52
 Pada saat upacara adat berlangsung,
hula-hula  bertugas memimpin upacara memberkati dan berdoa, agar acara adat tidak mendapat hambatan.
 Sebagai juru damai dalam suatu perselisihan, misalnya dalam hal pembagian
harta warisan. Hula-hula  yang bersusah payah untuk mendamaikan, tanpa
memihak, sering menjadi pertimbangan untuk selesainya suatu permasalahan.
2.5.2.  Boru
Boru  merupakan tiang beban pelaksana setiap horja  dalam hubungan  formal dan nonformal. Penerima boru  dalam suatu horja  berada pada posisi yang  lebih
rendah dari hula-hula. Dalam posisi ini kelompok hula-hula  harus  mengasihi dan bersikap mengayomi boru  yang tercermin dari filsafat elek  marboru  baik kepada
boru.  Pada upacara adat pihak boru  bertindak sebagai parhobas  yaitu orang  yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan  kelancaran
jalannya pesta. Jika masyarakat Batak Toba, hendak melaksanakan suatu horja, pada saat musyawarah kelompok dongan sabutuha, pendapat dan pertimbangan dari boru
juga diminta, terutama mengenai sanggup atau tidaknya  rencana keputusan dilaksanakan. Pendapat boru  ini sangat penting, karena apa  saja keputusan sidang,
pelaksananya adalah boru. Jadi dapat dikatakan peranan utama dari boru dalam adat adalah memberi sumbangan tenaga, materi, dan pemikiran pada setiap upacara adat.
Selain itu,  boru  juga memegang peranan penting dalam mendamaikan hula-hulanya apabila terjadi perselisihan.
2.5.3.  Dongan Sabutuha
Sehubungan dengan kekerabatan dongan sabutuha,  dongan sabutuha adalah hubungan berdasarkan garis keturunan dari ayah.  Namun cakupannya dalam suatu
Universitas Sumatera Utara
53
pelaksanaan upacara adat lebih luas lagi, setiap  marga yang dianggap satu nenek moyang juga termasuk dalam klasifikasi dongan sabutuha. Dari kata “dongan”, yang
artinya adalah teman sudah dapat diartikan bahwa kedudukan mereka adalah sejajar. Sabutuha adalah “satu ayah” dan “satu ibu”.
Misalnya adalah sebagai berikut, yang namanya org Batak tidak pernah akan lupa akan budaya aslinya yaitu senang berkumpul dan senang menari serta bernyanyi.
Sekalipun sudah puluhan tahun di negeri orang, budaya Batak tidak bisa lekang, malah semakin ada kepedulian akan keinginan bahwa orang Batak harus tetaplah
menjaga prinsip dalihan natolu  yang salah satunya adalah manat mardongan sabutuha. Ada anggapan bahwa setiap orang  Batak yang berdomisili di luar negeri
swiss adalah dongan sabutuha, sehingga dirasa perlu untuk saling bertegur sapa dan berkumpul dalam sebuah acara. Begitulah mereka tidak lupa akan tradisi yang turun
temurun
29
Filsafat yang mengatakan somba  marhula-hula,  elek  marboru,  manat
mardongan tubu  merupakan
modus umum dalam rangka menjaga  keharmonisan  diantara
.  Dongan sabutuha itu haruslah seia sekata, ringan sama dijinjing berat sama  dipikul, sebagai keluarga kandung seibu-sebapak.  Fungsi  dongan sabutuha di
dalam pelaksanaan suatu upacara adat adalah  sama dengan suhut  pemilik pesta. Hubungan antara kerabat semarga harus hati-hati dan dijaga  sedemikian rupa suaya
tetap langgeng dan serasi yang didasari oleh falsafah  manat mardongan tubu yang artinya hati-hati terhadap teman semarga,  maksudnya ialah harus hati-hati dalam
bertindak melaksanakan sesuatu dan juga  dalam berbicara. Artinya dalam merencanakan upacara adat, tidaklah dapat bertindak menurut kehendak sendiri, tetapi
harus melalui musyawarah dengan dongan sabutuha.
29
“Bangso batak di swiss,” Tapian edisi april 2009, hal 22
Universitas Sumatera Utara
54 ketiga pihak tersebut Zuska, 1995:20.
Posisi orang dalam kaitannya dengan asas dalihan na tolu  tidak pernah tetap. Seseorang dapat bertukar posisi dan menjadi
anggota salah satu tungku tergantung dengan siapa orang itu berhubungan dan bagaimana hubungan kekerabatannya Dalimunthe, 1995:15.
2.6. SISTEM PERKAWINAN