30 beberapa desa, di antaranya kampung Mangke, Kecamatan Lima Puluh, dan Desa sentang
Kecamatan Tanjung Tiram. Produksi batu bata ini masih memang skala kecil, sebab dalam sehari dirinya hanya mampu memproduksi batu bata sebanyak 8.000 sampai 9.000. Jika
dikalkulasikan omsetnya diperkirakan sekitar Rp.3.000.000 sampai Rp.5.000.000 juta dalam sehari. Harga batu bata yang dijual berpariasi, untuk ukuran kecil Rp 320,
sedangkan untuk yang berukuran sedang harganya Rp 500. Dari harga itu sudah termasuk ongkos antar barang. Namun, usaha Zainur tidak terus menerus berjalan mulus, karena
banyak kendala ketika cuaca tidak bersahabat. Kalau saat musim hujan, tidak memproduksi. Sebab, tempat pembakaran basah dan kayu bakarnya pun ikutbasah, dan
tentu tidak bisa menjemur. Harian Andalas.senin,30 April 2012. Zainur Ciptakan Lapangn Kerja Lewat Batu Bata.Onlinehttp:harianandalas.comindex.php?Sumatera-
Utarazainur-ciptakan-lapangan-kerja-lewat-batu-bata.htmlDiakses pada 4 Mei 2012 pukul 12.15 Wib
2.2 Strategi Adaptasi
Startegi Adaptasi merupakan strategi, cara atau metode yang dilakukan oleh masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan sosial
maupun ekonomi, dalam hal ini adaptasi diartikan sebagai suatu proses untuk memenuhi syarat dasar untuk kelangsungan hidup. Syarat dasar tersebut antara lain, syarat dasar
ilmiah pemenuhan kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, tempat tingggal dan ketahanan tubuh,syarat dasar kejiwaan atau ketenangan hidup, syarat dasar sosial
hubungan untuk melangsungkan keturunan, belajar budaya, pertahanan dari serangan musuh, dll. Aritonga, Anna.K. 2006. Skripsi:Strategi Adaptasi Keluarga Nelayan Miskin
Pasca kanaikan BBM. FISIP USU: Anna K.Aritonga Departemen Sosiologi NIM:
020901047, halaman 7- 8
Universitas Sumatera Utara
31 Coping strategi dikenal juga dengan coping behavior, coping mechanism, survival
strategies, household strategies, dan livehood diversivication Suharto, 2002. Kajian mengenai coping strategies dapat memberikan gambaran mengenai karekteristik dan
dinamika kemiskinan yang lebih realistis dan komprehensif. Ia dapat menjelaskan bagaimana keluarga miskin merespon dan mengatasi permasalahan sosial ekonomi yang
terkait dengan situasi kemiskinannya. Selaras dengan adagium pekerjaan sosial, yakni to help people to help themselves, teori coping strategies memendang orang miskin bukan
hanya sebagai objek passif yang hanya dicirikan oleh kondisi dan karekteristik kemiskinan, melainkan orang yang memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang sering
digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial ekonomi seputar kemiskinannya.
Kesadaran akan pentingnya penanganan kemiskinan yang berkelanjutan yang menekankan pada penguatan solusi – solusi yang ditemukan oleh orang yang bersangkutan
semakin mengemuka. Pendekatan ini lebih memfokuskan pada pengidentifikasian apa yang dimiliki oleh orang miskin ketimbang apa yang tidak dimiliki oleh orang miskin
yang menjadi sasaran pengkajian. Pada mulanya konsep coping strategies sering dipergunakan untuk menunjukkan
strategi bertahan hidup survival strategies keluarga di pedesaan negara – negara berkembang dalam menghadapi kondisi kritis, seperti bencana alam, kekeringan, gagal
panen, dan lain – lain. Belakangan ini, beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsep ini ternyata dipraktekkan juga oleh keluarga diwilayah perkotaan dan tidak hanya di negara
berkembang, melainkan pula di negara - negara maju. Secara umun coping strategies dapat didefenisikan sebagai kemampuan seseorang
dalam mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks
Universitas Sumatera Utara
32 keluarga miskin, menurut Moser 1998, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya
merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola atau me – manage beberapa asset yang dimilikinya. Moser mengistilahkannya dengan nama asset portfolio
management. Berdasarkan konsep ini, Moser dalam Edi Suharto 2009 : 30 membuat kerangka analisis yang disebut The Asset Vulnerability Framewor. Kerangka ini meliputi
berbagai pengelolaan asset seperti: 1.
Asset tenaga kerja labour asset , misalnya meningkatkan ketertiban wanita dan anak – anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga.
2. Asset modal manusia human capital asset , misalnya memanfaatkan status
kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang untuk bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan kembalian atau hasil kerja terhadap tenaga yang
dikeluarkan. 3.
Asset produktif produktif Asset , misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, dan tanaman untuk keperluan hidupnya.
4. Asset relasi rumah tangga atau keluarga household relation assets , misalnya
memenfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi, tenaga kerja dan mekanisme uang kiriman.
5. Asset modal sosial Social capital assets , misalnya memenfaatkan lembaga-
lembaga sosial lokal, arisan dan pemberi kredit informal dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.
Selanjutnya Edi Suharno dalam Edi 2009:31 menyatakan strategi bertahan hidup coping strategies dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:
Universitas Sumatera Utara
33 1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk
misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitarnya dan sebagainya
2. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga misalnya, biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya .
3. Strategi jaringan, misalnya menjalin relasi, baik formal maupun informal dengan lingkungan sosialnya, dan lingkungan kelembagaan misalnya: meminjam uang dengan
tetangga, mengutang di warung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank, dan sebagainya USU institution. http :repository .usu .ac .id
bitstream 123456789 315134 Chapter20II.pdf Diakses 17 november 2012 pukul 18.35 Di daerah pedesaan, coping strategies keluraga miskin sangat terkait dengan sumber
daya alam dan sistem pertanian. Beberapa bentuknya antara lain: 1.
Akumulasi asset pada masa panen untuk digunakan pada masa paceklik. 2.
Sistem gotong royong diantara anggota keluarga dan anggota masyarakat dalam mengelola makanan dan sumber daya alam padsa masa krisis.
3. Migrasi ke kota untuk mencari pekerjaan.
4. Penggantian jenis tanaman dan cara bercocok tanam.
5. Pengumpulan tanaman – tanaman liar untuk makanan.
6. Penghematan konsumsi makanan.
7. Peminjaman kredit dari anggota keluarga, pedagang atau lintah darat.
8. Penjualan simpanan benda – benda berharaga emas, perabot rumah tangga
9. Penjualan asset produktif tanah, binatang ternak .
10. Penerapan ekonomi subsistem.
11. Produksi dan perdagangan skala kecil buka warung
Universitas Sumatera Utara
34 12.
Pemenfaatan bantuan pemerintah di masa krisis. Pardede, Marta Dominta Diakonesta 020901030. 2008. Skripsi: Gambaran Kehidupan Sosial ekonomi Dan
Strategi Pertahanan Hidup Buruh Bagasi.FISIP USU. Hal 20 – 23
2.3 Stratifikasi Sosial