SARAN A K ESEH AT AN

105 GAMBAR 5.1 JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2002-2006 GAMBAR 5.2 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002-2006 Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI GAMBAR 5.3 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006 Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2007 Sementara itu, bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk, maka jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2002-2006 rata-rata 1 unit. Ini berarti bahwa secara nasional puskesmas diharapkan sudah dapat menjangkau penduduk sasaran di wilayah kerjanya. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sejak Pelita III sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas Perawatan ini berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Pada tahun 2002 – 2006 perkembangan jumlah Puskesmas Perawatan cenderung bertambah, kecuali pada tahun 2003 turun sebesar 0,10, pertambahan yang paling besar pada tahun 2006 20.22, 2002 5,94, tahun 2004 4,47 dan tahun 2005 3,33. Perkembangan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan pada tahun 2000 – 2006 disajikan pada Gambar 5.6 berikut ini, sedangkan jumlah menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.3. 106 GAMBAR 5.6 JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN TAHUN 2002 – 2006 Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI Sementara itu, jumlah Puskesmas Keliling kendaraan bermotor roda empat R4mobil pada tahun 2002-2006 terjadi peningkatan . Pada tahun 2003 terjadi kenaikan 3,3, 2004 naik 4,08, pada tahun 2005 naik lagi sebesar 3,6 dan pada tahun 2006 naik 14,6. Untuk Puskesmas Keliling perahu bermotor PB dari tahun 2002-2004 terjadi kenaikan, sedangkan pada tahun 2005 – 2006 terjadi penurunan. Untuk tahun 2005 turun sebesar 26,6 dan tahun 2006 turun lagi sebesar 7,3 dari tahun 2005. Jumlah Puskesmas Keliling dan rasionya terhadap Puskesmas pada tahun 2002 – 2006 disajikan pada Gambar 5.7 berikut ini, sedangkan jumlah dan rasionya menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.4. GAMBAR 5.7 JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS TAHUN 2002 – 2006 Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI 107 2 . Rum a h Sa k it Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2002 – 2006, perkembangan jumlah rumah sakit umum dan khusus di Indonesia terus meningkat. Peningkatannya berkisar 1 – 2. Peningkatan yang paling tinggi pada tahun 2006 bertambah 1,89, tahun 2005 bertambah 1,77 , sedangkan peningkatan terendah pada tahun 2004 hanya bertambah 0,97, tahun 2003 bertambah 1,56 dan. Perkembangan jumlah rumah sakit umum dan khusus di Indonesia tahun 2002 – 2006 disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.5. TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM KHUSUS DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006 Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, jumlah rumah sakit umum pemerintah dan swasta pada periode tahun 2002 – 2006 juga cenderung meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 5.8. Bila dilihat berdasarkan kepemilikannya, jumlah rumah sakit umum milik pemerintah yang mencakup milik Departemen Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah KabupatenKota, TNIPOLRI, dan Departemen LainBUMN bertambah 8,56 dengan kenaikan yang paling besar pada tahun 2005 bertambah 3,14, sedangkan jumlah rumah sakit umum milik swasta naik sebesar 3,28 dengan kenaikan yang paling besar pada tahun 2003 bertambah 1,17. Jumlah rumah sakit umum di Indonesia tahun 2006 menurut provinsi dan pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.6. No . PengelolaKepemilika n 2002 2003 2004 2005 2006 1 Departemen Kesehatan 31 31 31 31 31 2 Pemerintah ProvinsiKabKota 389 396 404 421 433 4 TNIPOLRI 112 112 112 112 112 5 BUMNDepartemen Lain 78 78 78 78 78 6 Swasta 605 617 621 626 638 Jumlah 1.215 1.234 1.246 1.268 1.292 108 GAMBAR 5.8 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM TAHUN 2002 – 2006 Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI Berdasarkan kelasnya RSU Depkes dan Pemda sampai pada tahun 2005, rumah sakit kelas A hanya terdapat di 6 provinsi 18,75 yaitu Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.Untuk RSU kelas B terdapat di 27 provinsi 84,37, RSU kelas C terdapat pada semua provinsi dan RSU kelas D terdapat di 25 provinsi 78,12 yang dapat dilihat pada lampiran 5.7 Selain jumlah rumah sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur rumah sakit. Pada tahun 2002- 2006 ada kenaikan jumlah tempat tidur rumah sakit umum dan khusus yang secara ringkat dapat dilihat pada Gambar 5.10 di bawah ini, tetapi gambaran yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 5.8 dan Lampiran 5.9. GAMBAR 5.10 PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT TAHUN 2002-2006 Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI Selanjutnya, untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan berikut ini disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur baik rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus. Pada tahun 2002 – 2006, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk relatif berkisar antara 61 – 62 per 100.000 penduduk . Jumlah tempat tidur 109 rumah sakit dan rasionya per 100.000 penduduk pada tahun 2000 – 2006 disajikan pada Gambar 5.11 di bawah ini. GAMBAR 5.11 JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002 – 2006 Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI 3 . Sa ra na Produk si da n Dist ribusi Se dia a n Fa rm a si da n Ala t K e se ha t a n Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan. Jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Jumlah sarana produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis tahun 2002-2006 disajikan pada Gambar 5.12 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.10. GAMBAR 5.12 JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS TAHUN 2002-2006 Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI 110 Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis dari tahun 2002 – 2006 disajikan pada Gambar 5.13 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi pada tahun 2002 – 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.11. GAMBAR 5.13 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATANMENURUT JENIS TAHUN 2002 -2006 Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI 4 . Sa ra na K e se ha t a n Be rsum be r Da ya M a sya ra k a t Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat UKBM di antaranya adalah Posyandu Pos Pelayanan Terpadu, Polindes Pondok Bersalin Desa, Toga Tanaman Obat Keluarga, POD Pos Obat Desa, dan sebagainya. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan Diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2006 jumlah Posyandu sebanyak 269.202 buah. Jumlah Posyandu ini menurun dari tahun-tahun sebelumnya, seperti terlihat pada Gambar 5.15 berikut ini. 111 GAMBAR 5.15 JUMLAH POSYANDU DI INDONESIA TAHUN 2002-2006 Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI Rasio Posyandu terhadap desakelurahan adalah 3,85 atau rata-rata pada tiap desakelurahan terdapat 4 Posyandu. Rasio Posyandu terhadap desakelurahan terbesar adalah Sulawesi Barat 15,84, DKI Jakarta 14,55 dan Jawa Barat 7,47. Sedangkan rasio terkecil di NAD 0,93, Maluku 1,31 dan Papua 1,34 yang dapa dilihat pada lampiran 5.12. Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Polindes ini juga dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama, Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah Polindes sebanyak 25.754 buah. Rasio Polindes terhadap desakelurahan adalah 0,37. Rasio Polindes terhadap desakelurahan terbesar adalah di Kepulauan Riau 0,91, DKI Jakarta 0,75 dan Gorontalo 0,63. Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Jambi 0,06, Banten 0,10 dan Sumatera Utara 0,12. Lampiran 5.12 Pos Obat Desa dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah Pos Obat Desa sebanyak 9.598 buah. Rasio POD terhadap desakelurahan adalah 0,14. Rasio POD terhadap desakelurahan terbesar adalah di Sumatera Barat 0,42, Nusa Tenggara Barat 0,28 dan Kalimantan Selatan 0,27. Sedangkan rasio terkecil di Jawa Timur 0,02, Kepulauan Riau 0,03 dan Kalimantan Tengah 0,03. Data selengkapnya mengenai Sarana UKBM tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.12.

5. Pos Kesehatan Desa Poskesdes

Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki minimal satu poskesdes. Tenaga poskesdes minimal 1 satu orang bidan dan 2 dua orang kader. Pada tahun 2006 jumlah poskesdes adalah 12.942 yang dapat dilihat pada lampiran 5.1.

6. Desa Siaga

Desa siaga adalah salah satu pendukung membuat masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Jumlah desa siaga tahun 2006 adalah 12.300 sesuai dengan tabel 5.2. Sedangkan target Departemen Kesehatan untuk tahun 2006 desa siaga 12.000 desa. Ini berarti target Departemen Kesehatan untuk desa siaga sudah tercapai. 112 TABEL 5.2 JUMLAH DESA SIAGA TAHUN 2006 No Provinsi Jumlah Desa Siaga 1 Nanggroe Aceh Darrusalam 250 2 Sumatera Utara 500 3 Lampung 200 4 Sumatera Barat 200 5 Bengkulu 150 6 Jawa Barat 1.000 7 Jawa Tengah 4.300 8 Jawa Timur 5.000 9 Kalimantan Barat 150 10 Kalimantan Tengah 150 11 Sulawesi Tengah 100 12 Sulawesi Selatan 300 Jumlah Keseluruhan 12.300 Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2007 7 . I nst it usi Pe ndidik a n T e na ga K e se ha t a n Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta melalui berbagai institusi pendidikan dan jenjang pendidikan. Dari seluruh institusi pendidikan tenaga kesehatan Diknakes yang ada hanya sebagian yang menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan dalam koordinasi dan pembinaannya, yang dikelompokkan ke dalam institusi Politeknik Kesehatan Poltekkes dan institusi Diknakes Non Poltekkes. Perkembangan jumlah institusi Diknakes saat ini semakin pesat, baik jenis maupun jumlah di masing-masing propinsi. Sampai dengan Desember 2006 jumlah institusi Diknakes baik Poltekkes maupun Non Poltekkes sebanyak 890 institusi yang terdiri dari Poltekkes sebanyak 205 jurusanprogram dan Non Poltekkes yang ada diseluruh Indonesia sebanyak 685 institusi. Perkembangan jumlah masing – masing jenis institusi Diknakes Poltakes dan Non Poltakes dapat dilihat pada gambar 5.16 dan 5.17. 113 GAMBAR 5.16 PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS POLTAKES DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2006 Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan GAMBAR 5.17 PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS NON POLTAKES DI INDONESIA TAHUN 2004 - 2006 Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dari 205 jurusan Poltekkes yang diselenggarakan, jurusan terbanyak adalah jurusan Keperawatan 32,7 dan Kebidanan 23,4, selebihnya adalah Gizi 11,7, Kesehatan Lingkungan 9,8, Kesehatan Gigi 8,8, Analis Kesehatan 5,9, Farmasi 2,90, Teknik Elektro Medik 1,0, Teknik Radio Diagnostik 1,0, Fisioterapi 1,0, Teknik Gigi 0,5, Analis Farmasi dan Makanan 0,5, Okupasi Terapi 0,5, dan Ortotik Prostetik 0,5. Sementara itu, jumlah institusi di luar Poltekkes pada tahun yang sama sebanyak 685 institusi yang mana terbanyak adalah jurusan Keperawatan 72,7, sedangkan selebihnya adalah jurusan Kefarmasian 11,24, Keteknisian Medis 10,36, Kesehatan Masyarakat 1,89, Keterapian Fisik 2,48, dan Gizi 1,31 Untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam Poltekkes, mulai tahun 2004 Pusdiknakes sudah melakukan akreditasi. Sampai dengan Desember 2006, 181 88,29 jurusan Poltekkes telah diakreditas Lampiran 5.17. Dari akreditas yang sudah dilakukan, 73 jurusan 40,33 termasuk dalam strata “A”, 104 jurusan 57,46 114 termasuk dalam strata “B” dan 4 jurusan 2,21 termasuk dalam strata “C”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.18. GAMBAR 5.18 PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS JURUSAN POLTEKKES TAHUN 2004-2006 Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Sedangkan untuk institusi non Poltekkes tahun 2006 , 518 institusi 75,62 sudah diakriditas , 24,38 sisanya belum diakreditas. Institusi yang sudah diakreditasi tersebut 61 11,78 termasuk dalam strata “A”, 402 77,61 termasuk dalam strata “B” dan 54 10,42 termasuk dalam strata “C”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.19. GAMBAR 5.19 PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS INSTITUSI NON POLTEKKES TAHUN 2004-2006 Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Bila dilihat menurut kepemilikannya, jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes pada tahun 2006 sebanyak 81,17 adalah milik swasta, sedangkan selebihnya adalah milik Pemerintah Daerah 14,45, dan TNIPOLRI 4,37. Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes milik Pusat mengalami penurunan karena institusi milik pusat bergabung dengan Poltekkes. Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut jenis jurusan atau program studi dan status kepemilikan pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.18 dan 5.20. 115

B. T EN AGA K ESEH AT AN 1 . Pe re nc a na a n T e na ga K e se ha t a n

Berdasarkan Renstra Departemen Kesehatan tahun 2005-2009, pada tahun 2010, ratio tenaga kesehatan per 100000 penduduk berdasarkan kategori, diharapkan mencapai angkatarget sebagai berikut: TABEL 5.3 RATIO TENAGA KESEHATAN PER 100000 PENDUDUK TAHUN 2010 No Jenis Tenaga Rasio per 100000 penduduk 1 Dokter Spesialis 9 2 Dokter Umum 30 3 Dokter Gigi 11 4 Perawat 158 5 Bidan 75 6 Perawat Gigi 16 7 Apoteker 9 8 Asisten Apoteker 18 9 Sarjana Kesmas 8 10 Sanitarian 10 11 Gizi 18 12 Keterapian Fisik 4 13 Keteknisan Medis 6 Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2007 Berdasarkan rasio tenaga kesehatan di atas, dengan menggunakan proyeksi penduduk 2010 diharapkan sampai tahun 2010 kebutuhan tenaga kesehatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 116 Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2007 2 . Pe rse ba ra n SDM K e se ha t a n Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM kesehatan membuat prediksi tenaga kesehatan tahun 2006 berdasarkan tenaga kesehatan tahun 2003 ditambahkan dengan lulusan per tahunnya. TABEL 5.4. JUMLAH TENAGA KESEHATAN DAN RASIO TENAGA KESEHATAN PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006 No Jenis Tenaga Jumlah Tenaga Rasio per 100000 penduduk 1 Dokter Spesialis 12.374 5,53 2 Dokter Umum 44.564 19,93 3 Dokter Gigi 11.289 5,05 4 Perawat 308.306 137,87 5 Bidan 79.152 35,4 6 Perawat Gigi 8.230 3,68 7 Apoteker 10.207 4,56 8 Asisten Apoteker 39.106 17,49 9 Sarjana Kesmas 9.739 4,36 10 Sanitarian 18.094 8,09 11 Gizi 15.342 6,86 12 Keterapian Fisik 5.290 2,37 13 Keteknisan Medis 10.318 4,61 Sumber : Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM, 2007 GAMBAR 5.20 KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2010 UNTUK MENCAPAI INDONESIA SEHAT 2010 MENURUT JENIS TENAGA