Peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia di tengah sengketa kepulauan kuril 2011-2013

(1)

PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG-RUSIA DI TENGAH SENGKETA KEPULAUAN KURIL

(2011-2013)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Detty Oktavina Kusumaningrum

1110083000018

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

1.

PERNYATAAN EEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG-RUSIA DI TENGAH SENGKETA KEPULAUAN KURIL PERIODE 2OII-20I3

Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata

I

di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Iakafia.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

1UI$

Syarif Uidayah.rllah Jakarta.

Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya

ini

bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku d Universitas Islam Negeri (JIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Iakrta. 22 Desember 201 4 J.


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

PENINGKATAN KERIASAMA ENERGI JEPANG.RUSIA DI TENGAH

SENGKETA KEPULAUAN KURIL PERIODE 2011-2013 Oleh

Detty Oktavina Kusumaningrum 1110083000018

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Soaial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Intemasional.

Ketua,

,*T-Debbie Alliantv. M.Si

NIP:

Penguji

II

69j*

Indriana Kartini. MA NIP: 1 980042120002122005 Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 22 Desember 2014.

Internasional Ketua Program Studi Hubungan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

)4s-Debbie AfIianE. M.Si NIP:


(4)

PERSETUruAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama

: Detty Oktavina Kusumaningrum

NIM

:1110083000018

Program Studi : Hubungan Intemasional

Telah menyelesaikan penulisan skipsi dengan Judul:

PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG-RUSIA DI TENGAH SENGKETA

KEPULAUAN KIIRIL PERIODE 2011-2013 dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Ciputat, 10 Desember 2014

Menyetujui,

Pembimbing Skripsi

Fehri Dirsantora Hasibuan. M .M NIP:

&*i).

t-

,0r*

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Debbv Afftantv. M.Si NIP:


(5)

Abstrak

Skripsi ini menganalisis tentang penyebab terjadinya peningkatan kerjasama energi Jepang- Rusia di tengah isu sengketa Kepulauan Kuril pada tahun 2011-2013. Penelitian skripsi ini fokus terhadap peningkatan jumlah impor sumber daya energi Jepang dalam proyek kerjasama energi dengan Rusia. Penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif. Metode pencarian data dalam penulisan skripsi ini berdasarkan data primer, yakni berupa wawancara, dan data sekunder berupa kajian pustaka. Penelitian skripsi ini dianalisis berdasarkan beberapa konsep terkait, seperti keamanan energi, kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas menunjukkan bahwa peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia didasari oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor eksternal dapat dilihat berdasarkan letak geografis sedangkan faktor internal dilihat berdasarkan kelangkaan dan kebutuhan sumber daya energi domestik. Dalam menentukan kebijakan terkait dengan peningkatan kerjasama energi tersebut, Jepang kembali dihadapkan dengan pertimbangan isu teritori dan kebutuhan sumber daya energi. Dalam menentukan kebijakan Luar negerinya tersebut Jepang harus menentukan kepentingan nasionalnya yang bersifat prioritas dan menyeluruh. Oleh sebab itu, skripsi ini akan membahas prioritas kepentingan nasional Jepang terkait sumber daya energi dan hubungan bilateralnya dengan Rusia. Dengan demikian, diharapkan kebijakan luar negeri tersebut selain mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jepang, pada akhirnya juga diharapkan dapat meningkatkan hubungan bilateralnya dengan Rusia secara komperhensif. Kata kunci: Jepang, Rusia, energi, sengketa.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak dapat selesai dengan baik tanpa adanya bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materi. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, (Soepa’at dan Eko Sulistya Ningsih), dan adik semata wayang Kharisma Sofie Nadhifah yang sabar mendoakan, mendukung, dan senantiasa mengingatkan penulis. Terima kasih karena telah menjadi semangat bagi penulis untuk menuntaskan pendidikan ini. Terima kasih kepada Om dan Tante (Gatot Suhariawan, Anggraini Retno Susilo dan Titik Purwinarti) karena telah menjadi orang tua kedua bagi penulis selama mengenyam pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta.

Terima kasih penulis haturkan Kepada Bapak. Febri Dirhgantara, M.M selaku pembimbing skripsi, Terima kasih atas bimbingan, motivasi dan ilmu serta kesabarannya dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Kepada Bapak Adian Firnas selaku pembimbing akademik, Terima kasih atas bimbingannya selama empat


(7)

tahun menjadi pembimbing akademik prodi Hubungan Internasional 2010/A. Selanjutnya, Penulis haturkan terima kasih Kepada Bapak Drs. Armein Daulay,M.Si atas bimbingan dan konsultasi serta Ilmu yang diberikan selama proses penulisan skripsi ini.

Terima kasih kepada Ibu Debbie Affianti, M.Si, Kak Mutiara Pertiwi, Bu Friane Aurora, Kak Wendy Prajuli, Pak Teguh Santosa dan Pak Kiky Rizky atas bantuan dan konsultasinya selama penulisan ini berlangsung. Terima kasih Kepada Prof. Dr. Fortuna Anwar, M.A atas ilmu dan kesediaan waktunya untuk menjadi narasumber dalam penulisan skripsi ini Juga kepada Bpk. M. Aji Surya, Prof. Dr. Sergey Svastyanov, Ms. Guzél Senér Terima kasih atas Arahan dan bimbingannya untuk belajar banyak mengenai Rusia.

Tidak Lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Elhumairoh, Istiqamah, dan Zakiah “the best roomate ever” yang selalu mendukung, dan mendengarkan penulis. Terimakasih kepada sahabat-sahabat penulis yang senantiasa menemani dan memberi semangat penulis selama berada di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Diani, Peni, Ma’unah, Yuri, Tisa, Rosa, Aulia R., Alva, Rian, Wahyu, Mulyana, Yoga, Clara, Leny, Mila, dan untuk seluruh teman- teman seperjuangan HI A 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kekompakannya.

Terima kasih kepada seluruh anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (HMJ-HI) Periode 2012-2013, dan


(8)

kepada keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat FISIP. Terima kasih kepada HI 2008/2009 yang membantu penulis selama proses penelitian skripsi ini dan sharing ilmu, Indra Ramadhan, Dimas Juniarto, Hudaf Mandaga, Esti afdinda, Andi Dian, Ardhy Dinata, Andhini Citra, Azahrotul Azizah, fitria Rahmawati. Kepada anggota seperjuangan, KKN 66 Semut (Putri ,Chika , Ayu, Nur, Tia, Rani, Lusy, Algi, Adil, Fatin, Rofi, Ridwan, Eko, Khaydar, Muzi). Kepada anggota White Pearls, Fita, Bu Astri, Lale Abla, Kak Yurni, dan seluruh pihak yang mendukung penulis selama penelitian skripsi ini berlangsung, penulis ucapkan terima kasih.


(9)

DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... B. Pertanyaan Penelitian... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... D. Tinjauan Pustaka... E. Kerangka Pemikiran

1. Kepentingan Nasional (National Interest)... 2. Keamanan Energi ( Energy Security)... 3. Ekonomi Politik Internasional (International Political Economy)... 4. Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)... F. Metode Penelitian... G. Sistematika Penulisan... BAB II. SUMBER DAYA ENERGI JEPANG DAN RUSIA

A. Pengertian Sumber Daya Energi... B. Sumber Daya Energi Jepang

1. Kebutuhan Sumber Daya Energi Jepang... 2. Kelangkaan Sumber Daya Energi Jepang... C. Sumber Daya Energi Rusia...

1. Potensi Sumber Daya Energi Rusia... a. Sumber Daya Energi Pulau Sakhalin... 2. Perluasan Destinasi Energi Rusia... BAB III. DINAMIKA HUBUNGAN JEPANG- RUSIA

A. Sengketa Kepemilikan Kepulauan Kuril antara Jepang- Rusia... B. Kerjasama Ekonomi dan Energi Jepang- Rusia hingga tahun 2009

1. Kerjasama Ekonomi Jepang- Rusia... 2. Kerjasama Energi Jepang- Rusia... C. Kerjasama Energi Jepang- Rusia Pada Tahun 2009- 2013...

I ii iii iv v vii viii ix 1 6 6 7 13 17 21 22 23 25 28 31 34 41 42 44 47 50 57 60 67


(10)

1. Kerjasama East Siberia-Pacific Ocean Oil Pipeline... 2. Kerjasama Liquified Natural Gas (LNG) Shakalin-II...

BAB IV. ANALISIS PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG DI TENGAH SENGKETA KEPULAUAN KURIL

A. Kepentingan Jepang- Rusia dalam Sengketa Kepulauan Kuril

1. Klaim Jepang Terhadap Kepulauan Kuril... 2. Klaim Rusia Terhadap Kepulauan Kuril... B. Faktor Pendorong adanya Peningatan Kerjasama Energi Jepang- Rusia

1. Keamanan Energi Jepang

a. Faktor Internal... b. Faktor Eksternal... 2. Sikap Rusia dalam Peningkatan Kerjasama Energi... C. Kebijakan Luar Negeri Jepang dalam Peningkatan Kerjasama Energi

dengan Rusia... BAB V. KESIMPULAN...

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

67 68

72 75

77 82 90 94 100


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Dimensi dan Kategori Energi... Tabel 3.2 : Kerjasama Energi Uni Soviet- Jepang pada tahun 1970-an ...

29 63


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 : Grafik Produksi dan Konsumsi Energi Jepang (2000-2015)... Gambar 2.3 : Peta Zona Gempa dan Tsunami Jepang (2011)... Gambar 2.4 : Peta Pulau Sakhalin... Gambar 3.1 : Peta Kepulauan Kuril... Gambar 4.2 : Rute Perdagangan di Perairan Asia Tenggara... Gambar 4.3 : Perairan Laut Cina Selatan...

33 37 45 56 83 86


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip wawancara

Lampiran 2 Laporan diskusi Proyek Sakhalin II antara Gazprom (Rusia) dan Mitsubishi (Jepang).


(14)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lingkungan internasional merupakan bentuk hubungan antar negara yang bersifat dinamis. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hubungan luar negeri dan perilaku negara. Dalam menentukan perilakunya, sebuah negara melihat tujuan dan kepentingan nasionalnya. Seluruh perilaku yang ditimbulkan dari interaksi antar negara tersebut merupakan hasil dari pemenuhan kepentingan nasional sebuah negara, begitu pula dengan hubungan bilateral Jepang dan Rusia.

Hubungan bilateral Jepang-Rusia sering kali dikaitkan dengan sejarah panjang sengketa kepulauan. Memburuknya hubungan Jepang-Rusia, pada awal mulanya di dasari oleh perang yang terjadi pada masa kekaisaran. Hal ini diperparah dengan pecahnya Perang Dunia I dan II, kemudian dilanjutkan dengan Perang Dingin. Perang tersebut tidak hanya menghasilkan sejarah bagi kedua negara, namun meninggalkan berbagai sengketa perebutan wilayah antar negara.1 Salah satu dampak dari perang tersebut adalah sengketa Kepulauan Kuril yang terjadi antar Jepang dan Rusia. Kepulauan tersebut terletak diantara Kamchatka (bagian selatan) dan Hokkaido (bagian utara).

Usaha kedua negara untuk menyelesaikan sengketa tersebut menempuh jalan yang cukup panjang. Konflik sengketa tersebut dinyatakan berakhir setelah

1

Thomas J. Schoenbaum. Peace in Northeast Asia Resolving Japans territorial and Maritime Disputes With China, Korea and the Russian Federation, 2008, 177.


(15)

di putuskannya perjanjian San-Fransisko pada tahun 1951.2 Perjanjian diakhir Perang Dunia II (PD II) tersebut menyatakan pulau Iturup dan Kunashiri (bagian dari Kepulauan Kuril) menjadi milik pemerintah Rusia. Konflik kedua negara berakhir setelah berakhirnya PD II, namun tensi tetap berlangsung dan kedua negara tetap mempertahankan klaim wilayah masing- masing.

Kepulauan Kuril terdiri dari gugusan pulau Kunashiri, Sikotan, Habomai, dan Iturup. Sejarah panjang kedua negara tersebut memberi dampak buruk terhadap hubungan kerjasama kedua negara. Hal ini tidak lepas dari kepentingan kedua negara terhadap keutuhan Kepulauan Kuril. Baru- baru ini hubungan kedua negara tersebut kembali hangat, pada bulan November 2010, Presiden Rusia Dmitri Medvedev mengadakan kunjungan ke salah satu pulau yang menjadi ajang sengketa yakni pulau Kunashiri.3 Kunjungan presiden Rusia tersebut mendapatkan protes dari Jepang.4

Di tengah sengketa yang terus berlangsung, sejak tahun 1970-an Jepang-Rusia telah menjalankan berbagai bentuk kerjasama. Kedua negara tersebut sering kali dihadapkan dengan beberapa kerjasama, seperti proyek kerjasama energi dan bantuan luar negeri. Namun demikian kerjasama tersebut tidak mampu bertahan

2

Akhiro Iwashita, The Northern Territories and Russo- Japan Relations- Backdrop of the Territorial Dispute. Sapporo, (Russian Analytical Digest- RAD, no. 132, 2013 ), 3 . Lihat juga, Kuril Islands Dispute between Russia and Japan. BBC News Asia- Pacific tersedia di http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-11664434 diakses pada 27 Juli 2014

3

Jepang dan Rusia Selisih Kepulauan Kuril dan Menvedev ke Pulau Kuril, Jepang Protes. Laporan perkembangan Kawasan Amerika dan Eropa periode Oktber- desember 2010. (Direktorat Jendral Amerika- Eropa (AMEROP) Kementerian Luar Negeri, Desember2010), 84

4

Pendekatan Jepang-Rusia Deutsche Welle 29 April 2013 tersedia di http://www.dw.de/pendekatan-rusia-jepang/a-16778195 diakses pada 28 Februari 2013


(16)

dan berkelanjutan.5 Meskipun demikian, kedua negara merespon adanya kerjasama dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan ditandatanganinya beberapa proyek kerjasama antar keduanya.

Pada tahun 2009 perusahaan energi milik pemerintah Jepang dan Rusia telah menandatangani kerjasama beberapa proyek energi. Pada tahun tersebut setidaknya terdapat dua kerjasama yang telah ditandatangani oleh Jepang dan Rusia. Proyek tersebut adalah Pipa Minyak di Siberia Timur (Eastern Siberia- Pacific Oil Pipeline) dan Proyek Gas Alam Cair di Pulau Sakhalin (Liquified Natural Gas Sakhalin- II). Dua proyek di atas merupakan proyek gabungan yang terletak di wilayah Rusia dengan beberapa negara investor, seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan, Cina, dan India. Pada tahun 2013 misalnya perusahaan energi Jepang Inpex dan perusahaan milik pemerintah Rusia Rostneft telah melakukan kerjasama eksplorasi dan pengembangan potensi di ladang minyak dan gas lepas pantai Rusia yang terletak di Magadan.6

Keterkaitan hubungan antara kedua negara Jepang-Rusia dapat dilihat berdasarkan jumlah kebutuhan Jepang terhadap energi yang cukup tinggi. Sebagai salah satu negara industri dengan tteknologi tinggi,7 Jepang tidak mampu memenuhi konsumsi sumber daya energi domestiknya. Hal tersebut karena Jepang

5

SvetlanaVassiliouk. “Japanese- Russian Energy Cooperation : Problem and Perpectives” (Tokyo, The Institute Energy, Economics of Japan- IEEJ 2008), 2. Tersedia di http://eneken.ieej.or.jp/en/data/pdf/461.pdf diakses pada 28 Februari 2013

6

Changes of Director and other senior Management. Public Relation Group, Corporate Communications Unit, Ashaka. 19 May 2014 tersedia di

http://www.inpex.co.jp/english/news/pdf/2014/e20140519.pdf diakses pada 25 Oktober 2013

7

Executive Summary, A New Option for Russia’s Gas Supply to Japan. Energy Research Institue of the Russian Academy of Sciences and the Institute of Energy Economics Japan. World Petroleum Congress, Moscow, 2014), 2. Tersedia di https://eneken.ieej.or.jp/data/5517.pdf


(17)

tidak memiliki sumber daya energi dalam negeri. Oleh sebab itu Jepang menjadi salah satu negara yang berkebutuhan energi tinggi.8 Sebaliknya, Rusia merupakan negara penghasil energi dengan jumlah besar di dunia. Selain itu, negara tersebut juga merupakan pemasok energi terbesar di kawasan Eropa pada tahun 2013.9

Keadaan tersebut di atas akan saling menguntungkan bagi kedua negara, apabila keduanya menjalin hubungan baik. Hal ini dapat dilihat oleh perusahaan domestik khususnya perusahaan yang bergerak di bidang energi sebagai peluang baru. Kerjasama energi antar negara, sudah tentu tidak lepas dari dukungan pemerintah masing- masing. Dalam sebuah pertemuan dipertengahan bulan Juni 2013, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Rusia Vladimir Putin membicarakan hal terkait kerjasama, diantaranya seperti kerjasama energi dan upaya penyelesaian sengketa wilayah.10

Kegigihan Jepang dan Rusia untuk mempertahankan gugusan pulau Kuril tersebut disebabkan karena sumber daya yang tersimpan dalam bumi kepulauan tersebut cukup menjanjikan. Potensi sumber daya yang tersimpan di Kepulauan Kuril tersebut mengundang berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi dan kepentingan strategis. Wilayah maritim dan perikanan yang luas, serta cadangan minyak dan gas bumi yang melimpah menjadi daya tarik kepulauan

8

Russia- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013, 3-4. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Russia/russia.pdf diakses pada 20 februari 2014

9

Ibid, 4

10

Japan Russia Hold Talks on isles Energy Cooperation. Global post, Kyodo Internasional. tersedia di http://www.globalpost.com/dispatch/news/kyodo-news-international/130617/japan-russia-hold-talks-isles-energy-cooperation diakses pada 17 Juni 2013


(18)

ini.11 Hal ini sejalan dengan kepentingan Jepang terkait dengan kebutuhan energi. Kerjasama mungkin akan terjadi, namun persaingan dalam mempertahankan keutuhan wilayah juga tetap menjadi pilihan penting bagi kedua negara.

Pasca gempa bumi di Fukushima pada tahun 2011, kebutuhan Jepang terhadap pasokan energi amat tinggi. Musibah gempa dan tsunami yang terjadi pada tanggal 14 Maret 2011 lalu mendesak Jepang untuk memulihkan hubungan dengan negara tetangga. Pada tahun yang sama Rusia bersedia membantu untuk mengatasi krisis energi Jepang. Bantuan diluncurkan Rusia mengingat rusaknya beberapa reaktor nuklir milik Jepang yang berdampak buruk bagi kelangsungan infrastruktur negara tersebut. Menurut wakil Perdana Menteri Rusia Igor Sechin, Jepang telah meminta tambahan pasokan gas yang dikendalikan oleh perusahaan

energi Gazprom milik Rusia.12 Hubungan luar negeri Jepang-Rusia kembali pulih

pasca insiden tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, hal tersebut menunjukkan Jepang-Rusia tidak hanya terlibat dalam masalah sengketa, melainkan keduanya terlibat dalam beberapa proyek kerjasama. Berbagai kemungkinan dapat terjadi bagi hubungan kedua negara ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tertarik melihat adanya kepentingan dua arah (Jepang-Rusia). Namun penulis akan lebih fokus menggali kepentingan Jepang terhadap proyek-proyek kerjasama energi dengan Rusia. Kemudian, penulis akan mencoba menganalisis penyebab Jepang

11

Brad William, resolving the Russo- Japanese Territorial Dispute, Hokkaido- Sakhalin Relations, Routlage, 55.

12

Vladimir Soldatkin, Japan Pleads for More Energy Supply from Russia. Reuters News, 12 Maret 2011.tersedia di http://www.reuters.com/article/2011/03/12/us-japan-quake-russia-idUSTRE72B32M20110312 diakses pada 23 April 2014.


(19)

mengesampingkan isu teritori dan menjalankan proyek kerjasama bersama Rusia. Penelitian ini dibatasi pada kurun waktu dua tahun (2011-2013) dimana perhatian terpusat pada peningkatan kerjasama energi Jepang dan Rusia. Oleh sebab itu penulis mengangkat Judul “Peningkatan Kerjasama Energi Jepang-Rusia dalam Sengketa Kepulauan Kuril (2011-2013)”

B. Pertanyaan Penelitian

Dalam skripsi ini, penulis mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut. “Mengapa Jepang-Rusia meningkatkan kerjasama energi, sementara masih terdapat sengketa diantara keduanya? ”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis penyebab adanya kerjasama antara Jepang-Rusia di atas sengketa yang masih berlangsung.

2. Untuk mengetahui begaimana perkembangan terakhir (2009-2013) hubungan bilateral Jepang-Rusia.

3. Untuk mengetahui kepentingan Jepang-Rusia dalam menjalin kerjasama energi pada tahun 2009- 2013.


(20)

1. Secara teoritis dapat menambah ke dalaman dan keleluasaan ilmu hubungan internasional yang berkaitan dengan kerjasama energi sebagai alternatif untuk perdamaian di Pasifik Utara. 2. Memperkaya pemahaman mengenai konsep- konsep terkait

seperti kepentingan nasional, kebijakan Luar negeri, dan keamanan energi.

3. Dapat dikonstruksikan sebagai rujukan untuk mengembangkan analisis mengenai keamanan energi dan sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan oleh pihak terkait untuk menciptakan keamanan khususnya di kawasan Pasifik Utara. D. Tinjauan Pustaka.

Penelitian yang membahas hubungan bilateral Jepang-Rusia terkait sengketa Kepulauan Kuril telah ditulis oleh Poppy Dwi Suri pada tahun 2004 dengan judul skripsi “Faktor Sengketa Kepulauan dalam Hubungan Ekonomi Jepang-Rusia, Tahun 1993-2001”, di FISIP Universitas Indonesia, 2004. Poppy

mengajukan pertanyaan penelitian, “Bagaimana faktor sengketa wilayah dapat mempengaruhi hubungan ekonomi antara Jepang dan Rusia?”.13

Dalam skripsi tersebut, Poppy berusaha menjelaskan kerjasama ekonomi Jepang-Rusia pasca Perang Dingin pada tahun 1993-2001. Ia berpendapat bahwa dalam kurun waktu tersebut, perekonomian Rusia tidak stabil akibat Perang

13

Poppy Suri Dwi.Faktor Sengkata Kepulauan dalam Hubugan Ekonomi Jepang- Rusia 1993- 2001. Hubungan Internasinal, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UI. 2004


(21)

Dingin . Kerjasama ekonomi kedua negara pasca Perang Dingin tersebut dititik-beratkan pada bantuan yang diturunkan Jepang terhadap Rusia. Selain Jepang, perekonomian Rusia dibantu oleh negara-negara anggota G8. Namun demikian, bantuan yang diluncurkan oleh Jepang tersebut bukan tanpa syarat. Pada tahun 1990 Jepang mengalokasikan hampir 700 dolar AS untuk proyek pipa gas. Hal ini merupakan bentuk investasi Jepang di Rusia, mengingat kebutuhan pasokan energi minyak sebagai sumber bahan bakar industri di Jepang cukup besar.

Selanjutnya, pada tahun 1996 diadakan kontrak kerjasama untuk membangun sumber minyak dan gas alam di lepas pantai pulau Shakalin. Selain bantuan dan kerjasama pada bidang ekonomi dan pendidikan, Jepang juga menanamkan investasi di berbagai sektor di Rusia, salah satunya pada bidang otomotif. Selanjutkan Poppy menyatakan bahwa tidak hanya syarat dan bantuan Jepang yang diulas, akan tetapi kepentingan Jepang terkait dengan kebutuhan energi dan sengketa pemilikan kepulauan juga menjadi fokus pembahasan sebagai ajang sengketa, yang di nilai menjadi penghambat hubungan luar negeri bagi kedua negara tersebut.

Penelitian kedua, berupa skripsi yang ditulis Fitria Rahmawati tahun 2013, dengan judul skripsi “Kerjasama Antara Rusia dan Jepang dalam Menangani Sengketa Kepulauan Kuril Selatan Periode 2003-2011”, Program Studi Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pertanyaan yang diajukan Fitria dalam skripsi tersebut yaitu “Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dan pemerintah Rusia dalam menangani sengketa kepemilikan


(22)

kepulauan Kuril Selatan tahun 2003- 2011?”.14 Dalam skripsi ini dijelaskan hubungan tarik- menarik kepentingan di antara dua negara, dengan menganalisa kerjasama yang dilakukan Rusia dan Jepang dalam menangani status sengketa kepemilikan Kepulauan Kuril Selatan.

Fitria menekankan terhadap upaya-upaya diplomasi kedua negara sebagai solusi dalam menyelesaikan sengketa, tanpa mengurangi porsi kepentingan nasional masing-masing negara. Ia secara komprehensif menjelaskan masalah dan sengketa dalam hubungan bilateral Jepang-Rusia. Terdapat persamaan dari hasil skripsi tersebut di atas dengan penelitian yang dilakukan penulis, yakni masing- masing melihat penyebab retaknya hubungan bilateral antara Jepang dan Rusia.

Letak perbedaan antara dua skripsi di atas dengan penulisan skripsi ini antara lain; pertama, berupa periode waktu yang menjelaskan keadaan ekonomi Rusia pasca Perang Dingin yang tidak stabil padahal Rusia yang saat ini mulai menjadi raksasa di kawasan Asia Pasifik. Kemudian, dengan perbedaan periode waktu tersebut penelitian ini akan menjelaskan kebijakan seperti apa yang di keluarkan oleh Jepang terhadap Rusia terkait kerjasama tersebut. Perbedaan periode waktu memberikan perubahaan dalam kebijakan suatu negara, dalam hal ini Jepang sebagai negara pemberi bantuan pada tahun 1990-an terhadap Rusia, akan mengalami pergeseran kebijakan pada tahun 2013.

14

Fitria Rahmawati. Kerjasama antara Rusia dan Jepang dalam menangani sengketa kepulauan Kuril Sealatan Periode 2003-2011, Hubungan Internasional, Fakulas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013


(23)

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Poppy dan Fitria ini menganalisis hubungan bilateral Jepang-Rusia secara menyeluruh, baik dari aspek ekonomi, sosial, pendidikan, energi, dan pemerintahan, dengan fokus terhadap penyelesaian sengketa. Sedangkan penelitian ini lebih fokus kepada kepentingan Jepang terhadap kerjasama khususnya di bidang energi gas alam dan minyak bumi serta penyebab meningkatnya impor sumber daya energi Jepang.

Sementara itu, kerangka teori yang digunakan oleh Poppy, yakni beberapa konsep dalam hubungan internasional seperti; kepentingan nasional, diplomasi, dan kerjasama yang di kemukakan oleh Donald Nuechterlain, Hans Morghentau, Jeffrey Legro dan Suprapto. Sedangkan Fitria, hanya menggunakan dua kosep untuk membuat kerangka teori, yakni kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional.

Penulis menggunakan kerangka pemikiran dengan mengambil beberapa konsep yang sama dengan dua skripsi sebelumnya, seperti foreign policy (kebijakan luar negeri), dan national interest (kepentingan nasional). Selain itu, penulis menambahkan konsep energy security (keamanan energi) sebagai upaya untuk melihat bagaimana kepentingan Jepang dalam memeperoleh kebutuhan sumber daya energinya.

Tulisan lain, berupa jurnal yang diterbitkan oleh Australian Defence College pada tahun 2010 no.190 yang ditulis oleh Linda Mc Cann, dengan judul penelitian “Japan’s Energy Security Challenges: The World is Watching”. Dalam jurnal tersebut dibahas mengenai kebijakan pemerintah Jepang terkait energi


(24)

pasca gempa bumi pada tanggal 11 Maret 2011. Hal ini berdampak terhadap rusaknya tiga reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Jepang merupakan negara yang rentan terhadap gempa bumi, apalagi dilihat dari segi keamanan energi bila dibandingkan keberadaannya diantara negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development).15

Selanjutnya, Linda Mc Cann menjelaskan bagaimana ketergantungan Jepang terhadap negara-negara pengekspor energi, seperti misalnya berasal dari Timur-Tengah. Jurnal ini menarik, karena selain membahas mengenai krisis energi yang dialami Jepang, juga mengaitkan hubungan bilateralnya dengan Rusia tersebut dengan membina potensi kerjasama energi antara kedua negara. Sementara itu, hubungan bilateral Jepang-Rusia tidak lepas dari perkembangan sengketa wilayah Kepulauan Kuril dan juga hubungan yang berkaitan dengan kepentingan energi masing- masing negara.

Keterkaitan tulisan dalam jurnal di atas dengan penelitian ini terletak pada upaya kerjasama yang akan dilakukan Jepang-Rusia dalam bidang energi, seperti realisasi Proyek Liquified natural Gas (LNG) di Vladivostok dan partisipasi perusahaan Jepang dalam tiga Proyek di Shakalin. Selain itu, dalam jurnal tersebut dijelaskan pula kebutuhan Jepang terkait konsumsi energi dengan menggunakan kerangka kamanan energi. Dalam analisisnya, Linda menjelaskan

15

Linda Mc Cann. Japan’s Energy Security Challenges: The World is Watching, Department of Defence, ADF Journal, no 190. 2013.


(25)

bagaimana kebutuhan energi Jepang amat tinggi. Selanjutnya, Linda menjelaskan prosentase kerjasama, hingga tahun 2010.

Jurnal kedua adalah Jurnal yang ditulis oleh Svetlana Vassiliouk dengan Judul Japanese-Russian Energy Cooperation: Problem and Perspectives yang di terbitkan oleh The Institute of Energy Economics, Jepang.16 Dalam jurnal tersebut Vassiliouk menjelaskan mengenai hubungan tarik-menarik antara Jepang-Rusia. Dalam Jurnal tersebut menjelaskan kerjasama energi Jepang pasca perang dunia II yang terhambat dengan sengketa pulau yang sedang mereka hadapi. Terdapat banyak kepentingan yang terjadi dalam hubungan bilateral Jepang dan Rusia pasca perang dunia II. Tidak hanya kepentingan atas pulau sengketa, namun juga kepentingan negara lain terhadap Jepang-Rusia, seperti AS.

Hal ini diperparah dengan pecahnya perang dingin, dimana kedua negara (Jepang-Rusia) berada dalam kubu yang berseberangan ideologi. Hal ini yang menyebabkan hubungan Jepang-Rusia kembali memburuk. Kerjasama yang telah diselenggarakan oleh kedua negara tersebut, selain sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan energi, juga digunakan sebagai bentuk kepercayaan kedua negara dalam menjalin hubungan atau mitra kerjasama. Oleh sebab itu pacahnya Perang dingin menyababkan hubungan kedua negara kembali merenggang.

Perbedaan jurnal yang ditulis oleh Vassilliouk dengan penulisan skripsi ini adalah Vassiliouk melihat berbagai hambatan yang menyebabkan renggangnya

16

Svetlana Vassiliouk. Japanese- Russian Energy Cooperation : Problem and Perpectives, The Institute Energy, Economics of Japan(IEEJ), 2008 Jepang. Tersedia di http://eneken.ieej.or.jp/en/data/pdf/461.pdf diakses pada 23 Juni 2013


(26)

hubungan bilateral Jepang-Rusia. Juga dijelaskan dalam Jurnal tersebut, bahwa hubungan Jepang-Rusia akan terus-menerus terhambat dengan isu sengketa Kepulauan Kuril yang hingga saat ini belum menemukan titik temu. Sedangkan dalam skripsi ini, penulis membahas peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia dan melihat adanya potensi baik dari hubungan kerjasama tersebut di masa depan. kepentingan dua arah menyebabkan peningkatan kerjasama energi dua negara tersebut ada, sehingga sangat mungkin terjadi kerjasama dan semakin meningkat.

E. Kerangka Pemikiran

Untuk menjelaskan pembahasan skripsi, penulis menggunakan beberapa konsep terkait untuk mengembangkan analisis penelitian ini. Konsep yang tergabung dalam kerangka pemikiran berikut ini ialah kepentingan nasional (national interest), keamanan energi (energy security), Ekonomi Politik Internasional (International Political Economy) dan kebijakan luar negeri (foreign policy).

1. Kepentingan Nasional(National Interest)

Konsep pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepentingan nasional. Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan faktor penentu yang membantu para pembuat keputusan dalam merumuskan kebijakan luar negeri. Kepentingan nasional merupakan konsep yang sangat umum, namun juga merupakan unsur vital bagi sebuah negara.17 Unsur tersebut menyangkut kelangsungan hidup bangsa, negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan

17

Rear Admiral Simon Williams, The Role of the national Interest in the National Security Debate, 2012, 26


(27)

dan kesejahteraan ekonomi.18 Menurut Joseph Fankel, Kepentingan nasional adalah deskripsi paling komprehensif dari nilai- nilai kompleks kebijakan luar negeri, yang dapat mengatur tujuan kebijakan luar negeri dan perilaku internasional pada umumnya19.

Lebih lanjut Frankel mengklasifikasikan kepentingan nasional ke dalam tiga kategori yaitu; Aspirational, Operational, dan explanatori/ polemical. Pada tingkat aspirasi (Aspirational), kepentingan nasional mengacu pada visi kehidupan yang baik, dengan tujuan yang ideal yang akan dicapai oleh sebuah negara apabila mungkin untuk dicapai. Kepentingan aspirasional adalah kepentingan jangka panjang yang tertanam dalam sejarah dan ideologi. Pada tingkat operasional (operational), kepentingan nasional mengacu pada jumlah total kepentingan dan tujuan yang sebenarnya dikejar.20 Berbanding terbalik dengan aspirasional, kepentingan operasional adalah kepentingan jangka pendek yang merupakan perhatian utama dari pemerintah dan/ atau pihak yang berkuasa.21 Sedangkan pada tingkat eksplanatori dan polemik (explanatory/pholemical) kepentingan nasional digunakan untuk menjelaskan, mengevaluasi, merasionalisasikan dan mengkeritik kebijakan.22

Secara keseluruhan Frankel menjelaskan, kepentingan nasional adalah konsep kunci dari kebijakan luar negeri suatu negara dan kepentingan nasional

18

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyang Mohammad Yani. Pengantar Huungan Internasional, Bandung, 2006, 35

19

Joseph Frankel, The National Interest, Pall Mall, London, 1970, 26-27.

20

Frankel 1970: 31-32

21

Rear Admiral Simon Williams, The Role of the national Interest in the National Security Debate, 2012, 28.

22


(28)

yang diartikan sebagai aspirasi dari sebuah negara yang dapat digunakan secara operasionaal pada suatu kebijakan operasional tertentu. Secara konseptual kepentingan nasional adalah nilai- nilai dasar yang terpelihara dan di perthankan oleh suatu negara untuk mencapai tujuannya.23

Selain itu, kepentingan nasional juga dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan pada pembuatan keputuasan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya.24 Sementara itu, menurut Paul Seabury dalam buku yang ditulis oleh K.J Holsti, kepentingan nasional berkaitan dengan beberapa kumpulan cita- cita suatu bangsa yang berusaha dicapai melalui hubungan dengan negara lain. Dengan kata lain gejala tersebut merupakan unsur normatif dalam kepentingan nasional. Pengertian yang sama pentingnya yakni secara deskriptif hanya dianggap sebagai sesuatu yang harus di capai negara secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah.25

Sama halnya dengan pendapat Frankel terkait kategori diatas, K.J holsti membagi unsur kepentingan nasional ke dalam tiga kategori. Pertama, adalah kepentingan inti yang melibatkan setiap eksistensi pemerintah dan bangsa yang harus dilindungi dan diperluas. Kedua, tujuan jangka menengah yang biasanya memaksakan tuntutan pada negara lain. Ketiga, yakni tujuan jangka panjang yang bersifat universal dan jarang memiliki batasan waktu yang pasti.

23

Rear Admiral Simon Williams, The Role of the national Interest in the National Security Debate, 2012, 28

24

Jack C Plano dan Roy Olton. Kamus Hubungan Internasional, 11.

25

K. J. Holsti, Politik Internasional- Kerangka untuk Analisi, Tujuan Kebijakan Luar negeri (Jakarta, Elangga, 1983. ed. M Tahir Azhary), 138.


(29)

Kepentingan nasional yang bersifat luas dan bercabang tersebut menyebabkan kepentingan nasional sebuah negara terlihat dinamis. untuk menentukan kebijakannya, sebuah negara harus mampu menentukan kepentingan nasionalnya. Kepentingan nasional yang bersifat piroritas ataupun vital. Dalam hal ini keutuhan sebuah wilayah bagi sebagian negara adalah harga mati, negara tidak akan dengan mudah melepaskan klaim atas wilayah tersebut, begitu pula Jepang dan Rusia. Namun demikian dalam menentukan kepentingan nasional yang bersifat luas dan komprehensif, selain melihat unsur dalam negeri, kepentingan nasional juga harus melihat usur yang datang dari lingkungan internasional.

Tulisan terakhir adalah jurnal yang di tulis oleh Svetlana Vassiliouk dengan Judul Japanese-Russian Energy Cooperation: Problem and Perspectives yang di terbitkan oleh The Institute of Energy Economics, Jepang pada tahun 2008. Dalam jurnal tersebut Vassiliouk menjelaskan mengenai hubungan tarik-menarik antara Jepang-Rusia. Dalam Jurnal tersebut menjelaskan kerjasama energi Jepang pasca Perang Dunia II yang terhambat dengan sengketa kepulauan yang sedang mereka hadapi. Terdapat banyak kepentingan yang terjadi dalam hubungan bilateral Jepang dan Rusia pasca Perang Dunia II. Tidak hanya kepentingan atas pulau sengketa, namun juga kepentingan negara lain terhadap Jepang-Rusia, seperti AS. Hal ini diperparah dengan pecahnya Perang Dingin , dimana keduanya (Jepang-Rusia) berada dalam kubu yang berseberangan ideologi. Kerjasama yang diselenggarakan oleh kedua negara tersebut selain


(30)

sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan energi, juga digunakan sebagai bentuk kepercayaan kedua negara dalam menjalin hubungan atau mitra kerjasama.

Perbedaan penulisan ini dengan skripsi yang sedang penulis teliti adalah dalam jurnal tersebut Vassilliouk melihat hingga tahun 2007 hubungan Jepang-Rusia yang tidak menentu, kerjasama energi yang dijalankan tidak membuahkan hasil signifikan terhadap hubungan bilateral kedua negara terkait sengketa kepulauan. Dalam Jurnal tersebut Vassilliouk tidak hanya melihat kebutuhan energi, namun juga melihat faktor kepentingan lain yang berasal dari luar, hal ini yang digunakan sebagai penghambat bagi hubungan bilateral kedua negara. Sedangka skripsi yang saya teliti fokus terhadap kepentingan energi Jepang, dengan melihat penyebab peningkatan kerjasama energi pada tahun 2011-2013. Skripsi ini melihat peningkatan kerjasama dari dua arah (Jepang-Rusia).

2. Keamanan Energi(Energy Security)

Terdapat beberapa definisi dalam menjelaskan keamanan energi. Definisi keamanan energi menurut Internasional Energy Agencies (IEA) ialah

“The uninterrupted availability of energy sources at an affordable price” 26 (ketersediaan yang terus menerus dari sumber energi dengan harga yang terjangkau). (terjemahan oleh penulis)

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa keamanan energi melindungi berbagai masalah seperti, kemanan prasarana, harga barang, ketersediaan keaneka ragaman, resiko dari terorisme dan perang, keamanan pendapatan, keamanan ketersediaan, akses untuk mendapatkan cadangan baru, dan energi sebagai

26

Whats is energy Security?. International Agency (IEA) tersedia di; http://www.iea.org/topics/energysecurity/subtopics/whatisenergysecurity/ diakses pada 20 juli 2014, 6


(31)

senjata.27 Definisi keamanan energi menurut IEA tidak jauh berbeda dengan konsep keamanan energi menurut United Nation Development Program (UNDP) yakni,

“The availability of energy at all times in various forms, in

sufficient quantity and at affordable prices”.28 (Yang dipahami

sebagai ketersediaaan pasokan energi dalam kuantitas yang cukup dengan harga yang dapat dijangkau). (terjemahan oleh penulis)

Definisi keamanan energi menurut Institute of Energy Economics Japan (IEEJ) lebih komprehensif, secara spesifik menjelaskan keamanan suplai tidak hanya demi memenuhi kebutuhan manusia, juga penting bagi ekonomi dan industri, sebaga berikut;

“To secure adequate energy at reasonable price necessary for the people’s lives, and economic and industrial activities of the

country”.29 (Jaminan untuk mencukupi energi, dengan harga yang

sesuai dengan kebutuhan hidup manusia, ekonomi dan aktivitas industri dari sebuah negara) (terjemahan oleh penulis).

Sedangkan menurut Jonathan Elkind dalam kebijakan dan Energi Internasional di US Department of Energy,30 menyebutkan bahwa keamanan energi mengandung empat elemen, antara lain:

1. Ketersediaan (Availability)

27

Whats is Energy Security?. International Agency (IEA), 8.

28Definisi tersebut dijelaskan oleh UNDP tentang keamanan energi “

the availability of energy at all times in various forms, in sufficient quantity and at affordable prices“. Lebih lanjut lihat dalam United Nations Development Prgram, World energy Assesment, New york 2000. Dikutipdalam Makmur Keliat, “Kebijakan Keamanan Energi” (Global vol 8, 2006), 60.

29

Japanese- Russian Energy Cooperation: Problem and Perspectives. (Istitute of Energy,

Economic Japan (IEEJ), tokyo, november 2008). Tersedia di;

http://eneken.ieej.or.jp/en/data/pdf/461.pdf diakses pada 20 Februari 2014

30

Carlos Pascual dan Jonathan Elkind. Energy Security-Economics, Politics, Trategies, and Implication- Energy Security, Call for aBroader Agenda. (Woshington,D.C. Brooking Institution Press, 2010),121-129.


(32)

Elemen ini mengacu pada kemampuan produsen dan pengguna untuk mengamankan energi yang diperlukan dan komponen penduduknya seperti solusi teknis pada produksi, transportasi, konversi, penyimpanan dan distribusi.

2. Keandalan (Reliability)

Elemen ini mengacu pada pelayanan energi yang bebas dari gangguan, dengan kriteria yang saling terkait, termasuk:

a. Keanekaragaman sumber suplai (keanekaragaman bahan bakar dan tteknologinya).

b. Keanekaragaman rantai suplai.

c. Kemampuan mengatasi kendala dan kegagalan.

d. Menurunkan kebutuhan energi agar mengurangi beban dari infrastruktur. e. Penanganan pada kasus terjadinya kegagalan.

f. Menyebarkan informasi ke pasar setiap waktu.

3. Keterjangkauan (Affordability)

Hal ini tidak hanya terkait dengan harga yang murah, tetapi juga harga yang stabil dan tidak mudah berubah.

4. Keberlanjutan (Sustainability)

Elemen terakhir mengacu pada meminimalkan kerusakan di bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan lewat tersedianya infrastruktur energi yang ramah dan tahan lama. Beberapa komponen lain yang perlu diperhitugkan seperti emisi gas rumah kaca harus rendah dan mampu memproteksi sistem energi.31

Berdasarkan bagian Kebijakan dan Energi Internasional pada US Department of Energy, Elkind menyebutkan bahwa keamanan energi

31

Carlos Pascual dan Jonathan Elkind, Energy Security-Economics, Politics, Trategies, and Implication- Energy Security,124-125.


(33)

mengandung empat elemen, yaitu: ketersediaan (availability), keandalan (reliability), keterjangkauan (affordability), dan keberlanjutan (sustainability).32

a. Ketersediaan mengacu pada kemampuan konsumer dan pengguna untuk mengamankan energi yang diperlukannya. Komponen pendukungnya adalah solusi teknis pada produksi, transportasi, konversi, penyimpanan, dan distribusi.

b. Keandalan, mengacu pada pelayanan energi yang bebas dari gangguan, dengan kriteria yang saling terkait, termasuk:

 Keanekaragaman sumber suplai (keanekaragaman bahan bakar dan teknologinya).

 Keanekaragaman rantai suplai.

 Kekenyalan atau kemampuan mengatasi kejutan dan kegagalan.

 Menurunkan kebutuhan energi agar mengurangi beban dari infrastruktur.

 Redundansi pada kasus terjadinya kegagalan.

 Menyebarkan informasi ke pasar setiap waktu.

c. Keterjangkauan, melibatkan tidak hanya harga yang murah – relatif terhadap penghasilan – tetapi juga harga yang stabil dan tidak mudah berubah.

d. Keberlanjutan, mengacu pada meminimalkan kerusakan di bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan lewat tersedianya infrastruktur energi yang awet dan berumur panjang.

32Elkind Jonathan, “

Energy Security: Call for Broader Agenda”. In Carlos Pascual and Jonathan Elkind (eds), Energy Security: Economics, Politics, Strategies, and Implications 2010(Washington DC, Brookings Institution Press),119-148.


(34)

Kerentanan Jepang untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya telah dimulai sejak tahun 1970-an. Sebagai upaya untuk mencapai kepentingannya, Jepang dihadapkan dengan beberapa tantangan besar dalam beberapa dekade terakhir, yang terus meningkat dan harus berhadapan dengan krisis minyak dunia pada awal tahun 1970.33

Kemudian adanya politik perubahan iklim dunia yang mulai disuarakan pada tahun 1990-an, mengharuskan Jepang turut andil. Dilanjutkan dengan terjadi Gempa yang diikuti oleh tsunami pada tahun 2011. Ini penting, dalam berbagai situasi Jepang harus memperhatikan pasokan dan keamanan energi. oleh karena itu keamanan energi akan mempengaruhi kebijakan luar negeri Jepang, khususnya pasca gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011 lalu.

3. Ekonomi Politik Internasional (International Political Economy)

Pendapat atau maksud dalam studi ekonomi politik internasional adalah bahwa hubungan antara ekonomi dan politik pada masa modern saat ini adalah suatu hubungan timbal balik.34 Sebagian besar politik menentukan kerangka kerja atas aktivitas ekonomi dan secara lebih lanjut mengarah pada kepentingan-kepentingan kelompok.35 Perhatian pada kekuasaan dalam berbagai bentuk merupakan faktor penentu dari sifat dasar sistem ekonomi. Disisi lain, sistem ekonomi itu sendiri, cenderung membagi-bagi lagi antara kekuasaan dan kekayaan. Hal ini dapat merubah hubugan kekuasaan antar grup atau kelompok,

33

Nurul Isnaeni. Jepang dan Isu Keaman Energi.(Global vol 8 no.2. 2006), 72.

34

Karen A. Mingst, Jack L. Snyder. Essential Readings in World Politics-The Meaning of Political Economy. W.W Norton and Company. New York, 2004, 404

35


(35)

yang pada gilirannya akan memimpin perubahan dari sistem politik.36 Dengan demikian akan memberi peningkatan terhadap struktur baru dalam hubungan ekonomi. Hal tersebut merupakan bagian dari dinamika hubunga internasional di dunia modern, yang sebagian besar merupakan fungsi dari interaksi hubungan timbal-balik antara ekonomi dan politik.37

Hubungan timbal-balik antara ekonomi dan politik dewasa ini semakin kompleks, sebagian besar negara menjadikan kepentingan ekonomi menjadi kepanjangan tangan dari kepentingan politik, begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini hubungan bilateral Jepang-Rusia merupakan salah satu bentuk interaksi atau hubungan timbal balik antara politik dan ekonomi. Meskipun tidak secara mendalam, namun konsep IPE (International Political Economy) akan melihat bagaimana kebutuhan ekonomi dalam hubungan internasional yang semakin interdependen akan berpengaruh terhadap keputusan politik suatu negara.

4. Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)

Konsep kedua adalah kebijakan luar negeri (foreign policy). Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya. Hal ini dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional secara spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.38 Sedangkan

36

Ibid, 404.

37

Carent Mingst. World Politics.

38


(36)

menurut Rosenau,39 pengertian kebijakan luar negeri yakni upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitas untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya hal tersebut untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu Negara.

Kedua pengertian yang di ungkapkan Rosenau tersebut memberikan pemahaman bahwa adanya keterkaitan antara kepentingan nasional dengan kebijakan luar negeri. Konsep ini akan menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri terkait sumber daya energi Jepang pasca gempa bumi dan tsunami terhadap Rusia dalam upaya memenuhi kepentingan nasionalnya. Dalam pembuatan kebijakan luar negeri Jepang, penulis mengutip pendapat Rosenau terhadap adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal di pengaruhi oleh perkembangan ekonomi (economic development). sedangkan faktor eksternal atau internasional dipengaruhi oleh size dan geography.40

F. Metode Penelitian:

Metode merupakan prosedur yang digunakan dalam mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena.41 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif, yakni suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada fenomena sosial dan masalah manusia.42 Secara umum, penelitian kualitatif berawal dari asumsi individu yang memiliki peran aktif mengkonstruksikan

39

James N. Rosenau. World Politics: An Introduction- the Study of Foreign Policy.(free Press, 1976),15.

40

James N, Rosenau 1976: 18-20. Lihat juga Steve Smith, Rosenau’s Contriibution. Review of International Studies. Vol. 9 no. 2 April 1983.

41 Mochtar Mas’oed.

Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. (Jakarta, LP3ES. 1994),3.

42

John W Creswell, Research Design Qualitative, Quantitative and mixed methods design. (California, 1998), 208.


(37)

realitas sosial dan kemudian metode penelitian mampu menganalisa proses konstruksi sosial tersebut.43

Dalam penelitian ini, penulis berupaya menjawab pertanyaan penelitian yang menggambarkan dan menganalisa secara sistematis berdasarkan fakta yang di peroleh selama melakukan penelitian. Penulis bermaksud untuk menganalisis penyebab dari peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia. Penelitian ini berkaitan dengan kebutuhan Jepang terhadap sumber daya energi ditengah adanya sengketa Kepulauan Kuril yang terjadi diantara kedua negara (Jepang-Rusia). Metode yang digunakan untuk menganalisa adalah deskriptif analitis, yaitu kegiatan penelitian dalam hubungan internasional dengan melihat permasalahan yang ada melalui pengumpulan data kemudian melakukan analisis dengan mengaitkan data dengan teori dalam hubungan internasional.44

Penulis juga menggunakan data sekunder yakni berupa wawancara dan pengumpulan data melalui literatur berupa buku- buku, jurnal ilmiah, media masa (surat kabar, majalah ilmiah), dan situs- situs Internet. Dengan data yang telah di peroleh melalui sumber tersebut, penulis dapat melengkapi pembahasan ini dengan lebih baik. Kemudian data tersebut akan diklasifikasikan sesuai dengan bagian- bagiannya, yakni dengan menempatkan data pada kategori masing-masing yang berhubungan dengan kebutuhan energi Jepang dan peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

43

Claire Howell Major dan Savin Baden M. An Introduction to Qualitative Research Synthesis; Managing the Information explosion in social Science Research. (New York, 2010), 11

44Mochtar Mas’oed Mochtar Mas’oed.

Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, 223


(38)

kepentingan Jepang dalam Proyek kerjasama energi bersama Rusia. Pada bagian terakhir penulis akan menganalisa berdasarkan kerangka konseptual sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan dan dapat digunakan untuk penelitian dalam merumuskan jawaban dari pertanyaan penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Sistem penulisan dalam penelitian ini adalah BAB I. PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah B. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Tinjauan Pustaka

E. Kerangka Pemikiran F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan

BAB II. SUMBER DAYA ENERGI JEPANG DAN RUSIA A. Pengertian Sumber Daya Energi

B. Sumber Daya Energi Jepang

1. Kebutuhan Sumber Daya Energi Jepang 2. Kelangkaan Sumber Daya Energi Jepang C. Sumber Daya Energi Rusia

1. Potensi Sumber Daya Energi Rusia 2. Sumber Daya Energi Pulau Sakhalin


(39)

BAB III. DINAMIKA HUBUNGAN JEPANG-RUSIA

A. Sengketa Kepemilikan Kepulauan Kuril antara Jepang-Rusia

B. Kerjasama Ekonomi dan Energi Jepang-Rusia hingga tahun 2009

1. Kerjasama Ekonomi Jepang-Rusia 2. Kerjasama Energi Jepang-Rusia

C. Kerjasama Energi Jepang-Rusia Pada Tahun 2009- 2013 1. Kerjasama East Siberia-Pacific Ocean Oil Pipeline 2. Kerjasama Liquified Natural Gas (LNG) Shakalin-II BAB IV. ANALISIS PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG DALAM SENGKETA KEPULAUAN KURIL

A. Kepentingan Jepang-Rusia dalam Sengketa Kepulauan Kuril.

1. Klaim Jepang Terhadap Kepulauan Kuril 2. Klaim Rusia Terhadap Kepulauan Kuril.

B. Faktor Pendorong adanya Peningatan Kerjasama Energi Jepang-Rusia.

1. Keamanan Energi Jepang a. Faktor Internal b. Faktor Eksternal


(40)

C. Kebijakan Luar Negeri Jepang dalam Peningkatan Kerjasama Energi dengan Rusia.


(41)

BAB II. SUMBER DAYA ENERGI JEPANG DAN RUSIA

Pada bab ini penulis menguraikan keadaan sumber daya energi Jepang dan Rusia yang terbagi ke dalam dua sub-bab. Pertama, menerangkan tentang pengertian sumber daya energi, menjelaskan mengenai tingginya kebutuhan energi Jepang yang diakibatkan kelangkaan sumber daya energi domestik. Kedua, menguraikan tentang sumber daya energi Rusia, dan kebijakan ekspor energi Rusia terhadap negara-negara destinasi, khususnya ke Jepang.

A. Pengertian Sumber Daya Energi

Energi berasal dari bahasa Yunani energia yang berarti daya, kerja atau tenaga. Energi dalam disiplin ilmu alam dapat didefinisikan sebagai tenaga mekanik yang terakumulasi. Sebagian dari tenaga tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan suatu akibat baik itu dalam pengertian gerak atau kerja.45 Oleh karena itu, secara umum energi dapat didefinisikan sebagai kapasitas untuk melakukan pekerjaan atau menghasilkan akibat atau dampak.46

Tabel di bawah ini menguraikan bahwa energi pada dasarnya mengandung empat dimensi. Empat dimensi tersebut antara lain:

1. Berdasarkan siklus penggunaannya energi dapat di bagi menjadi dua, yakni energi yang tidak dapat di perbaharui (non-renewable energy) dan

45

Makmur Keliat, Kebijakan Keamanan Energi. (Global-Jurnal Politik Internasional, 2006 Vol. 8 No. 2), 34.

46

Definisi yang di jelaskan oleh Salisburry yang menyatakan “Energy is the caacity for

producing an effect”. Lihat J Kenneth Salisburry (ed) Mechanical Engineers’ Handbook (Tokyo: Tappan Cmpany LTD, 1980 hlm 3-50) dikutip dari Makmur Keliat, Kebijakan Keamanan Energi. (Global-Jurnal Poliik Internasional Vol. 8 No. 2, 2006), 34.


(42)

energi yang dapat di perbaharui (renewable energy).47 Energi yang tidak dapat di perbaharui seperti bahan bakar minyak, gas dan batu bara. Bahan bakar tersebut sering juga disebut sebagai fossil fuels. Sedangkan contoh energi yang dapat diperbaharui misalnya, energi yang berasal dari sinar matahari (solar energy) dan nuklir (nuclear energy), dan panas bumi (Geothermal).48

Tabel 2.1. Dimensi dan Kategori Energi.

Dimensi Kategori Implikasi

Siklus Penggunaan Energi yang dapat diperbaharui

Adanya kebutuhan

untuk melakukan

efisiensi , konservasi energi dan energy mix

Energi yang tidak dapat diperbaharui Tingkat Penggunaan

Tteknologi

Energi Tradisional Adanya kebutuhan

untuk melakukan

transisi energi dari energi tradisional ke energi modern untuk tujuan peningkatan kulitas pembangunan. Energi modern

Mata Rantai Energi Primer Adanya kebutuhan dana

yang sangat besar untuk melakukan investasi energy

Energi Sekunder Eergi akhir

Dampak Lingkungan Kurang ramah dengan lingkungan

Adanya pergeseran pola konsumsi energi dan adanya kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan regulasi-regulasi lingkungan hidup Relatif lebih ramah

lingkungan

Sumber: Makmur Keliat, Kebijakan Keamanan Energi. Global-Jurnal Poliik

Internasional Vol. 8 No. 2 h. 35. 2006

47

Purnomo Yusgiantoro. Ekonomi Energi Teori dan Praktik. (Pustaka LP3ES Indonesia, 2000),5.

48

Makmur Keliat. Kebijakan Keamanan Energi, (Global-Jurnal Poliik Internasional Vol. 8 No. 2, 2006), 34.


(43)

Perbedaan ini menjadi penting karena terdapat dua pertimbangan. Pertama, mengandung pengertian bahwa terdapat batas, antara ketersediaan dan waktu. Berdasarkan energi yang tidak dapat diperbaharui tersebut, maka melahirkan kebutuhan efisiensi dalam penggunaan energi dan sekaligus konserfasinya. Kedua, terkait dengan kebutuhan untuk melakukan diversifikasi penggunaan energy.49 Dikenal dengan istilah enegry mix, yakni suatu negara sebaiknya tidak hanya mengandalkan satu sumber energi yang tersedia, namun harus menganekararagamkan sumber- sumber energi yang dibutuhkan.

2. Terkait dengan dimensi penggunaan teknologi pengolahannya. Berdasarkan sudut pandang ini, energi dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu energi tradisional (traditional energy) dan energi modern (modern energy, contoh untuk energi modern adalah listrik, fossil fuels (bahan bakar) dan seluruh energi yang dapat di perbaharui. Sedangkan contoh energi tradisional adalah penggunaan kayu bakar dan biomass.

3. Bila dilihat dari sudut pandang dimensi mata rantai, energi dapat dikategorikan sebagai energi primer (primary energy), energi sekunder (secondary energy), dan energi akhir (final energy).50 Keterkaitan antara energi primer, sekunder dan akhir dikenal dengan istilah mata rantai energi (energy chain). Rantai ini berawal aktivitas eksplorasi hingga ekstraksi yang disebut sebagai energi primer. Kemudian aktivitas pemrosesan

49

Makmur Keliat. Kebijakan Keamanan Energi, 35.

50

Ronald A. Morse Energy and Japan’s National Security Strategy, dalam Ronald A. Morse (ed), The Politics of Japan’s Energy Security. Berkeley: Institute of East Asian StudiesUniversity of California, 1981, 38. Dikutip dari Makmur Keliat, Kebijakan Keamanan Energi, 36.


(44)

hingga transportasi disebut dengan energi sekunder, selanjutnya konservasi hingga distribusi disebut sebagai energi akhir.

4. Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh energi. Berdasarkan sudut pandang ini dapat dilihat dari dua kategori, yaitu energi bersih (clean energy) dan energi kotor (dirty energy) atau energi yang tidak ramah lingkungan. Dalam kategori tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa sektor; sektor rumah tangga, sektor industrial, sektor komersial, dan sektor transportasi.51 Pembagian sektor ini menentukan penggunaan energi. Misalnya, gas alam yang dipandang lebih bersih dibandingkan dengan batu bara dan bahan bakar minyak karena beresiko menghasilkan carbon dioxide (CO2). Resiko ini lebih kecil jika dibandingkan dengan penggunaan batu bara.

B. Sumber Daya Energi Jepang

1. Kebutuhan Sumber Daya Energi Jepang.

Sejarah agresi Jepang ke negara-negara Asia Tenggara selama Perang Dunia II tidak lepas dari motivasi Jepang dalam mencari sumber mineral strategis yang ada di sepanjang kawasan ini, mulai dari minyak bumi, timah, batu bara, alumunium hingga besi. Keseluruhan sumber mineral tersebut merupakan bahan baku utama pembangkit energi bagi proses industrialisasi di negeri mata hari terbit tersebut.52 Pasca mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II pada tahun

51

Makmur Keliat. Kebijakan Keamanan Energi, 37.

52

Daniel Yergin, The Prize: The Epic Quest for Oil, Money and Power, NewYork: Simon &Schuster Publishing, 1992. Dikutip dari Nurul Isnaeni Jepang dan Isu Keamanan Energi : Dari Krisis Minyak Dunia Hinga Politik Perubahan Iklim, Jurnal Politik Internasional; Krisis Energi. Departmen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia V. 8, n. 2, 2006. 56.


(45)

1950-1970-an, Jepang bangkit dari kehancuran dan memacu pertumbuhan perekonomiannya. Sementara itu, proses pertumbuhan ekonomi Jepang berkorelasi positif dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi. Pemakaian bahan bakar fosil (fossil- fuels), khususnya minyak bumi telah mendominasi konsumsi energi komersial Jepang selama masa pertumbuhan ekonominya. Pada saat itu minyak bumi memang merupakan sumber energi yang paling murah dan efisien, sehigga menjadi basis dari industrialisasi dan modernisasi di banyak negara, termasuk Jepang. 53

Sejalan dengan industrialisasinya, intensitas konsumsi Jepang terhadap minyak bumi pun terus berlangsung hingga mencapai 77,4 % pada tahun 1973. ekonomi Jepang mencapai pertumbuhan yang signifikan pada tahun 1973-1974 (krisis minyak dunia), yakni mencapai 10,9 % per tahun.54 Prestasi ini menyaingi kemajuan negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) lainnya, pada saat yang sama Jepang menduduki peringkat kedua sebagai negara konsumen minyak bumi terbesar di dunia.

Seiring dengan semakin meningkatnya perekonomian Jepang, jumlah permintaan energi domestik Jepang pun terus meningkat. Peningkatan jumlah konsumsi Jepang digambarkan sebagaimana diagram di bawah ini.

53

Nurul Isnaeni. Jepang dan Isu Keamanan Energi : Dari Krisis Minyak Dunia Hinga Politik Perubahan Iklim, 57.

54

Damian Grammaticas, Japan Earthquake: Explosion at Fukushima Nuclear Plan Tokyo, BBC News Asia- Pasific, Maret 201. Tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-12720219 diakses pada 28 April 2013.


(46)

Gambar 2.2. Grafik Produksi dan Konsumsi Jepang pada tahun 2000-2015

Sumber: U. S Energi Information Administration (EIA)

Grafik di atas menunjukkan bahwa konsumsi Jepang mengalami peningkatan di tiap tahunnya. Hal ini berseberangan dengan tingkat produksi Jepang yang statis dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi domestik. Jumlah konsumsi semakin meningkat pada tahun 2009. Sedangkan, pada tahun 2014 Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa Jepang hanya memiliki 10% dari total kebutuhan energi primer sebagai sumber daya domestik.55

Data tersebut menunjukkan kecilnya jumlah sumber daya energi yang dimiliki Jepang. Jumlah populasi yang relatif kecil yakni sekitar 126.757.591 pada tahun 2014, tidak menurunkan tingkat kebutuhan energi Jepang.56

55Report; Japan is The World’s Largest liquefied

Natural Gas Importer, Second Largest Coal Importer,and Third Largest Net Oil Importer, United State Energy Information Administration (EIA), 2013. http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf dan http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf diakses pada 15 April 2013.

56

World Population Review. Tersedia di

http://worldpopulationreview.com/countries/japan-population/ dan Japan’s 2010 Census: Moving To Tokyo. Tersedia di http://www.newgeography.com/content/002227-japan%E2%80%99s-2010-census-moving-tokyo diakses pada 01 Juni 2014.


(47)

Sebaliknya, kebutuhan energi negara tersebut setiap tahunnya semakin bertambah, seiring dengan semakin meningkatnya industrialisasi di Jepang.

2. Kelangkaan Sumber Daya Energi Jepang

Ketimpangan antara jumlah produksi dan konsumsi energi Jepang membuat negara tersebut mengalami kelangkaan energi. Perhatian khusus pemerintah Jepang terhadap pasokan energi menjadi penting. Tingginya tingkat konsumsi energi domestik mengharuskan Jepang bersaing dengan negara-negara tetangga untuk memenuhi pasokan energinya. Di kawasan regional Asia, Jepang harus bersaing dengan negara-negara kawasan dalam melakukan suplai energi. Terlebih Jepang merupakan negara OECD dengan kemampuan sumber daya Energi paling rendah jika dibandingkan dengan kapasitas negara anggota OECD lainnya.57

Uraian tersebut di atas membuat Jepang membutuhkan lebih banyak energi jika dibandingkan dengan negara anggota lainnya. Munculnya kompetitor baru di kawasan Asia Timur seperti Cina dan Korea Selatan yang juga merupakan negara industri menyebabkan Jepang semakin meningkatkan kualitas daya saingnya untuk mendapatkan energi.58 Jepang harus memastikan keamanan suplai energi yang berasal dari negara-negara penghasil minyak dan energi. Pasca terjadinya bencana gempa bumi pada tahun 2011, Jepang kembali dihadapkan

57

Michael May, Energy and Security in East Asia. Americas’s Alliances with Japan and Korea in a Changing Notheast Asia AsiaPacific Research Center 1998, 11. tersedia http://iis-db.stanford.edu/pubs/10043/Mayfront.PM.pdf

58

Michael May, Energy and Security in East Asia. Americas’s Alliances with Japan and Korea in a Changing Notheast Asia Asia/ Pacific Research Center 1998, 11. tersedia http://iis-db.stanford.edu/pubs/10043/Mayfront.PM.pdf


(48)

dengan isu keamanan suplai energi. Dalam hal ini diperlukan peran serta pemerintah untuk menentukan kebijakan terkait suplai energi Jepang.

Isu energi bukan menjadi masalah baru bagi Jepang, sejak tahun 1980 sektor energi Jepang telah mengalami regulasi. Pemerintah secara langsung mengambil alih masalah ini. Penetapan kebijakan diambil alih oleh pemerintah pusat dengan cara melakukan bimbingan administrasi dan menjalankan konsultasi dengan industri pengembagan energi dalam melakukan negosiasi ketika memasok energi asing. Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri (METI) telah mengawasi kebijakan energi nasional dan mengawasi upaya pemerintah secara luas untuk melakukan efisiensi energi domestik.59

Hal ini dilakukan untuk mencapai keseimbangan pasokan energi dan mengurangi ketergantungan Jepang terhadap minyak. Oleh sebab itu pada awal tahun 2000 pemerintah Jepang menginvestasikan dana sebesar 4 milyar dolar AS sebagai upaya peningkatan tteknologi dan keterampilan dengan cara pemberian subsidi untuk program konservasi dan produksi energi.60 Rancangan stategi energi Jepang sejak tahun 2002 terpusat pada tiga strategi utama yakni, keamanan energi, perlindungan lingkungan dan efisiensi pasokan energi.61 Tiga strategi tersebut menjadi dasar keputusan pemerintah terkait energi.

59

Michael May, Energy and Security in East Asia. Americas’s Alliances with Japan and Korea in a Changing Notheast Asia Asia. (Pacific Research Center 1998),11 tersedia http://iis-db.stanford.edu/pubs/10043/Mayfront.PM.pdf diakses pada 06 oktober 2013.

60

ibid, 11.

61Japan’s Energy Policy.

Agency for Natural Resources and Energy (ANRE). (Menistry economic, trade and Industry of Japan, 2010), 7. Tersedia di https://www.jetro.go.jp/mexico/topics/20100708514-topics/01_ANRE_METI.pdf diakses pada 13 Oktober 2013.


(49)

Dewasa ini peran serta pemerintah dalam pengambialan kebijakan energi semakin besar. Kompleksitas kebutuhan Jepang terhadap energi semakin meningkat pasca terjadinya bencana alam gempa dan tsunami yang menyebabkan kerusakan pabrik listrik bertenaga nuklir Daichi di Fukushima. Untuk menangani kelangkaan tersebut, perusahaan dalam negeri Jepang aktif berpartisipasi dalam berbagai proyek energi, baik dalam maupun luar negeri. Partisipasi perusahaan energi yaitu dengan memberikan modal rekayasa mesin, kostruksi, bantuan keuangan dan jasa menejemen proyek untuk proyek-proyek energi di seluruh dunia.62

Selain melakukan kebijakan untuk keamanan pasokan minyak dari luar, Jepang juga membangun kerjasama dengan negara-negara penhasil minyak, Jepang juga menerapkan kebijakan pengamanan energi dari dalam. Pada tahun

2005, METI mengeluarkan kebijakan “New National Energy Strategy” yang intinya adalah berisi tentang meningkatnya intervensi pemerintah di pasar energi dalam hal kontrol pemakaian energi untuk memastikan tidak terjadi kelangkaan energi. Strategi Jepang ini sekaligus menunjukkan bahwa Jepang memadukan strategi energi dan penekanan akan kemandirian melalui kebijakan efisiensi ekonomi untuk menciptakan keamanan dalam memasok energi.63

Kalangkaan energi Jepang semakin meningkat disebabkan oleh gempa berkekuatan 8,9 skala richter yang terjadi di lepas pantai Coustof Sendai-bagian

62

Japan, Overview. United State Energy Information Administration (EIA), 31 Juli 2014, 1. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf diakses pada 7 Oktober 2014.

63


(50)

utara Jepang.64 Gempa disertai tsunami tersebut mengakibatkan lelehnya tiga reaktor inti pada tiga hari pertama. Unit- unit operasi yang secara otomatis tutup adalah Tokyo Electric power Company (Tepco) milik Fukushima Daiichi menutup 3 reaktornya, dan Fukushima Daini menutup empat reaktor aktifnya. Pabrik Tohoku di Onigawa menutup tiga reaktornya, dan satu reaktor milik Japko di Tokai juga ditutup. Jumlah daya yang diamankan sebesar 9377 Mwe.65

Jepang merupakan salah satu negara yang bergantung pada energi nuklir, oleh sebab itu bencana berupa gempa tersebut menambah deretan panjang masalah keamanan energi Jepang. Sebelum terjadinya insiden Fukushima pada tahun 2011 lalu, Jepang menduduki peringkat ketiga terbesar sebagai negara pembangkit listrik tenaga nuklir setelah AS dan Perancis.66 Berikut adalah gambar zona gempa dan Tsunami yang melanda Jepang pada tahun 2011.

Gambar 2.3. Peta Zona Gempa dan Tsunami Jepang pada Tahun 2011

Sumber: British Broadcasting Corporation News Asia- Pasific

64

Jonathan Amos, Quake was Big Event in Japan, BBC News, Maret 2011. Tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/science-environment-12710999 diakses pada 21 Februari 2014

65

Fukushima Accident, World Nuclear Asssociation tersedia di http://www.world-nuclear.org/info/safety-and-security/safety-of-plants/fukushima-accident/ diakses pada 16 Agustus 2014.

66


(51)

Pada tahun 2011, Jepang memiliki 50 reaktor nuklir yang 17 diantaranya merupakan pembangkit listrik, dengan total kapasitas yang terpasang sebesar 46 gigawatts. Pasca insiden tersebut, Jepang telah kehilangan seluruh kapasitas pembangkit tenaga nuklir. Lebih dari 10 gigawatts kapasitas nuklir di Fukushima, Onagawa, dan Tokai menghentikan operasinya setelah gempa bumi dan tsunami melanda Jepang.67

Hingga tahun 2012, Jepang kehilangan seluruh kapasitas nuklirnya, namun dapat kembali beroperasi pada bulan Juli di tahun yang sama.68 Pada tahun 2011 Jepang telah dihadapkan dengan krisis energi, akibatnya kebutuhan struktur tenaga listrik milik Jepang meningkat dari 60 % menjadi sekitar 90 %.69 Selain itu pada tahun 2010, volume impor LNG sebesar 70 juta ton, kemudian volume impor LNG mengalami peningkatan mencapai 90 juta ton pada tahun-tahun selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa volume impor Jepang semakin meningkat pasca gempa bumi. Permintaan volume LNG ini akan semakin meningkat hingga mencapai 10 juta ton per tahunnya.70

Gempa bumi yang menghancurkan reaktor nuklir di Fukushima pada tahun 2011 lalu, menyebabkan Jepang menggeser penggunaan bahan bakar energi dan beralih menggunakan gas alam, minyak bumi, dan energi terbarukan sebagai

67

Japan- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013, 4.

68

Japan, Overview. (United State Energy Information Administration -EIA, 2014), 4. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf diakses pada 7 oktober 2014.

69

Yasuhiro Matsuyama, Challenge in Japan and Japan- Russia Energy Cooperation. (ERINA Report. No.110, 2013), 40.

70

Hirohide Hirai. LNG Supply and Demand after the Great East Japan Earthquake and Japan- Russia Cooperation. (ERINA Report no. 104. 2012), 17


(52)

sumber daya energinya. Bahan bakar tersebut mampu memberikan keuntungan dan menggantikan beberapa reaktor nuklir Jepang yang rusak. Minyak dan gas bumi kembali menjadi sumber terbesar bagi energi utama Jepang. Meskipun demikian total konsumsi Jepang menurun dari sekitar 80% pada tahun 1970 menjadi 43% pada tahun 2011.71 Penurunan jumlah konsumsi tersebut diakibatkan oleh turunnya angka populasi Jepang.

Jepang merupakan negara pengimpor minyak ketiga terbesar setelah AS dan Cina pada tahun 2012. Negara tersebut sangat bergantung pada pasokan minyak mentah dari kawasan Timur Tengah. Setelah insiden Fukushima, Jepang telah meningkatkan impor minyak mentah. Pada tahun 1980 jumlah impornya mencapai 70% dan terus meningkat. Hingga tahun 2012 Jepang berhasil mengimpor minyak mentah sebesar 83% dari Timur Tengah. Selain itu juga pasokan minyak Jepang diimpor dari Saudi Arabia dan Iran.72

Impor minyak Jepang yang berasal dari Iran pada enam bulan pertama pada tahun 2012 mencapai 113,535 barel per hari (bbl/d). Namun pada enam bulan berikutnya mengalami penurunan menjadi 78,121 bbl/d atau 30 %. Hal ini dipengaruhi oleh sanksi AS dan Eropa terhadap Iran pada tahun 2012, sehingga Jepang mengganti pasokan minyak Iran dengan pasokan minyak dari Timur Tengah dan negara lainnya.

Berdasarkan ketersediaan sumber daya gas alam yang terbatas, menyebabkan Jepang harus bergantung terhadap impor untuk memenuhi kebutuhannya. Selain sebagai negara pengimpor minyak dengan jumlah besar,

71

Japan, Overview ( U.S. Energy Information Administration- EIA, 2013), 5.

72


(53)

Jepang juga merupakan negara pengimpor gas alam cair/ liquefied natural gas (LNG) terbesar. Tercatat negara tersebut telah menyumbang hampir 37% dari permintaan pangsa pasar global pada tahun 2012. Oleh karena itulah masalah lingkungan menjadi faktor utama pemerintah Jepang mendorong konsumsi LNG dalam negeri.

LNG menjadi bahan bakar pengganti yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik sebagai pengganti reaktor nuklir. Pada tahun 2012, Jepang mengkonsumsi LNG hampir 4,4 triliun kaki kubik (Tcf). Sektor Listrik merupakan konsumen terbesar dari impor LNG di Jepang. Dari keseluruhan pasokan LNG di Jepang, sebanyak 64% di konsumsi oleh sektor listrik. Pada tingkat kedua konsumsi LNG di sektor industri sebesar 21 %, kemudian 9 % di area rumah tangga, 4 % di sektor komersial, dan 2 % di sektor lainnya.73

Salah satu tantangan terbesar Jepang dalam mengamankan pasokan energinya, yakni dengan mengimpor energi dari luar negeri. Sebagaimana diketahui sebelumnya, sebagian besar pasokan energi Jepang berasal dari timur tengah. Total impor minyak Jepang pada tahun 2012 mencapai 83 %. Dua negara pengekspor terbesar dari Timur Tengah adalah Arab Saudi dan Qatar. Pada tahun yang sama, Arab Saudi mengespor minyak sebesar 33 %. Qatar mengekspor minyak sebesar 11 % dan gas alam cair sebesar 18 %.74

Pasokan energi Jepang bergantung terhadap ekspor energi Timur Tengah. Jepang memasok energi melalui jalur laut, yakni Laut Cina Selatan dan selat

73

Electricity Review Japan. The federation of Electric Power Companies of Japan 2012 tersedia di

http://www.fepc.or.jp/english/library/electricity_eview_japan/__icsFiles/afieldfile/2012/10/03/201 2ERJ_2r.pdf diakses pada 23 April 2014

74


(1)

Global post. 2013. Japan Russia Hold Talks on isles Energy Cooperation, Kyodo Internasional. Tersedia di http://www.globalpost.com/dispatch/news/kyodo-news-international/130617/japan-russia-hold-talks-isles-energy-cooperation

Grammaticas, Damian, 2011.‘Japan Earthquake: Explosion at Fukushima Nuclear Plan’ Tokyo, BBC News Asia- Pasific tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-12720219

Pagliarulo, Ned. 2014. Energy Shortfall Reshapes Japan’s Foreign Policy . Global Risk insights. Tersedia di http://globalriskinsights.com/2014/07/04/energy-shortfall-reshapes-japans-foreign-policy/

Soldatkin, Vladimir .2011. Japan Pleads for More Energy Supply from Russia. Reuters News. tersedia di http://www.reuters.com/article/2011/03/12/us-japan-quake-russia-idUSTRE72B32M20110312

Sputnik International. Oktober 2014. Mount Ontake Volcano Eruption Death Toll Reaches 55: Reports. RIA Novosti. Tersedia di

http://en.ria.ru/world/20141008/193798036/Mount-Ontake-Volcano-Eruption-Death-Toll-Reaches-55-Reports.html

World Population Review, 2010, Jepang. Tersedia di

http://worldpopulationreview.com/countries/japan-population/ Japan’s Census: Moving To Tokyo. 2014. Tokyo. Tersedia di

http://www.newgeography.com/content/002227-japan%E2%80%99s-2010-census-moving-tokyo


(2)

Wawancara Narasumber : Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar Karir :

- Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)

- Direktur Kegiatan dan Penelitian Habibie Center, Professor Riset

- Dewan Penasehat Center for Information and Development Studies (CIDES)

- Asisten Wakil Presiden Bidang Hubungan Internasional (1998) - Asisten Menteri Sekretaris Negara Bidang Hubungan Luar

Negeri (1998-1999)

- Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Politik (2000- saat ini)

Fokus Kajian : Politik, Hubungan Internasional, Kajian Keamanan (Security Studies), Asia- Pasifik.

Tempat :Kantor Sekretariat Wakil Presiden, Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat

1.Bagaimana ibu melihat Hubungan Bilateral Jepang-Rusia terkait dengan kepentingan nasional Jepang terhadap sengketa kepulauan dan kerjasama energi?

Kepentingan nasional bersifat dinamis, akan tetapi kepentinga nasional yang sifatnya tentang sovereignity atau teritorial intergrity itu sifatnya non-negotiable bagi sebagian besar negara. Untuk sebuah negara, Pemerintah dapat menggunakan beberapa kemungkinan. Ada yang memilih untuk menggunakan pendekatan konflik, atau malah sebaliknya untuk mencapai kepentingan yang lebih luas dan kompleks, sebuah negara akan mengenyampingan atau membekukan konflik. Bahkan dengan adanya konflik tersebut justru akan mendorong adanya kerjasama, dengan harapan konflik teritorial atau masalah yang sulit diselesaikan yang sifatnya terbuka dan memicu perang tersebut justru harus dicari cara dimana kerjasama dimunkingkan agar masalah tidak menjadi


(3)

sensitif. Sehingga kemudian kerjasama menjadi alternatif pilihan bagi sebagian besar negara untuk menentukan arah kebijakannya terhadap negara tetangga.

Setiap negara melakukan hubungan dengan negara lain itu karena kepentingan nasional, akan tetapi kepentingan nasional itu bersifat dinamis. kepentingan nasional tidak hanya melihat kedalam (domestik), namun juga melihat keluar (lingkungan regional), yakni bagaimana menciptakan lingkungan regional yang damai. Dengan lingkungan regional yang damai kita tidak harus menghabiskan anggaran yang APBN negara yang terbatas dengan jumlah besar. Tidak juga harus menghabiskan anggaran untuk menggaji angkatan bersenjata atau membeli peralatan alutsista hanya untuk berkonflik dengan negara negara kawasan. Anggaran APBN yang dialokasikan untuk dana militer dapat dialokasikan ke yang lain misalnya, pendidikan, teknologi, kesehatan, dan sebagainya. Pada intiya adalah untuk mecegah diri agar tidak terlibat konflik adalah bagian dari kepentingan nasional.

2. Menurut ibu mengapa Jepang-Rusia meningkatkan kerjasama energi, sedangkan masih terdapat sengketa diantara keduanya?

Kembali lagi, bahwa hubungan internasional tidak dapat dilihat hanya berdasarkan satu sudut pandang atau perspektif. Joseph Frankel secara jelas membagi kategori kepentingan nasional berdasarkan tingkat ke urgent-annya, yakni Absolute yang bersinggungan langsung dengan sovereignity, teritorial dan sebagainya. Yang kedua adalah dinamis, yakni kepentingan yang terus bergerak. Dalam hubungan Jepang-Rusia meskipun ada konflik belum tentu kerjasama tidak akan terjadi diantara keduanya. Apabila muncul pertanyaan mengapa terjadi


(4)

peningkatan kerjasama sedangkan masih terdapat sengketa? Maka kita harus melihat beberapa faktor. Seperti, apakah Jepang-Rusia menyadari bahwa hubungan Tokyo-Moskow itu penting sehingga mereka melihat hubungan kerjasama di bidang energi itu pada akhirnya mampu meningkatkan kesepahaman dan menyebabkan adanya hubungan saling ketergantungan antara kedua negara tersebut. Sehingga apabila sengketa masih ada, Kepulauan Kuril masih bermasalah dan belum terselesaikan maka kerjasama akan tetap terjadi. Kemudian mereka akan dapat memastikan bahwa hubungan yang semakin dekat antara Tokyo dan Moskow ini akan mencegah timbulnya konflik terbuka. Dapat dikatakan bahwa kerjasama di bidang energi tersebut dapat memanage konflik terbuka diantara kedua negara.

3. Apakah kebutuhan energi yang menjadi kepentingan nasional Jepang sehingga Jepang mengenyampingkan isu teritorialnya dengan Rusia?

Kepentingan nasional sebuah negara tidak ada yang permanen, selalu di interpretasikan dari waktu ke waktu, selalu di kembangkan dan disesuaikan. Pada dasarnya kita dapat melihat kepentingan nasional tidak hanya dari sudut pandang Jepang. Namun dari sisi sebaliknya dapat di lihat juga bagaimana kepentingan nasional Rusia dalam kerjasama energi tersebut. Sesuai dengan pertanyaan, Apakah kebutuhan energi yang mendorong adanya peningkatan kerjasama Tokyo- Moskow? Selain kebutuhan energi Jepang yang tinggi karena kelangkaan sumber daya energinya, maka kita dapat melihat faktor lain dari tujuan Jepang bergabung dalam kerjasama tersebut. Misalnya, untuk saat ini Jepang melihat bahwa impor minyak dari Timur Tengah mahal. Kemudian ada instabilitas di Timur Tengah sehingga akan mengganggu jalur pengiriman barang atau energi ke Jepang.


(5)

selanjutnya adalah jarak yang jauh tersebut menyebabkan harga transportasi jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan mengimpor energi dari Rusia.

Selain itu Faktor pendukung kerjasama energi dengan Rusia yaitu pertama, letak geografis yang berdekatan antara Jepang-Rusia sehingga jalur yang ditempuh lebih singkat misalnya melalui Siberia. Hal ini tentu merupakan keuntungan ekonomis bagi Jepang. Kemudian yang terakhir adalah tentu kepastian suplai energi Jepang.

Selain itu juga kita harus melihat faktor lain. Dikawasan regional Asia Timur, Jepang dan RRT memiliki konflik, sedangkan disisi lain Rusia dan RRT hubungannya semakin hari semakin meningkat, hal ini terlihat dalam sanghai forum tahun lalu. Kemudian kita juga harus melihat bahwa perkembangan ekonomi Rusia sangat tergantung dari minyak dan energi lainnya, jadi Moskow sangat sensitif dengan naik-turunnya harga minyak dunia. Penyebab harga minyak yang turun salah satunya adalah karena Arab Saudi tidak ingin menurunkan produksi minyaknya.

Hubungan Arab Saudi sangat baik dengan Amerika Serikat (AS), sebaliknya hubungan bilateral Moskow dengan Washington tidak selalu baik. Salah satu cara agar Washington dapat menekan Moskow yakni dengan cara menurunkan harga minyak dunia. Hal ini berarti bahwa dengan melakukan kerjasama energi bersama Jepang salah satunya, maka Rusia akan mendapatkan pasar. Hal ini berarti juga bahwa tidak hanya Rusia yang kemudian mendapatkan kepastian pasar, namun juga Jepang akan mendapatkan kepastian suplai energi.


(6)

tentu kita juga kembali harus melihat Hubungan atau dinamika kawasan, karena hal ini berpengaruh terhadap hubungan bilateral Jepang-Rusia. Seperti hubuangan Jepang dengan RRT, RRT dengan Rusia, begitu juga hubungan AS dengan Rusia.