Nilai Yang Terdapat Dalam Ungkapan Metafora

97 Umpasa ini diucapkan saat orangtua pengantin perempuan mangulosi memberikan ulos putrinya dan menantunya hela. Arti dari umpasa sama dengan isi umpasa yaitu si perempuan segera mendapatkan anak laki-laki dan anak perempuan.

4.6. Nilai Yang Terdapat Dalam Ungkapan Metafora

Metafora menurut KBBI adalah penggunaan kata-kata bukan arti sebenarnya melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Metafora adalah bagian dari bahasa, metafora berbeda dari bahasa konvensional yang selalu kita gunakan, karena metafora memberikan arti yang berbeda dari apa yang kita sebutkan. Atau dengan kala lain, metafora tidak memberikan arti literal, sebaliknya, metafora memberikan suatu ide atau pandangan dibelakangnya Purba, 2004:4 Batak Toba merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang kaya dengan ungkapan-ungkapan metafora. Ungkapan-ungkapan metafora yang digunakan oleh masyarakat Batak Toba tersebut mengandung nilai-nilai humanis yang sangat efektif untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan makna kebenaran, kebaikan, solidaritas, keindahan dan juga untuk mengungkapkan curahan hati masyarakatnya. Berikut ini merupakan ungkapan metafora yang penulis temukan didalam lirik lagu populer Batak Toba. Dapat kita pada lampiran materi E, I, L, N. • Anak adalah sijujung Baringin E 3 Makna filosofis pohon beringin 32 Pohon ini disebut juga hariara merupakan pohon yang menjadi ciri khas budaya Batak yang diturunkan dari beberapa generasi awal, tepatnya ketika pada saat daerah di sekitar Danau Toba belum dimasuki oleh ajaran-ajaran agama. Maka untuk 32 http:www.gobatak.comhariara-dalam-filosofi-batak akses 11 Oktober 2014 Universitas Sumatera Utara 98 menjadi panutan hidup, masyarakat Batak mempercayai tentang keberadaan pohon ini sebagai penentu kehidupan dan pengambilan keputusan. Pohon hariara ini dulunya digunakan oleh beberapa tetua adat dalam satu desa untuk mengambil keputusan ketika akan membangun sebuah pemukiman atau huta. Pertama kali, mereka akan menanam bibit pohon hariara di suatu tempat yang akan mereka bangun sebagai pemukiman atau huta, kemudian mereka akan memantau perkembangan bibit pohon tersebut dalam waktu 7 hari. Setelah 7 hari bibit pohon tersebut ditanam dan tumbuh dengan subur, maka masyarakat pun meyakini bahwa tanah di tempat tersebut layak menjadi tempat pemukiman dan diyakini tempat tersebut akan membawa berkah bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Begitu juga sebaliknya, apabila bibit pohon tersebut tidak tumbuh dengan subur atau bahkan layu maka tanah tersebut tidak layak dijadikan tempat pemukiman. Seperti ditilik dari namanya, Hari=hari dan Ara=tujuh, maka pohon ini sering disebut sebagai pohon hari ketujuh. Apabila pohon hariara ini dapat tumbuh hingga hari ketujuh, artinya tanah di kawasan ini cukup baik untuk dijadikan huta kampung dan perkembangan masyarakat ke depannya. Tanah yang dapat membuat pohon hariara hidup setelah hari ketujuh dipercaya bebas tulah, bebas petaka, dan dipercaya akan membawa kemakmuran pada masyarakat Batak yang tinggal di dalam huta yang ditumbuhi pohon hariara tersebut. Selain itu, pohon hariara ini diyakini oleh masyarakat sebagai pelindung suatu desa dari segala marabahaya. Bahkan hingga kini pun pohon hariara ini juga masih digunakan oleh sebagian masyarakat Batak sebagai tempat melaksanakan suatu perjanjian atau sebagai simbolisasi marga. Pohon ini dinamakan hariara yang mempunyai makna sebagai kehidupan yang sejahtera. Hal tersebut dimaknai dari beberapa filosofi budaya masyarakat Batak Universitas Sumatera Utara 99 dalam bagian yang terdapat di pohon hariara ini. Seperti pada bagian daun yang mempunyai makna perlindungan dari segala marabahaya, bagian batang yang mempunyai makna pembawa rezeki dan keberkahan, dan kemudian bagian akar yang mempunyai makna persatuan antara manusia dengan manusia serta keselarasan dengan alam di sekitarnya. Sehingga filosofi yang terdapat di pohon ini pun kini menjadi nasihat bagi masyarakat Batak agar dapat hidup seperti halnya pohon hariara yang dapat berguna bagi sesama. Hariara juga ditanam sebagai tanda pembatas antara satu huta kampung dengan huta yang lain, bahkan simbol pengawal desa, sebagai tempat mamele berdoa pada penghuni alam gaib atau sebagai tanda kepemilikan satu wilayah atau sebagai lambang bagi satu klanmarga. Atau bahkan sebagai saksi dalam perjanjian antar komunitas, seperti perjanjian antar marga padan. Begitu pentingnya posisi hariara dalam kehidupan masyarakat Batak sehingga dulu bahkan kini tidak jarang dia menjadi tempatbenda yang disakralkan. Pohon ini juga memiliki makna filosofis bagi orang Batak. Hariara sering disebut sebagai pohon hidupnnya suku Batak karena pohon ini dapat tumbuh tinggi besar, kokoh dan tahan terhadap berbagai cuaca dengan masa hidup yang lama. Daunnya yang lebat membuat daerah sekitarnya menjadi sejuk sehingga sering orang- orang berteduh dibawah pohon sambil membicarakan banyak hal. Berbagai jenis makhluk hidup juga hidup dan mencari makan dipohon ini. Pohon ini menjadi semacam ”kerajaan” tanpa raja yang penuh dengan kehidupan tanpa kekacauan. Sehingga orangtua Batak sangat mengharapkan anak- anaknya selalu mengingat hariara ”tumbuh tinggi, besar dan kuat, membenamkan akar jauh ke perut bumi, menjadi sumber hidup dan saluran berkat bagi sesama dan makhluk hidup lainnya” Universitas Sumatera Utara 100 Di dalam kalimat “anak adalah sijujung baringin”, anak dimetaforasikan sebagai pohon beringin. Didalam kalimat tersebut, arti literal kata-kata tersebut jelas tidak terdapat hubungan, tetapi yang penting adalah makna dibalik kalimat tersebut. Bagi orang Batak, anak adalah harapan orangtuanya. Seperti kita ketahui pohon beringin adalah pohon yang besar, kokoh, tempat yang rindang untuk bersantai dibawahnya karena sejuk. Beringin dalam konteks ini adalah anak yang kuat, kokoh, bisa menjadi tumpuan. Sehingga orangtua Batak sangat mengharapkan anak-anaknya selalu mengingat hariara ”tumbuh tinggi, besar dan kuat, membenamkan akar jauh ke perut bumi, menjadi sumber hidup dan saluran berkat bagi sesama dan makhluk hidup lainnya” • Ho do boruku tampuk ni pusupusuki engkaulah putriku, jantung hatiku I 1 Di dalam kalimat tersebut, anak perempuan dimetaforasikan sebagai jantung orangtua. Arti literal kata-kata tersebut jelas tidak ada terdapat hubungan, tetapi yang penting adalah makna dibalik kalimat tersebut. Anak perempuan bagi masyarakat Batak Toba adalah harapan orangtuanya. Harapan, anak perempuannya menguatkan dan meneguhkan pada hari tua orangtuanya. Bagi manusia, jantung merupakan salah satu organ terpenting tubuh yang berfungsi sebagai pemompa darah manusia. Jika jantung seorang manusia tidak bekerja maka boleh dikatakan manusia itu sudah mati. Jantung dalam konteks ini adalah “sesuatu yang sangat penting, tanpa itu seperti mati kehidupan yang dirasakan orangtua. Oleh sebab itu, anak perempuan dimetaforasikan dengan jantung untuk menjelaskan betapa si orangtua sangat menjaga dan melindungi anak perempuannya. • Jujung goarhi amang junjunglah nama orangtuamu ini anakku L 2 Didalam kalimat tersebut, nama dimetaforasikan sebagai sesuatu yang harus diletakkan di kepala. Bagi orang Batak, nama itu penting. Nama sebagai bagian dari Universitas Sumatera Utara 101 bahasa yang digunakan sebagai penanda identitas dan memperlihatkan budaya pemiliki nama tersebut Sibarani, 2004:108. Menurut KBBI, nama adalah kata untuk menyebut seseorang, gelarsebutan, kehormatan. Nama dalam konteks ini adalah mengharumkan keluarga. Anak dituntut untuk mengharumkan nama keluarga melalui prestasi di bidang pendidikan, berperilaku sebagai anak yang baik. Jadi, nama dimetaforasikan sebagai sesuatu yang harus dijunjung, untuk menjelaskan anak adalah harapan orangtua.

4.7. NILAI HAGABEON MEMILIKI KETURUNAN