116 Seperti penuturan informan berikut.
“ Abang biasanya jual sama agen, karena uda ada agen langganan yang datang kemari. Kalau jual sama konsumen langsung si jarang,
kadang – kadang aja, tapi kalau uda habis bakar besoknya langsung datang agen kemari ambil batu.ya gitu aja kalok uda habis setiap
bakar batu. Nanti agen ngambil disini 280 perak perbijik, nanti uda sampe luar dijualnya lagi sampe 400 biji. Abang Hendra
Sama halnya dengan pemaparan informan berikut “ Orang sini biasanya jual batu sama agen. karena disini gak ada
agen, disini yang nyarik agen luar semua dari kenopan. Kalau orang tu ngambil batu disini 280 perak perbijik, nanti kalau uada
sampe di luar bisa sampe 450 perak perbijiknya, jadikan orang tu lebih untung banyak, tapi kalok disini pas waktu harga batu turun
pada bulan puasa harga bisa sampe 240 perak, terkadang mau gak dijual tapi nanti gak punya duit tapi kalok dijual dikit kali
untungnya. Bapak Lambang
Berdasarkan hasil wawancara dengan Abang Hendra dan Bapak Lambang, mereka akan menjual hasil produksinya pada agen yang sudah menjadi langganan. Setiap agen
membeli batu pada Bapak Lambang dan Abang Hendra, maka akan dijual di luar daerah dengan harga relatif tinggi dan keuntungan yang diperoleh agen juga akan lebih besar
dibandingkan dengan pendapatan pengusaha. Dari beberapa keterangan informan di atas dapat tergambar bahwa adanya
ketergantungan pengusaha dan kekuasaan pada agen dalam menentukan harga jual produksi batu bata, dengan kondisi seperti ini maka akan semakin membuat lingkaran
kemiskinan yang tidak akan pernah terputus terhadap pengrajin batu bata.
5.1.2.4 Tidak Adanya Jaminan Sosial Pensiun, Kesehatan, dan kematian
Dalam Convensi ILO no 102 mendefinisikan jaminan sosial sebagai perlindungan yang diberikan oleh masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap
tekanan ekonomi dan sosial yang diakibatkan oleh hilangnya sebagian atau seluruh
Universitas Sumatera Utara
117 pendapatan akibat berbagai resiko yang diakibatkan oleh sakit, kehamilan, persalinan,
kecelakaan kerja, kecacatan, pengangguran, pensiun, usia tua, kematian dini penghasil utama pendapatan, perawatan medis termasuk pemberian santunan kepada anggota
keluarga termasuk anak-anak. Jaminan sosial yang berupa jaminan pensiun, kesehatan dan kematian hanya bisa didapat pada seseorang yang bekerja di sektor formal seperti institusi
pemerintahan maupun swasta, akan tetapi skema jaminan sosial tersebut tidak akan pernah didapat dan dinikmati oleh pekerja pengrajin batu bata. Hal ini disebabkan industri batu
bata yang ada di Nagori Teluk Lapian merupakan industri kecil dan merupakan sektor informal, sehingga kehidupan sebagai pengrajin batu bata harus dapat mandiri tanpa
jaminan sosial dari sektor lain. Hal inilah yang menyulitkan bagi para pengrajin batu bata apabila mereka sakit
tidak ada jaminan sosial kesehatan bagi mereka. Berdasarkan tabel 4.3.13 mengenai akses berobat pengrajin batu bata, terdapat 48 responden 81 yang hanya mampu berobat ke
klinik bidan desa . Hal ini dikarenakan keterbatasan biaya dan tidak adanya jaminan kesehatan untuk berobat ke rumah sakit bagi para pengrajin batu bata. disamping itu, selain
tidak adanya jaminan kesehatan bagi para pengrajin batu bata, mereka juga tidak memiliki jaminan pensiun, berbeda dengan para pekerja yang bekerja di instansi pemerintahan
maupun swasta. Walaupun mereka sudah tidak bekerja di perusahaan atau instansi pemerintahan tersebut, tetapi mereka masih tetap dapat memperoleh upah atau gaji dari
tempat perusahaan dimana mereka bekerja sebelumnya.
5.2 Coping Strategi
Coping strategi dikenal juga dengan coping behavior, coping mechanism, survival strategies, dan livehood diversivication Suharto, 2002 . Kajian mengenai coping strategis
dapat memberikan gambaran mengenai karekteristik dan dinamika kemiskinan yang lebih realistis dan komprehensif.
Universitas Sumatera Utara