Sengketa Kepemilikan Pulau Jepang-Rusia

53 Treaty pada tahun 1905 118 . Pada tahun 1905 tersebut Jepang mengalahkan Rusia, sehingga Jepang mengakuisisi Pulau Sakhalin Selatan sebagai bagian dari Jepang. Kemudian hubungan bilateral kedua negara Jepang-Rusia semakin buruk, hingga terjadi konflik terbuka dan bentrok militer. Jepang melakukan penyerangan di beberapa wilayah, seperti Siberia. 119 Hal tersebut terus berlangsung hingga Perang Dunia II berakhir. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito menyatakan Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu. 120 Pasca penyerahan Jepang terhadap sekutu, Kepulauan Kuril disita oleh pasukan Uni Soviet. Penyitaan kepualauan Kuril tersebut kurang dari satu tahun, dimulai pada akhir bulan Agustus tahun 1950 hingga pada awal bulan Agustus tahun 1951. Keputusan tersebut diambil setelah penandatangaan perjanjian San Fransisko oleh Uni soviet pada tahun 1951. 121 Sejak ditetapkannya perjanjian tesebut Uni Soviet dan Jepang kembali bernegosiasi, namun negosiasi tersebut terhenti karena terdapat perbedaan pendapat terkait klaim Kepulauan Kuril. Negosiasi yang dilaksanakan pada tahun 1995 hingga 1956 tersebut membicarakan mengenai pembagian pulau yang disengketakan. 122 Hasil negosiasi tersebut menyatakan bahwa Pulau Shikotan dan Habomai diberikan kepada otoritas Jepang. 118 The Treaty of Portsmouth and The Russo- Japanese War 1904-1905, U.S. Department of State Office of the Historian. Tersedia di https:history.state.govmilestones1899- 1913portsmouth-treaty diakses pada 03 September 2014 119 Kimie Hara. Japanese- Soviet Russian relations Since 1945- Dificult Peace. Routlage, 2005, 13 120 Ibid, 13 121 The Treaty of Portsmouth and The Russo- Japanese War 1904-1905. 122 Ibid. 54 Pada awalnya Jepang menyetujui dan menerima putusan tersebut, namun Jepang mendapat kritik dan tekanan dari pihak luar yakni oleh pemerintah AS. Pemerintah AS memaksa Jepang untuk merubah kesepakatan dengan menyatakan bahwa keempat pulau sengketa Iturup, Kunashir, Habomai, Sikhotan harus menjadi milik Jepang. Dengan demikian Jepang hanya bersedia menandatangani perjanjian tersebut apabila Uni Soviet menyerahkan Kepulauan Kuril secara utuh. Pemerintah Jepang juga menekankan, apabila Pulau Etorofu dan Kunashiri tidak disertakan dalam perjanjan tersebut maka masalah teriotrial dan perjanjian damai kedua negara tersebut tidak akan selesai. Selanjutnya, Jepang mulai mengklaim pulau Etorofu dan Kunashiri. Wilayah yang disebut Jepang sebagai wilayah selatan ini inheren atau bagian dari pemerintah Jepang. Pada tahun 1960 di Jepang gencar dipromosikan sebuah gerakan nasional untuk mengembalikan wilayah utara tersebut. Gerakan tersebut mencapai puncaknya pada tahun 1980. Pada saat itu Presiden AS Ronald Regan menjadi musuh Uni Soviet. Tensi AS dan Rusia tersebut diharapkan dapat mendukung pemerintah Jepang yang anti dengan kebijakan Uni Soviet. Gerakan nasional yang dilakukan oleh Jepang tersebut di atas, memperoleh respon Uni Soviet yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Negeri, Nikita Krushchev yang menyatakan bahwa Rusia hanya akan menyerahkan dua pulau dari Kepulauan Kuril, sesuai dengan perjanjian di tahun 1956. 123 Namun demikian, pemerintah Jepang tetap konsisten terhadap pilihannya, bahwa Jepang hanya bersedia menyetujui perjanjian damai dengan Rusia apabila negara tersebut 123 Akhiro Iwashita, The Northern Territories and Russo- Japan Relation. p. 3 55 bersedia mengembalikan empat pulau sengketa. 124 Sengketa kepulauan yang melibatkan Jepang-Rusia tentu memberi dampak terhadap hubungan bilateral kedua negara tersebut. Hingga dewasa ini, sengketa wilayah tersebut tetap menjadi pekerjaan rumah bagi kedua negara. Sejak tahun 2001, Rusia telah mendapatkan kembali kekuasaan dan statusnya di lingkungan internasional, sedangkan Jepang fokus terhadap wilayah utara dalam hubungan bilateralnya dengan Rusia. Namun pada tahun 2010, Jepang menerapkan kebijakan baru, yakni memperluas hubungannya dengan Rusia di berbagai sektor. Sementara di sisi lain Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengisyaratkan kesediaannya untuk melakukan negosiasi terkait dua pulau yang telah disengketakan tersebut. Presiden Vladimir Putin sedikitnya telah melakukan lima kali pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Sinzo selama dua tahun terakhir Desember 2012 hingga Februari 2014. 125 Dalam pertemuan tersebut Sinzo Abe menyampaikan adanya keinginan untuk mempertahankan hubungan positif dan mampu menyelesaikan sengketa dengan Rusia. 126 Meskipun kedua negara sadar kedekatan Jepang dengan AS juga akan mempengaruhi hubungan bilateral Jepang-Rusia. Namun kedua negara yakin akan mampu membina hubungan baik dan positif. Selama ratusan tahun hubungan bilateral Jepang-Rusia selalu diwarnai oleh perang, perebutan wilayah , konflik dan ketegangan. Ketegangan antar 124 Brad Williams, Hokkaido and the Northern Territories, 26 125 Yoko Hirose, Japan’s Global Diplomacy: Japan-Russia Relation. Executive Summary. 2014, 2. 126 Ibid, 2 56 kedua wilayah tersebut terjadi sejak masa kekaisaran, 127 dilanjutkan ketika Perang Dunia I berlangsung, hingga akhir Perang Dunia II berakhir kedua negara selalu berkonflik. Hal ini disebabkan karena Rusia dan Jepang merupakan dua negara imperialis yang gemar melakukan ekspansi ke wilayah lain demi memperluas wilayahnya dan juga untuk mengeksploitasi kekayaan alam dari negara yang dijajahnya tersebut. 128 Kepulauan Kuril memiliki arti strategis bagi hubungan bilateral Jepang-Rusia. Keduanya memiiki klaim atas pulau ini. Penyebab utama renggangnya hubungan luar negeri Jepang-Rusia ini terletak pada sengketa yang terjadi pada wilayah selatan Rusia. Gambar 3.1 Peta Kepulauan Kuril dan Sakhalin Sumber: Geography-The Kuril and Sakhalin Island Controversy 129 Kepulauan ini terdiri dari gugusan pulau yang terletak diantara semenanjung Kamchatka pada bagian Selatan dan pulau Hokkaido dibagian Utara. Pulau-pulau yang disengketakan ini adalah empat pulau terbesar dalam kepulauan tersebut. Pertama, adalah Pulau Etorofu yang memiliki luas 3.200 127 Jonah Asher . Sakhalin Island: Shaping Modern Japanese- Russian Relations, Missouri Proquest LLC 2009, 9-10. 128 Fitria Rahmawati, Kerjasama antara Rusia dan Jepang dalam Menangani Sengketa Kepulauan Kurill Selatan Periode 2003-2011, 44. 129 Geography- The Kuril and Sakhalin Island Controversy, tersedia di http:geography.about.comlibraryweeklyaa021400a.htm diakses pada 18 Agustus 2014. 57 kilometer persegi. Kedua, yakni Pulau Kunashiri yang memiliki luas kurang lebih 1.500 kilometer persegi. Pulau ketiga adalah pulau Habomai yang memiliki luas 100 kilometer persegi. Kemudian pulau terakhir adalah Pulau Shikotan dengan luas wilayah sebesar 250 kilometer persegi. 130 Kepulauan Kuril penting bagi pertumbuhan ekonomi Jepang, mengingat Jepang tidak memiliki sumber daya sendiri. Sementara itu pulau Etorofu dan Kunashiri memiliki hutan lebat dan mengandung cadangan timah, seng, tembaga, nikel, sulfur, dan logam sulfida. Selain itu pulau Sikhotan dan Habomai menjadi penghasil ikan dan hasil laut terbesar di wilayah tersebut. Meskipun secara geografi pulau- pulau tersebut tidak memiliki alat transportasi dan infrastuktur baik, namun secara garis besar gugusan pulau yang menjadi ajang sengketa Jepang-Rusia tersebut dapat memenuhi sumber daya mineral, kayu, dan hasi laut 131 . Empat pulau tersebut memiliki lahan perikanan yang kaya akan hasil laut dan memiliki cadangan lepas pantai seperti minyak dan gas. Sektor pariwisata menjadi sumber pendapatan bagi pulau ini. Sedangkan pulau Iturup juga memiliki cadangan langka renium di gununga berapi Kudriavhy. 132

B. Kerjasama Ekonomi dan Energi Jepang-Rusia hingga tahun 2009 1.

Kerjasama Ekonomi Jepang-Rusia Letak kedekatan geografis Jepang-Rusia memberi peluang kerjasama dan konflik bagi keduanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya sengketa wilayah 130 Akhiro Iwashita, The Northern Territories and Russo- Japan Relations, 2. 131 Brad Williams. Resolving the Russo- Japanese Territorial Dispute, Hokkaido- Sakhalin Relation. New York, Routlage, 2006, 21. 132 Kuril Islands Dispute between Russia and Japan. BBC News Asia- Pacific tersedia di http:www.bbc.comnewsworld-asia-pacific-11664434 diakses pada 14 februari 2013. 58 kepulauan yang terjadi antara kedua negara semenjak Perang Dunia II berlangsung. Sengketa masalah kepulauan tersebut menjadi batu sandungan bagi kedua negara untuk menjalin kerjasama secara konsisten. Hubungan bilateral yang buruk tersebut menjadi penghalang bagi hubungan bilateral kedua negara, baik dari segi politik, kerjasama dan perdagangan. Hubungan bilateral Rusia – Jepang pasca Perang Dunia II hingga Perang Dingin berlangsung tanpa adanya akivitas diplomatik diantara keduanya. Pandangan ini terlihat hingga berakhirnya Perang Dingin pada tahun 1990-an yang ditandai dengan kekalahan Uni Soviet dalam perang tersebut. Pada tahun yang sama, Uni soviet mengalami masa transisi di berbagai bidang termasuk dalam bidang ekonomi. 133 Dalam hal ini negara tersebut mengalami ketidak stabilan ekonomi untuk kesekian kalinya. Pada masa- masa sulit tersebut, Amerika Serika yang tergabung dalam Group of Eight G8, 134 memberikan bantuan kepada Rusia. Pinjaman tersebut berupa finansial dan investasi secara langsung melalui organisasi Internasional yang sama, untuk mendesak Jepang membantu perekonomian Rusia. Pada tahun 1990-1994 perekonomian Jepang mengalami masa kejayaan ditandai dengan tingkat perekonomian Jepang meningkat. Perindustrian Jepang 133 Thomas J. Schoenbaum. Peace in Northeast Asia. 2008, 117. 134 Jepang, AS dan Uni Soviet tergabug sebagai anggota G8. Kelompok delapan Group of Eight G8 terdiri dari delapan negara anggota yang memiliki kemapanan ekonomi. Kelompok ini didirikan pada tahun 1975. Fungsi dibentuknya G8 adalah untuk membantu perekonomian negara-negara berkembang utamanya dalam menghadapi krisis minyak. Adapun negara-negara yang tergabung dalam G8 antara lain; AS, Perancis, Jerman, Jepang, Kanada, Italia, Inggris, dan Rusia. 59 meningkat di berbagai bidang utamanya di bidang teknik dan otomotif. 135 Pada tahun 1991, Jepang menyepakati usulan G8 untuk memberikan bantuan ekonomi berupa investasi. Bantuan Jepang terhadap Rusia tersebut bersyarat. Syarat yang diajukan Jepang terkait dengan isu teritorial yang menjadi sengketa antara kedua negara tersebut. Jepang tetap tidak menyetujui keputusan dalam perjanjian San Fransisko pada tahun 1951. 136 Hal ini berarti bahwa masalah sengketa akan tetap berlanjut. Dalam bantuan tersebut, Jepang memberikan investasi ke beberapa daerah di Rusia. Selain investasi Jepang membantu industri Rusia dengan memasok alat-alat indutri ke pabrik-pabrik di beberapa tempat di Rusia. 137 Dalam kurun waktu 1990-1994 Jepang mengalokasikan sebanyak 700 juta dolar AS untuk proyek untuk pembangunan pipa gas di wilayah Timur jauh Rusia. Selain itu, Sejumlah 200 ribu dolar AS juga dialokasikan untuk memoderenisasi stasiun radio di Khabarovsk- Moskow. 138 Tidak hanya berhenti di sini, kebutuhan energi Jepang maupun Rusia untuk memperkuat ekonominya terlihat pada kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Rusia terhadap Jepang pada tahun 2000. Pada tahun 2000 kedua negara memperluas hubungan kerjasama energi mereka satu sama lain. Kemudian secara bertahap kedua negara menjalankan hubungan ekonomi dan perdagangan pada tahun-tahun berikutnya, kedua negara 135 Poppy Dwi Suri, Faktor Sengketa Kepulauan dalam hubungan Ekonomi Jepang-Rusia 1993-2001, Hubungan Internasional- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004.h.15 136 Akhiro Iwashita, The Northern Territories and Russo- Japan Relations, 3. 137 Poppy Dwi Suri, Faktor Sengketa Kepulauan dalam hubungan Ekonomi Jepang- Rusia,16 138 Poppy Dewi Suri,16. 60 percaya bahwa dengan kerjasama ini pertumbuhan ekonomi mereka akan semakin kuat. 139

2. Kerjasama Energi Jepang-Rusia

Terlepas dari masalah politik, strategis dan ekonomi pada masa Perang Dingin . Jepang dan Uni Soviet mulai mendiskusikan kemungkinan melakukan pembangunan sumber daya energi bersama. Kedua negara merencanakan pembangunan proyek energi di Uni Soviet, khususnya di wilayah Timur Jauh Soviet dan Siberia Barat. Selain pengembangan minyak mentah dan gas, inisiatif bilateral yang difokuskan pada pembangunan proyek transportasi, infrastruktur dan industri pertambangan, khususnya batu bara. Proposal dari proyek pengembangan energi antara Uni Soviet- Jepang pertama kali terwujud pada tahun 1970. 140 Proyek tersebut difokuskan terutama pada pengembangan sumber daya energi di Siberia Barat seperti proyek Gas Alam Yakutia dan pembangunan proyek minyak Tyumen dan pengembangan di Timur Jauh Uni Soviet seperti, proyek eksplorasi minyak dan gas di Sakhalin. Namun demikian selain proyek Sakhalin, realisasi proyek-proyek tersebut gagal karena sejumlah faktor. Secara khusus, terdapat ketegangan politik dan pertimbangan strategis dalam menjalankan proyek-proyek tersebut. Hal ini disebabkan oleh persaingan selama Perang Dingin berlangsung antara Uni Soviet 139 Svetlana Vassiliouk, Contemporary Japanese- Russian Energy Cooperation: Problem, Curren Development, and Perspectives, History of Bilateral Cooperation; Lesson and Problem from the Past. School of Global Japanese Studies. Meiji University, Tokyo.2012, 3. Tersedia di http:paperroom.ipsa.orgappwebrootpaperspaper_11465.pdf diakses pada 5 Mei 2014 140 Svetlana Vassiliouk, 4