Klaim Jepang Terhadap Kepulauan Kuril.

75 pemerintah. Menurut Rosenau Size atau ukuran dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara. 173 Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, serta kebutuhan Jepang akan energi yang semakin mendesak dengan keterbatasan sumber daya energi tentu menjadi perioritas utama bagi Jepang untuk mempertahankan klaim atas Kepulauan tersebut.

3. Klaim Rusia Terhadap Kepulauan Kuril

Rusia merupakan negara dengan penghasil energi terutama gas terbesar dunia. Total ekspor minyak Rusia mencapai 70 tiap tahunnya. 174 Sumber daya energi merupakan sektor penting bagi perekonomian Rusia. Sebesar 52 pendapatan negara dihasilkan dari sumber daya energi minyak bumi. Seperti yang dilansir oleh United Stated Energy International Agency, pada tahun 2013, Rusia merupakan produsen ketiga terbesar minyak setelah Saudi Arabia dan AS. Rata- rata hasil produksi gas alam cair Rusia mencapai 10,5 juta barel per hari. 175 Pendapatan Rusia bergantung pada produksi energi dalam negeri, oleh sebab itu penting bagi Rusia untuk mempertahankan klaim tersebut. Pulau Sakhalin merupakan salah satu pulau yang pernah menjadi ajang sengketa oleh dua negara Jepang-Rusia, sebelum akhirnya pada pertengahan abad ke 19 sebagian kepulauan tersebut berada di bawah administrasi Rusia. Sebagaimana Jepang, penyebab Rusia memperkuat klaim atas Kepulauan Kuril tidak lepas dari http:www.newgeography.comcontent002227-japanE28099s-2010-census-moving-tokyo diakses pad 01 Juni 2014. 173 James N Rosenau ,dalam Buku Scott Burchill dan Andrew Linklater. “Teori- Teori Hubungan Internasional”Bandung, 2009, 40. Lihat juga, Steve Smith. Rosenau’s Contriibution. Review of International Studies. Vol. 9 no. 2 April 1983, 40. 174 Russia- Overview. United State Energy Informatio Administration, 6. http:www.eia.govcountriesanalysisbriefsRussiarussia.pdf diakses pada 28 Desember 2013 175 Russia- Overview. United State Energy Informatio Administration, 6. 76 sumber daya pulau tersebut. Dalam hal ini Jepang membutuhkan sumber daya energi untuk memenuhi kebutuhan konsumsiya, sebaliknya Rusia membutuhkan sumber daya energi untuk mata pencaharian sebagai sendi perekonomian negerinya. Sebagaimana dikemukakan oleh Dewi Fortuna bahwa isu teritorial adalah isu yang non-negotiable, untuk mempertahankan klaim teritori sebagian besar negara menggunakan pendekatan konflik dalam mencapai kepentingannya. Tidak menutup kemungkinan untuk mencapai kepentingan yang lebih luas, negara akan mengenyampingkan konflik yang memicu terjadinya perang, dan menggunakan alternatif kerjasama 176 . Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Joseph Frankel bahwa pada dasarnya tidak ada aliansi dan musuh abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi 177 . Hal ini berarti setiap tindakan dan perilaku negara merupakan cermin dari kepentingan nasional sebuah negara tersebut. Kepentingan Jepang terhadap Kepulaun Kuril berkaitan dengan sumber daya energi dan geografi amat tinggi. Dalam mencapai tujuan tersebut tentu Jepang mempertimbangkan untung-rugi yang akan dihasilkan. Terdapat tiga kemungkinan ketika negara terlibat sengketa wilayah, pertama negara akan memutuskan berkonflik yang memicu adanya perang terbuka. Kedua, dua negara Jepang-Rusia menetapkan status-quo pada wilayah sengketa. Dan pilihan terakhir adalah menggunakan kerjasama sebagai perpanjangan tangan dari tujuan 176 Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Deputi Sekretaris Wapres bidang Politik RI, menyatakan dalam wawancara yang di lakukan penulis terkait dengan kepentingan nasional dan kepentingan Jepang dalam sengketa Kepulauan Kuril. 22 Oktober 2014. 177 Thompson W. Kenneth. The Review Politics- National Interest by Joseph Frankel. Cambrigde University Press, Vol 33. No. 3. 1971, 436 77 negara tersebut. Dalam hubungannya dengan Rusia, Jepang memutuskan untuk menjalin hubungan kerjasama. Karena isu teritorial merupakan isu yang tidak dapat dinegosiasi, maka kerjasama Jepang-Rusia digunakan sebagai peredam konflik demi meningkatkan hubungan baik bilateral kedua negara.

B. Faktor Pendorong adanya Peningatan Kerjasama Energi Jepang-

Rusia. 1. Keamanan Energi Jepang a. Faktor Internal Energi merupakan indikator penting bagi majunya perekonomian sebuah negara. Indikator ini diukur dengan besarnya jumlah sumber daya alam dan energi sebuah negara. Selain berdasarkan besarnya jumlah energi yang dimiliki sebuah negara, indikator tersebut dapat dilihat dari kemampuan negara dalam mengelola sumber daya energi serta menjamin pasokan dalam negerinya. Setiap negara membutuhkan sumber daya berupa energi. Hal ini yang menyebabkan sumber daya energi menjadi penting bagi kelangsungan hidup sebuah negara. Pentingnya sumber daya energi bagi masyarakat dunia menyebabkan energi menjadi salah satu isu global. 178 Isu energi tidak hanya menjadi masalah bagi negara pengekspor energi karena permintaan masyarakat dunia yang semakin meningkat. Namun isu energi juga merupakan masalah bagi negara pengimpor energi karena keterbatasan sumber daya energi di dalam negerinya. Oleh sebab itu, Jepang merupakan negara yang sering kali dikaitkan dengan isu energi. 178 Introduction- World Energy Resources. World Energy Council – for Sustainable energy. 2013,5. tersedia di www.worldenergy.org diakses pada 28 Juli 2014. 78 Pada tahun 1970-an Jepang dihadapkan pada lonjakan harga minyak dunia yang melambung tinggi karena terjadi krisis. Kemudian pada tahun 2000 Jepang dihadapkan pada isu lingkungan karena penggunaan nuklirnya. Jepang bergabung dengan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa untuk bersama-sama menandatangani Kyoto Protocol. 179 Namun dalam perjalanannya Jepang kemudian mengkaji ulang kebijakan atas penandatanganan ratifikasi Protokol Kyoto karena ketidak-ikutsertaan AS dan Cina dalam meraftifikasi perjanjian tersebut. 180 Di samping itu Jepang harus bersaing dengan negara-negara tetangga, utamanya dengan negara-negara OECD. Negara-negara OECD seperti Cina, India memiliki kebutuhan energi yang sama dengan Jepang. Negara-negara tersebut tidak mampu memenuhi konsumsi domestik hanya dengan mengandalkan produksi domestik. Oleh sebab itu Jepang harus mengamankan suplai energi asing terlebih dahulu. Selain dengan negara anggota OECD Jepang harus menjalin hubungan baik dengan negara-negara produsen minyak dan energi. Pada tiga tahun terakhir ini, Jepang dihadapkan pada krisis energi yang diakibatkan oleh bencana gempa dan tsunami yang melanda Fukushima. Bencana tersebut adalah bencana alam sekaligus krisis energi terbesar yang pernah dialami 179 Rangkaian kerja PBB yang berkaitan dengan isu lingkungan dan perubahan iklim. Sebuah perjanjian internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi perjanjian tersebut berkomitmen untuk mengirangi emisi atau pengeluaran karbon dioksida dan gas rumah kaca secara berlebihan. Namun Jepang mengkji ulang kebijakannya karena ketidakikutsertaan negara maju seperti AS dan Jepang dalam meratifikasi perjanjian tersebut. Japan Position Regarding the Kyoto Protocol. Kementerian Luar Negeri Jepang MOFA. Tokyo 2011,2. Tersedia di http:www.mofa.go.jppolicyenvironmentwarmcopkp_pos_1012.html diakses pada 12 Oktober 2014. 180 Japan Position Regarding the Kyoto Protocol. Ministry of Foreign Affairs of Japan, 2.