239
Mencermati ketiga pilihan kebijakan tersebut: i penegakan hukum; ii menunggu datangnya era perubahan di masa yang akan datang; serta iii
melakukan kebijakan terobosan melalui pengampunan pajak; maka pengampunan pajak sejatinya merupakan
pilihan rasional di tengah kebuntuan
untuk memperbaiki situasi pajak di Indonesia. Hal ini akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
3. PENGAMPUNAN PAJAK: JUSTIFIKASI DI INDONESIA
Paling tidak terdapat lima justifikasi mengapa pengampunan pajak perlu dilaksanakan di Indonesia di 2016 ini.
3.1. Distribusi Keadilan yang Lebih Merata
Dalam sistem perpajakan yang modern, perilaku ketidakpatuhan tidak dapat dibenarkan mengingat perilaku ini berpotensi mencederai prinsip integritas
dalam sistem perpajakan, di mana setiap pihak diminta untuk berkontribusi kepada negara sesuai dengan kemampuan mereka
paying their fair share ,
sehingga tidak ada satu kelompok pun yang menjadi free-rider
dalam masyarakat. Unsur keadilandalam distribusi beban pajak merupakan
komponen utama atas fair share
dalam sistem pajak. Justru untuk mencapai apa yang disebut sebagai
fair share dan mencapai
keadilan, dibutuhkanlah suatu
kebijakan terobosan seperti halnya pengampunan pajak
. Hal ini diperkuat oleh Jeremy Bentham, salah satu penggagas teori utililtarian. Menurutnya,
pengampunan pajak dapat dijustifikasi jika kerugian yang ditanggung oleh masyarakat secara
umum dengan adanya pengenaan pajak secara biasa mempertahankan hukuman akan lebih besar daripada kerugian yang diemban oleh
masyarakat jika terdapat pengampunan pajak
. Dari dalil dan fakta situasi pajak di Indonesia terlihat bahwa pengampunan
pajak dapat dijustifikasi. Hal ini dikarenakan -terlepas dari banyaknya wajib pajak tidak patuh yang pada akhirnya berpartisipasi- kebijakan ini akan
memberikan manfaat kepada seluruh wajib pajak karena
bertambahnya basis pajak
. Selain itu, pengampunan pajak dapat dijustifikasi ketika tidak ada cara lain untuk mengidentifikasi wajib pajak tidak patuh, selain memberikan insentif
melalui pengampunan pajak. Di masa mendatang, pengenaan pajak justru
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
240
akan menjadi lebih adil karena beban pajak dialokasikan secara merata berdasarkan kemampuan masing-masing wajib pajak.
Perdebatan mengenai prinsip keadilan juga dapat dilihat pada contoh putusan Mahkamah Konstitusi MK Jerman pada tahun 1990. Isu konstitusionalitas
pengampunan pajak ini dibawa ke MK Jerman oleh Pengadilan khusus di bidang Keuangan
Finance Tribunal karena dianggap bertentangan dengan
konstitusi Jerman Grundgesetz
yang mengatur tentang perlakuan yang sama di hadapan hukum
equality before the law . Intinya, mereka yang sama
diperlakukan sama like things must be treated alike
dan mereka yang tidak sama diperlakukan tidak sama
unlike must be treated unlike . Setiap aturan
yang menyimpang dari prinsip equality
ini harus dijustifikasi berdasarkan alasan yang objektif.
Dalam putusannya, MK Jerman memiliki pandangan yang berbeda dengan Finance Tribunal
. MK Jerman menganggap bahwa tujuan dari pengampunan pajak adalah membawa kembali wajib pajak yang selama ini tidak melaporkan
penghasilannya untuk berlaku jujur dengan melaporkan seluruh penghasilan yang diterimanya. MK Jerman mempertimbangkan pengampunan pajak
sebagai suatu “
jembatan
” kepada wajib pajak yang selama ini tidak patuh untuk kembali patuh terhadap hukum pajak
bridge to legality . Jadi, menurut
MK Jerman, perlakuan yang berbeda antara wajib pajak yang tidak patuh dan wajib pajak patuh
dijustifikasi oleh tujuan dan maksud dari legislasi pengampunan pajak
, sebagai jembatan menuju kepatuhan dan demi peningkatan penerimaan negara.
MK Jerman mempertimbangkan motif utama dari legislasi pengampunan pajakyaitu untuk mengatasi permasalahan fiskal. MK Jerman menyatakan
bahwa dengan adanya pengampunan pajak, ke depan tidak ada lagi wajib pajak yang dapat menyembunyikan penghasilannya dari kejaran otoritas pajak.
Implikasinya, atas penghasilan yang selama ini disembunyikan tersebut akan dikenakan pajak. Tentu ini akan meningkatkan penerimaan negara karena
penambahan subjek pajak dan objek pajak baru untuk basis penerimaan pajak.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
241
3.2. Transisi ke Era Baru