27 menambah penghasilan bagi para penganggur dan setengah penganggur pada saat musim
sepi panen melalui jenis kegiatan usaha yang bersifat produktif dan berkelanjutan.Mildan, Muhammad. 2010. Perluas Sektor Informal di Pedesaan Kurangi
Pengangguran.Onlinehttp:www.bpplsp-reg5.go.idberita-120-id-perluas-sektor- informal-di-pedesaan-kurangi-pengangguran.htmlDiakses pada 1 Mei 2012 pukul 15.00
Wib.
2.1.3.1 Jenis - jenis Sektor Informal
Menurut Keith Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu:
1. Sah; terdiri atas:
a. Kegiatan - kegiatan primer dan sekunder: pertanian, perkebunan yang berorientasi
pasar, kontraktor bangunan, dan lain - lain. b.
Usaha tersier dengan modal yang relatif besar: perumahan, transportasi, usaha- usaha untuk kepentingan umum, dan lain-lain.
c. Distribusi kecil - kecilan: pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang
kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain. d.
Transaksi pribadi: pinjam - meminjam, pengemis. e.
Jasa yang lain: pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, dan lain - lain.
Universitas Sumatera Utara
28 2. Tidak sah; terdiri atas :
a. Jasa-kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya: penadah barang-barang
curian, lintah darat, perdagangan obat bius, penyelundupan, pelacuran, dan lain- lain.
b. Transaksi-pencurian kecil pencopetan , pencurian besar perampokan
bersenjata, pemalsuan uang, perjudian, dan lain - lain.
2.1.3.2 Ciri – ciri Sektor Informal
Adapun ciri- ciri dari sektor informal di Indonesia, yaitu meliputi: a.
menggunakan fasilitas ataukelembagaan yang tersedian secara formal. b.
Pada umumnya unit usaha tidak memiliki izin usaha. c.
Polakegiatan usaha tidak teratur dengan baik, dalam arti lokasi maupun jam kerja. d.
Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.
e. Unit usaha Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik, karena unit usaha timbul
tanpa berganti - ganti dari satu sub-sektor ke sub-sektor lain. f.
Teknologi yang digunakan masih tradisional. g.
Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga kecil. h.
Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian besar hanya diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.
i. Pada umumnya unitusaha termasuk kelompok one man enterprise, dan kalau ada
pekerja, biasanya berasal dari keluarga sendiri.
Universitas Sumatera Utara
29 j.
Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri, atau dari lembaga keuangan tidak resmi.
k. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat kota atau
desa berpenghasilanrendah atau menengah. Iradewa. Peran sektor informal di Indonesia.Onlinehttp:www.scribd.comdoc43326994Peran-Sektor-Informal-Di-
Indonesia diakses pada 5 Maret 2012 pukul 14.00 Wib .
Jenis pekerjaan disektor informal yang ada di pedesaan misalnya seperti, pengrajin gerabah yang terdapat di kota Kendal, Jawa Timur. Meskipun gerabah ini terbuat dari
tanah liat namun permintaan dan peminatnya sangat tinggi di pasaran. Pada masa – masa yang lalu sebelum ada barang- barang plastik, gerabah menjadi primadona yang dihasilkan
di kota Kendal, tepatnya di Kampung Kunden. Barang – barang yang dihasilkan oleh para pengrajin cukup beragam, sesuai dengan keahlian dan tenaga yang dibutuhkan agar sesuai
dengan permintaan pasar. Setiap pengrajin tidak selalu sama keahliannya,sehingga hasil produksinya juga akan berbeda. Pada umumnya mereka membuat barang seperti: paso,
cowek, pot tanaman hias, gentong, padasan, kendil, jembangan, daringan, anglo dan bong, baik yang diproduksi sehari- hari maupun yang diproduksi berdasarkan pesanan atau
musiman. Disisi lain sektor informal di pedesaan yaitu pengusaha pengrajin batu bata yang dilakukan Zainur, warga Kampung Panjang Kecamatan Talawi, Batu Bara. Beliau berani
berspekulasi dengan menanamkan modal besar untuk memulai usaha pembuatan batu bata yang berlokasi di desa itu, tepatnya di depan kantor Balai Desa setempat.Usaha yang
ditekuninya ini baru sekitar empat bulan, tetapi sudah mempekerjakan warga setempat sebanyak 15 orang. Di samping membuka lapangan pekerjaan, Zainur mengaku usaha yang
baru dirintisnya ini cukup prospek dan bahkan potensial membuatnya menjelma sebagai pengusaha muda. Zainur menjelaskan, kelancaran usahanya juga didukung ketersediaan
bahan baku tanah liat untuk pembuatan batu bata mudah didapat. Di Batu Bara, ada
Universitas Sumatera Utara
30 beberapa desa, di antaranya kampung Mangke, Kecamatan Lima Puluh, dan Desa sentang
Kecamatan Tanjung Tiram. Produksi batu bata ini masih memang skala kecil, sebab dalam sehari dirinya hanya mampu memproduksi batu bata sebanyak 8.000 sampai 9.000. Jika
dikalkulasikan omsetnya diperkirakan sekitar Rp.3.000.000 sampai Rp.5.000.000 juta dalam sehari. Harga batu bata yang dijual berpariasi, untuk ukuran kecil Rp 320,
sedangkan untuk yang berukuran sedang harganya Rp 500. Dari harga itu sudah termasuk ongkos antar barang. Namun, usaha Zainur tidak terus menerus berjalan mulus, karena
banyak kendala ketika cuaca tidak bersahabat. Kalau saat musim hujan, tidak memproduksi. Sebab, tempat pembakaran basah dan kayu bakarnya pun ikutbasah, dan
tentu tidak bisa menjemur. Harian Andalas.senin,30 April 2012. Zainur Ciptakan Lapangn Kerja Lewat Batu Bata.Onlinehttp:harianandalas.comindex.php?Sumatera-
Utarazainur-ciptakan-lapangan-kerja-lewat-batu-bata.htmlDiakses pada 4 Mei 2012 pukul 12.15 Wib
2.2 Strategi Adaptasi