III-5
dimaksud disini adalah perusahaan manufaktur, informasi permintaan yang dimaksud mungkin berupa informasi kebutuhan mereka terhadap bahan baku atau
komponen dalam beberapa periode mendatang. Dengan mengetahui informasi tersebut, pemasok akan menentukan sendiri waktu dan jumlah pengiriman ke
perusahaan pembeli. Tentu pembeli juga harus memberikan indikasi berapa minimum dan maksimum persediaan yang mereka harapkan.
Diperlukan koordinasi dan pertukaran informasi yang lancar antara kedua belah pihak untuk menjamin VMI ini berjalan dengan baik. Mereka yang sukses
menerapkan program VMI adalah yang memiliki infrastruktur komunikasi dan informasi yang bagus sehingga pembeli bisa memberikan data penjualan maupun
persediaan dari waktu ke waktu secara real time. Pemasok juga harus punya kemampuan untuk mengambil keputusan pengiriman dengan tepat. Kemampuan
untuk menganalisis pola permintaan, lead time pengiriman, dan meramalkan permintaan perlu dimiliki oleh pemasok. Mereka juga harus sama-sama
memahami beberapa service level yang harus dicapai. Menurut M.A. Darwish dan O.M. Odah
4
4
M.A. Darwish dan O.M. Odah, “Vendor managed inventory model for single-vendor multi-retailer supply chains”, Eurpoean Journal of Operation ResearchOnline, 2010, hlm. 473
Vendor Managed Inventory adalah pendekatan terpadu untuk koordinasi vendor dan buyer, dimana vendor
yang memutuskan tingkat persediaan yang tepat dalam batas-batas yang disepakati dalam kesepakatan kontraktual antara vendor dan buyer. Dalam
kontrak ini, vendor biasanya dikenakan biaya penalti untuk item yang melebihi batas.
III-6
Menurut Yuliang Yao
5
berdasarkan gambaran sistem, Vendor Managed Inventory adalah sebuah metode yang dapat meningkatkan kinerja supply chain
dengan cara mngurangi tingkat persediaan dana meningkatkan efesiensi pemakaian biaya. Vendor Managed Inventory VMI adalah sebuah kolaborasi
insiatif yang menempatkan peran pemasok bertanggung jawab untuk mengatur persediaan dan menjaga tingkat persediaan minimum pembeli. Hal ini
memerlukan sebuah integrasi anatara pemasok dan pembeli baik berupa saling tukar informasi mengenai permintaan, bussines process, dan proses perekayasaan
produksi. Manfaat potensial yang didapatkan dari VMI melalui penekanan jumlah
biaya persediaan antara pembeli dan pemsok, biaya pemesanan, dan penekanan biaya back order akibat fluktuasi permintaan dan pengaruh bullwhip effect.
Dengan adanya sistem yang tersinkron terhadap inventory berdasarkan penetapan lot bersama dan re-order point pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Model Integrasi Jaringan Kerja VMI
5
Yuliang Yao, et.al. “Supply chain integration in vendor managed inventory”, Decision Support SystemOnline, 2007, hlm. 666
III-7
Di mana : Qq : Jumlah Order
Hh : Biaya Pengiriman Cc : Biaya Pemesanan
3.2. Persediaan
3.2.1. Definisi Persediaan
Menurut Sukaria Sinulingga
6
Menurut Sukaria Sinulingga inventory atau persediaan pada dasarnya
ialah sejumlah item bahan baku, bahan penolong, part, komponen, produk setengah jadi, produk akhir dalam keadaan menunggu untuk diperlakukan atau
dikenakan sesuatu kegiatan berikutnya. Inventory memunculkan tambahan biaya seperti biaya penyimpanan, biaya idle capital, resiko kerusakan, dan kehilangan
selama penyimpanan dan lain-lain. Situasi ini sama sekali tidak menghasilkan value added bahkan ada kemuingkinan selama penyimpanan bahan-bahan tidak
hanya mengalami kerusakan, tetapi juga mengalami kemorosotan fungsi karena terlalu lama tersimpan dalam gudang. Biaya penyimpanan akan meningkat dengan
meningkatnya jumlah bahan yang disimpan dan lamanya waktu penyimpanan.
3.2.2. Perencanaan Persediaan
7
6
Sukaria Sinulingga, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, hlm. 69
hampir setiap sistem produksi membutuhkan persediaan inventory. Dalam perusahaan manufaktur, dibutuhkan persediaan
7
ibid, hlm. 228-229
III-8
bahan baku, work-in-progress, produk akhir dan supplies. Di perusahaan jasa industri rumah sakit dibutuhkan persediaan obat-obatan, bahan-bahan makanan,
dan peralatan medis. Di kantor-kantor pemerintahan dibutuhkan persediaan bahan-bahan administrasi seperti kertas, blankoformulir, dan peralatan tulis
lainnya. Ada beberapa motif pengadaan persediaan yaitu pelayanan, antisipasi dan
spekulasi. Motif pelayanan berkaitan dengan upaya manajemen untuk selalu dapat memenuhi permintaan pelanggan yang sewaktu-waktu muncul. Dengan adanya
persediaan, maka hanya permintaan yang bersifat ekstrim yang tidak dapat dipenuhi. Motif antisipasi berhubungan dengan upaya untuk memenuhi
permintaan di masa yang akan datang yang sifatnya sering tidak menentu. Apabila permintaan lebih besar dari yang diperkirakan maka kekurangannya akan dipenuhi
dari persediaan. Dengan cara demikian tingkat pelayanan kepada pelanggan dapat dipertahankan cukup tinggi. Motif spekulasi berhubungan dengan keinginan untuk
mendapatkan keuntungan dari persediaan karena ada dugaan dalam waktu yang tidak lama akan terjadi kenaikan harga. Persediaan akan dijual apabila harga telah
mengalami kenaikan sehingga keuntungan yang lumayan dapat diperoleh. Setiap persediaan membawa efek biaya sedangkan keberadaannya tidak
memberikan nilai tambah kepada produksi. Namun demikian, pengadaan persediaan sering tidak dapat diabaikan karena fungsinya sebagai penyangga
buffer dalam memelihara kelancaran proses produksi dan distribusi. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan suatu model tentang jumlah persediaan yang optimum.
III-9
3.3. Lot Sizing
3.3.1. Joint Economic Lot Sizing JELS
Menurut Wenyih Lee
8
Supplier Manufacturer
Buyer Kn+1Qf
Q n+1Q
Raw material
Finished goods
order order
Joint Economic Lot Sizing adalah sebuah model perhitungan lot size yang bertujuan untuk menentukan ukuran lot yang optimal
dengan mengintegrasikan lot pesanan bahan baku dari supplier, lot produksi dari pemanufaktur yang memproduksi dalam batch dengan jumlah tertentu finite rate
secara periodik dan mengirimkan produk jadi finished goods ke costumer dengan ukuran lot yang tetap, sehingga costumer memliki demand rate yang
konstan yang dijelaskan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Model Integrasi Kontrol Persediaan