20
mengandung empat elemen, yaitu: ketersediaan availability, keandalan reliability, keterjangkauan affordability, dan keberlanjutan sustainability.
32
a. Ketersediaan mengacu pada kemampuan konsumer dan pengguna untuk
mengamankan energi yang diperlukannya. Komponen pendukungnya adalah solusi teknis pada produksi, transportasi, konversi, penyimpanan, dan
distribusi. b.
Keandalan, mengacu pada pelayanan energi yang bebas dari gangguan, dengan kriteria yang saling terkait, termasuk:
Keanekaragaman sumber suplai keanekaragaman bahan bakar dan teknologinya.
Keanekaragaman rantai suplai.
Kekenyalan atau kemampuan mengatasi kejutan dan kegagalan.
Menurunkan kebutuhan energi agar mengurangi beban dari infrastruktur.
Redundansi pada kasus terjadinya kegagalan.
Menyebarkan informasi ke pasar setiap waktu.
c. Keterjangkauan, melibatkan tidak hanya harga yang murah
– relatif terhadap penghasilan
– tetapi juga harga yang stabil dan tidak mudah berubah.
d. Keberlanjutan, mengacu pada meminimalkan kerusakan di bidang sosial,
ekonomi, dan lingkungan lewat tersedianya infrastruktur energi yang awet dan berumur panjang.
32
Elkind Jonathan, “Energy Security: Call for Broader Agenda”. In Carlos Pascual and Jonathan Elkind eds, Energy Security: Economics, Politics, Strategies, and Implications
2010Washington DC, Brookings Institution Press,119-148.
21
Kerentanan Jepang untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya telah dimulai sejak tahun 1970-an. Sebagai upaya untuk mencapai kepentingannya,
Jepang dihadapkan dengan beberapa tantangan besar dalam beberapa dekade terakhir, yang terus meningkat dan harus berhadapan dengan krisis minyak dunia
pada awal tahun 1970.
33
Kemudian adanya politik perubahan iklim dunia yang mulai disuarakan pada tahun 1990-an, mengharuskan Jepang turut andil. Dilanjutkan dengan terjadi
Gempa yang diikuti oleh tsunami pada tahun 2011. Ini penting, dalam berbagai situasi Jepang harus memperhatikan pasokan dan keamanan energi. oleh karena
itu keamanan energi akan mempengaruhi kebijakan luar negeri Jepang, khususnya pasca gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011 lalu.
3. Ekonomi Politik Internasional International Political Economy
Pendapat atau maksud dalam studi ekonomi politik internasional adalah bahwa hubungan antara ekonomi dan politik pada masa modern saat ini adalah
suatu hubungan timbal balik.
34
Sebagian besar politik menentukan kerangka kerja atas aktivitas ekonomi dan secara lebih lanjut mengarah pada kepentingan-
kepentingan kelompok.
35
Perhatian pada kekuasaan dalam berbagai bentuk merupakan faktor penentu dari sifat dasar sistem ekonomi. Disisi lain, sistem
ekonomi itu sendiri, cenderung membagi-bagi lagi antara kekuasaan dan kekayaan. Hal ini dapat merubah hubugan kekuasaan antar grup atau kelompok,
33
Nurul Isnaeni. Jepang dan Isu Keaman Energi.Global vol 8 no.2. 2006, 72.
34
Karen A. Mingst, Jack L. Snyder. Essential Readings in World Politics-The Meaning of Political Economy. W.W Norton and Company. New York, 2004, 404
35
Ibid, 404
22
yang pada gilirannya akan memimpin perubahan dari sistem politik.
36
Dengan demikian akan memberi peningkatan terhadap struktur baru dalam hubungan
ekonomi. Hal tersebut merupakan bagian dari dinamika hubunga internasional di dunia modern, yang sebagian besar merupakan fungsi dari interaksi hubungan
timbal-balik antara ekonomi dan politik.
37
Hubungan timbal-balik antara ekonomi dan politik dewasa ini semakin kompleks, sebagian besar negara menjadikan kepentingan ekonomi menjadi
kepanjangan tangan dari kepentingan politik, begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini hubungan bilateral Jepang-Rusia merupakan salah satu bentuk interaksi atau
hubungan timbal balik antara politik dan ekonomi. Meskipun tidak secara mendalam, namun konsep IPE International Political Economy akan melihat
bagaimana kebutuhan ekonomi dalam hubungan internasional yang semakin interdependen akan berpengaruh terhadap keputusan politik suatu negara.
4. Kebijakan Luar Negeri Foreign Policy
Konsep kedua adalah kebijakan luar negeri foreign policy. Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para
pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya. Hal ini dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional secara
spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.
38
Sedangkan
36
Ibid, 404.
37
Carent Mingst. World Politics.
38
Plano dan Olton, Kamus Hubungan Internasional. Bandung, Putra Bardin, 1999, 11.
23
menurut Rosenau,
39
pengertian kebijakan luar negeri yakni upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitas untuk mengatasi dan memperoleh
keuntungan dari lingkungan eksternalnya hal tersebut untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu Negara.
Kedua pengertian yang di ungkapkan Rosenau tersebut memberikan pemahaman bahwa adanya keterkaitan antara kepentingan nasional dengan
kebijakan luar negeri. Konsep ini akan menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri terkait sumber daya energi Jepang pasca gempa bumi dan tsunami terhadap
Rusia dalam upaya memenuhi kepentingan nasionalnya. Dalam pembuatan kebijakan luar negeri Jepang, penulis mengutip pendapat Rosenau terhadap
adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal di pengaruhi oleh perkembangan ekonomi economic development. sedangkan faktor eksternal atau
internasional dipengaruhi oleh size dan geography.
40
F. Metode Penelitian:
Metode merupakan prosedur yang digunakan dalam mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena.
41
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif, yakni suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
fenomena sosial dan masalah manusia.
42
Secara umum, penelitian kualitatif berawal dari asumsi individu yang memiliki peran aktif mengkonstruksikan
39
James N. Rosenau. World Politics: An Introduction- the Study of Foreign Policy.free Press, 1976,15.
40
James N, Rosenau 1976: 18- 20. Lihat juga Steve Smith, Rosenau’s Contriibution.
Review of International Studies. Vol. 9 no. 2 April 1983.
41
Mochtar Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta, LP3ES. 1994,3.
42
John W Creswell, Research Design Qualitative, Quantitative and mixed methods design. California, 1998, 208.
24
realitas sosial dan kemudian metode penelitian mampu menganalisa proses konstruksi sosial tersebut.
43
Dalam penelitian ini, penulis berupaya menjawab pertanyaan penelitian yang menggambarkan dan menganalisa secara sistematis berdasarkan fakta yang
di peroleh selama melakukan penelitian. Penulis bermaksud untuk menganalisis penyebab dari peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia. Penelitian ini
berkaitan dengan kebutuhan Jepang terhadap sumber daya energi ditengah adanya sengketa Kepulauan Kuril yang terjadi diantara kedua negara Jepang-Rusia.
Metode yang digunakan untuk menganalisa adalah deskriptif analitis, yaitu kegiatan penelitian dalam hubungan internasional dengan melihat permasalahan
yang ada melalui pengumpulan data kemudian melakukan analisis dengan mengaitkan data dengan teori dalam hubungan internasional.
44
Penulis juga menggunakan data sekunder yakni berupa wawancara dan pengumpulan data melalui literatur berupa buku- buku, jurnal ilmiah, media masa
surat kabar, majalah ilmiah, dan situs- situs Internet. Dengan data yang telah di peroleh melalui sumber tersebut, penulis dapat melengkapi pembahasan ini
dengan lebih baik. Kemudian data tersebut akan diklasifikasikan sesuai dengan bagian- bagiannya, yakni dengan menempatkan data pada kategori masing-masing
yang berhubungan dengan kebutuhan energi Jepang dan peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
43
Claire Howell Major dan Savin Baden M. An Introduction to Qualitative Research Synthesis; Managing the Information explosion in social Science Research. New York, 2010, 11
44
Mochtar Mas’oed Mochtar Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, 223