108 memanfaatkan sumber daya Edi Suharto, 2009 : 135 . Adapun yang menjadi faktor
eksternal kemiskinan pengrajin batu bata berdasarkan hasil wawancara dan observasi dilapangan yaitu tingkat pendapatan atau upah yang rendah, keterbatasan lapangan
pekerjaan atau sulitnya akses pekerjaan, kekuasaan agen menentukan harga jual batu bata, dan tidak adanya jaminan sosial pensiun, kesehatan dan kematian .
5.1.2.1 Tingkat Pendapatan atau Upah yang rendah.
Sebagai seorang pengrajin batu bata yang memiliki keterbatasan skill dan tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pendapatan atau penghasilan yang mereka.
Hal ini disebabkan sudah tidak memiliki pilihan lain untuk bekerja selain sebagai pekerja pengrajin batu bata, sehingga mereka tetap bertahan dengan pekerjaan tersebut meskipun
pendapatan atau penghasilan mereka rendah serta tidak menetap dan tidak mencukupi kebutuhan sehari – hari. Rata – rata masyarakat di nagori Teluk Lapian bekerja sebagai
pengrajin batu bata, dan profesi ini bergantung pada kondisi cuaca. Jika pada saat musim hujan maka pekerja pengrajin batu bata hanya dapat bekerja selama 2 minggu atau
beberapa hari saja, sehingga ini akan berpengaruh pada penghasilan atau pendapatan mereka.
Bagi pekerja pencetak batu bata, untuk 1 biji batu bata di upah sebesar Rp.20 – Rp25biji. Dalam sehari rata- rata para pekerja pencetak batu bata dapat mencetak batu
sebanyak 1000 biji dan mendapatka upah Rp.15.000 – Rp.25.000hari, Jadi rata – rata penghasilan mereka dalam satu bulan jika kondisi cuaca cerah mencapai Rp.500.000 –
Rp.700.000bulan dan itu tergantung berapa banyak jumlah batu bata yang telah mereka cetak.
Universitas Sumatera Utara
109 Seperti pemaparan informan berikut.
“ Kalau awak rata – rata nyetak batu satu ari bisa sampe 1100 atau 1200. Ya pokoknya rata – rata tu diatas seribulah kalau nyetak batu.
Jadi nanti upahnya tu tiap minggu bisa dimintak ma yang punya 50 atau 100 ribu. Kalau ditanyak penghasilannya tiap bualn ya gak
nentu lah. Nanti bulan ini bisa dapet 500 ribu, bulan depan bisa dapet 700 ribu. Ya gak nentulah pokoknya, tergantung cuaca aja.
Kalok gak ada ujan bisa kerja penuh 1 bulan, tapi kalok pas lagi musim ujan bisa cuman 1 minggu aja kerjanya”. Hasil wawancara
dengan Ibu Tukini, Juli 2012
Begitu juga dengan peryataan informan berikut ini. “ Kalau tiap bulan tu ya gak nentula, karenakan terkadang awak
gak 1 bulan penuh kerjanya. Sekarang kalau kerja paling cuman 2 mingguan gitu, dan 1 hari tu cuma nyetak batu 500 sampe 600 bijik.
Ya jadi tiap bulannya Cuma dapet sekitar 300 ribu”. Hasil wawancara dengan Ibu Sumarni, Juni 2012
Sama hal nya dengan pemaparan informan berikut “ walah kalau gajinya tiap bulan ditanyak ya gak nentu la, orang
rata – rata setiap hari Cuma dapet upah 10 ribu. Tu belom lagi dipotong uang jajan anak. Ya udalah tiap hari abis buat gitu – gitu
aja, bahkan pun kurang. Kalok uang segitu mana dapet apa – apa”. hail wawancara dengan Ibu Giyem , juni 2012 .
Berdasarkan peryataan dari beberapa informan di atas dapat dijelaskan bahwa, pendapatan yang diterima dari pekerjaan sebagai pengrajin batu bata tidak dapat ditentukan
setiap bulannya dan upah yang diterima juga sangat rendah. Melihat kondisi pendapatan yang rendah, maka akan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup dan sangat pas – pasan.
Seperti pernyataan informan berikut ini. “Kalau dibilang cukup,,,,ya gak cukup. Ya,,,dicukup - cukupkan, jadi
mau kayak mana lagi, namanya juga awak perempuan,ya,,,pande – pande lah. Kalok dituruti gaji segitu kurang la kak,,,,,,karena kalok
dituruti kurang, tapi kayak mana ya dicukup - cukupkan, terkadang ada juga sedikit- sedikit nabung buat biaya brobat waktu sakit,
pinomat 1 hari 10.000 ribu hasil wawancara Ibu parni
Universitas Sumatera Utara
110 Sama halnya dengan pernyataan informan berikut ini yang sudah 20 tahun bekerja
sebagai pencetak batu bata. “Ya gak cukuplah, masak dapet uang segitu cukup,,,,,ya gak cukup
lho, entar kalau awak mau nagis, mau nangis sama sapa” hasil wawancara Ibu Warseh
Hal senada juga disampaikan oleh pengrajin batu bata yang lain. “ ya,,,pas – pasanlah, terkadang ngambil di kede dulu, habis ada
uang baru dibayar, kadang dibagi – bagi lagi buat modal,,ya pas – pasanlah “ Hasil wawancara Ibu Sudarni, Juli 2012
Dari beberapa pernyataan informan di atas, bahwa pendapatan yang mereka peroleh tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup dalam satu bulan, terutama yang
masih memiliki tanggungan anak sekolah. Selain upah sebagi pencetak batu bata rendah, begitu juga dengan upah yang
bekerja sebagai meluluh penggiling tanah , menyiger menyusun batu yang telah dijemur , pelangsir batu bata, dan yang membakar batu bata. Berikut penuturan salah satu
informan yang bekerja sebagai meluluh tanah. “ kalok kayak kami kerja ini gak bisa ditentukanlah berapa gajinya,
gak kayak orang yang kerja karyawan. Kalok bapak ci setiap ada orang yang nyuruh baru kerja, tapi ini lumayanlah hampir setiap
hari kerja. Kalok kerja nyiger ini dia bayarnya pake itungan batu. Biasanyanya kalau ngeluluh ini gak sendiri, tapi bisa 3 sampe 4
orang. Jadi nanti kalau untuk 20.000 batu dapet uang 400 ribu, ya uda nanti itu dibagi 4 orang. Bapak Wagiran .
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Wagiran, pekerjaan meluluh tanah ini sudah tidak seberat seperti meluluh yang manual dengan diinjak – injak dengan kaki, tetapi
sekarang sudah dibantu dengan menggunakan mesin luluh. Pekerjaan meluluh tanah tanah biasa dikerjakan 3 sampai 4 orang, dan hasil dari pekerjaan tersebut akan dibagi rata. Jadi
dalam perhari rata – rata pendapatan Bapak Wagiran sebesar Rp.100.000, namun pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
111 ini tidak setiap hari dikerjakan apalagi jika saat musim penghujan, maka Bapak Wagiran
tidak akan bekerja. Begitu juga dengan pemaparan informan yang bekerja sebagai membakar batu bata.
“ kalau upah bakar batu ci sebenernya agak lumayan, tapi terkadang yang gak gak tahan tu pas jaga malamnya karena kkita
gak boleh tidur, dan harus ditengok – tengoklah apinya, nanti kalau gak ditengok- tengok bisa mati apinya dan gak jadilah apinya
karena kurang mateng. Kalau abang ci jarang kalau ada yang nyuruh baru kerja, lagian ini kan bukan kerjaan tiap hari, orang kan
kalau mau bakar batu bisa 1 bulan skali baru bakar, jadi kalok gitu bang juga kerja yang laen lah kayak langsir, atau nyiger. Abang
Gunawan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Abang Gunawan, pekerjaan yang dilakukan sebagi pembakar batu tidak setiap bulan dilakukan sehingga untuk menambah pendapatan
maka akan bekerja melangsir batu atau menyiger, hal ini disebabkan pekerjaan tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan waktu yang berbeda, sehingga setiap orang dapat
bekerja merangkap dua pekerjaan sekaligus. Berdasarkan pemeparan informan di atas dapat dijelaskan bahwa pekerjaan sebagai
pengrajin batu bata sangat minim, sehingga untuk dapat menambah penghasilan mereka dapat bekerja merangkap dua pekerjaan sekaligus seperti mencetak batu sekaligus sebagi
meniger batu bata, begitu juga dengan pelangsir batu bata di tempat pembakaran merangkap sebagai pekerja membakar batu bata. Dalam kondisi pendapatan upah yang
minim membuat kehidupan mereka sangat sederhana dan pas – pasan.
5.1.2.2 Keterbatasan Lapangan Pekerjaan