengungkapan harta sebagai prasyarat pengampunan juga
turut mempertimbangkan
administrative cost pada saat periode pasca
pengampunan pajak, di mana meningkatkan kepatuhan akan lebih efisien karena adanya informasi atas harta wajib pajak sebagai alat verifikasi.
iii Dalam konteks sistem self assessment
dengan besaran shadow
economy yang tinggi, seperti di Indonesia, maka upaya
matching antara
harta dengan pembayaran pajak menjadi sangat penting. Matching
antara nilai pajak yang selama ini dibayarkan dengan jumlah kekayaan akan
membuat pemeriksaan pajak semakin mudah. Pada berikutnya, gap
antara pembayaran pajak dan jumlah harta dapat menjadi indikasi adanya penghasilan yang selama ini tidak tercatat atau tidak dilaporkan.
Selain itu, pengungkapan harta tersebut akan sangat bermanfaat bagi penegakan hukum pajak dan upaya memonitor naik turunnya kekayaan
wajib pajak di masa mendatang.
Terkait dengan kewajiban untuk mengungkapkan harta, pengampunan pajak seharusnya ‘tidak dibaca’ sebagai penghilangan unsur paksaan, karena
melalui pengampunan pajak justru pemerintah
memaksa
wajib pajak yang selama ini tidak patuh agar menjadi patuh. Lebih lanjut lagi, sifat ‘memaksa’
dari pajak juga dapat dilihat dari
upaya memaksa pengungkapan harta
yang belum atau belum sepenuhnya dilaporkan bagi wajib pajak yang ingin
mendapatkan pengampunan. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 5 dan 6 UU Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Jadi, elemen paksaan
yang ada dalam sistem pajak sejatinya
tidak hilang
.
4.4. Fasilitas yang Diberikan
Desain program pengampunan pajak paling tidak memberikanempatfasilitas yang berkaitan dengan kewajiban PPh, dan PPN atau PPnBM, yaitu:
i penghapusan pajak terutang yang belum diterbitkan ketetapan pajak, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan, dan tidak dikenai sanksi pidana di
bidang perpajakan, untuk kewajiban perpajakan dalam masa pajak,
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
248
bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir 2015;
ii Penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga, atau denda, untuk kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan
Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir;
iii Tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas kewajiban
perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir; dan
iv Penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, dalam hal wajib pajak
sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan atas kewajiban
perpajakan, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang sebelumnya telah ditangguhkan.
Dari fitur-fitur tersebut terlihat bahwa pengampunan pajak kali ini
diberikan secara penuh
fully fledge . Terdapat dua alasan pemberian fasilitas-fasilitas
tersebut. Pertama, untuk memastikan bahwa program ini
menarik dan dapat mendorong partisipasi yang luas
. Dengan demikian, dapat dimanfaatkan oleh seluruh wajib pajak yang berada pada kelompok 2, 3, dan 4 sesuai
piramida kepatuhan. Kedua, pemberian fasilitas tersebut telah m
empertimbangkan aspek proporsionalitas
dalam hukum pajak, yaitu pemilihan cara yang tepat untuk mencapai tujuannya. Tujuan dari program
pengampunan pajak ini adalah sesuatu yang lebih luas dan strategis yang meliputi upaya repatriasi, peningkatan basis pajak, serta penerimaan.
Mencapai ketiga tujuan sekaligus merupakan hal yang sulit dan membutuhkan suatu desain pengampunan pajak yang cakupannya juga luas. Selain itu,
aspek proporsionalitas juga terlihat dari keseimbangan antara
reward fasilitas-
fasilitas dengan punishment
sanksi bagi pihak yang tidak memanfaatkan namun tidak patuh, maupun pihak yang memanfaatkan namun tidak jujur.
4.5. Tidak Mengampuni atau Melegalisasi Tindak Pidana Lainnya