Hula-hula Boru SISTEM KEKERABATAN

51 yang selalu berperan di dalam keberlangsungan berbagai pekerjaan. Tanpa kehadiran boru, suatu upacara adat tidak akan dapat dilaksanakan. Kendatipun demikian, boru juga merupakan pihak yang harus diberi perhatian, dilindungi dan dijaga perasaannya.

2.5.1. Hula-hula

Kedudukan pemberi anak hula-hula dianggap sebagai pemberi kehidupan dan penyalur berkat, karena itu harus dihormati. Hula-hula disebut juga parrajaon, artinya dirajakan, dan mereka sangat dihormati oleh borunya. Rasa hormat terhadap hula- hula tercermin dalam falsafah dalihan na tolu, bahwa somba marhula-hula artinya seseorang yang mempunyai hula-hula harus hormat dan patuh kepada hula-hula walaupun kedudukannya dari segi jabatan dan kepangkatan di luar adat lebih tinggi, namun tetap harus menghormati hula-hulanya. Penghormatan terhadap hula-hula itu karena mereka dianggap sebagai tempat meminta berkat yang disebut pasu-pasu, sehingga hula-hula dalam masyarakat Batak Toba dianalogikan sebagai perwujudan “tuhan yang kelihatan”. Tidak jarang kita lihat boru pergi mengunjungi hula-hula yang tujuannya untuk menerima berkat dari Tuhan melalui doa dari pihak hula-hula. Keadaan ini seolah-olah memberi gambaran bahwa berkat atau pasu-pasu akan tercapai apabila hula-hula mendoakan borunya. Fungsi hula-hula dalam kehidupan masyarakat Batak Toba dapat dirinci atas 3 tiga bagian, yaitu 28  Dalam suatu musyawarah dan mufakat untuk sebuah rencana, hula-hula adalah sebagai tempat meminta nasihat dan bantuan moral agar terlaksananya suatu upacara adat. : 28 http:repository.usu.ac.idbitstream123456789327224Chapter20II.pdf. akses 04 September 2014 Universitas Sumatera Utara 52  Pada saat upacara adat berlangsung, hula-hula bertugas memimpin upacara memberkati dan berdoa, agar acara adat tidak mendapat hambatan.  Sebagai juru damai dalam suatu perselisihan, misalnya dalam hal pembagian harta warisan. Hula-hula yang bersusah payah untuk mendamaikan, tanpa memihak, sering menjadi pertimbangan untuk selesainya suatu permasalahan.

2.5.2. Boru

Boru merupakan tiang beban pelaksana setiap horja dalam hubungan formal dan nonformal. Penerima boru dalam suatu horja berada pada posisi yang lebih rendah dari hula-hula. Dalam posisi ini kelompok hula-hula harus mengasihi dan bersikap mengayomi boru yang tercermin dari filsafat elek marboru baik kepada boru. Pada upacara adat pihak boru bertindak sebagai parhobas yaitu orang yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kelancaran jalannya pesta. Jika masyarakat Batak Toba, hendak melaksanakan suatu horja, pada saat musyawarah kelompok dongan sabutuha, pendapat dan pertimbangan dari boru juga diminta, terutama mengenai sanggup atau tidaknya rencana keputusan dilaksanakan. Pendapat boru ini sangat penting, karena apa saja keputusan sidang, pelaksananya adalah boru. Jadi dapat dikatakan peranan utama dari boru dalam adat adalah memberi sumbangan tenaga, materi, dan pemikiran pada setiap upacara adat. Selain itu, boru juga memegang peranan penting dalam mendamaikan hula-hulanya apabila terjadi perselisihan.

2.5.3. Dongan Sabutuha