K EADAAN PEN DI DI K AN

9 kelamin dan tipe daerah tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.8, 2.8.a dan Lampiran 2.8.b. GAMBAR 2.5 PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF TAHUN 2006 Pada tahun 2006, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazahSTTB di Indonesia sebanyak 28,20. Persentase ini lebih besar di wilayah perdesaan yang sebesar 35,15 dibandingkan perkotaan yang sebesar 19,30. Sedangkan secara nasional, persentase penduduk yang sudah memiliki ijazahSTTB yang dimiliki yaitu SDMI sebanyak 31,67, tamat SLTPMTs sebanyak 17,56, tamat SMUMASMK sebanyak 18,12, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar 4,44. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah SMUSMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 22,56. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMUSMK atau lebih tinggi adalah DKI Jakarta 47,56, DI Yogyakarta 36,97 dan Kepulauan Riau 36,77. Sedangkan yang terendah di Provinsi Sulawesi Barat 14,17, Nusa Tenggara Timur 14,20, dan Kalimantan Barat 16,29. Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut ijazahSTTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.10. Sumber : Statistik Kesra, 2006 10 TABEL 2.2 PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN STATUS PENDIDIKAN TAHUN 2006 IjazahSTTB Tertinggi yang Dimiliki DaerahJenis Kelamin Tidak Memiliki SD MI SLTP MTs SMU MA SMU Kejuruan Dipl I Dipl II Akademi Dipl III Dipl IV S1S2 S3 Jumlah Perkotaan Laki-laki Perempuan L + P 16,88 21,69 19,30 24,02 26,11 25,07 19,29 19,30 19,29 22,78 20,30 21,53 8,24 5,36 6,79 0,83 1,29 1,06 1,92 1,91 1,91 6,05 4,04 5,04 100,00 100,00 100,00 Perdesaan Laki-laki Perempuan L + P 31,48 38,83 35,15 37,27 36,37 36,82 17,40 15,02 16,21 9,13 6,67 7,90 2,90 1,60 2,25 0,50 0,59 0,55 0,33 0,32 0,33 0,98 0,59 0,78 100,00 100,00 100,00 Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan L + P 25,10 31,28 28,20 31,48 31,85 31,67 18,23 16,90 17,56 15,09 12,67 13,88 5,24 3,26 4,24 0,64 0,90 0,77 1,03 1,02 1,02 3,20 2,11 2,65 100,00 100,00 100,00 Tabel 2.2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan signifikan terjadi pada persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijazahSTTB SMUMASMK hingga Universitas antara wilayah perkotaan dengan perdesaan. Pada perkotaan sebesar 36,33, sedangkan perdesaan hanya sebesar 11,81. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazahSTTB SMUMASMK hingga Universitas pada laki-laki lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan, yaitu 25,20 berbanding 19,96. Angka Partisipasi Sekolah APS menurut Statistik Kesra Tahun 2006 dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun mewakili umur setingkat SLTP, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMU. Secara umum, APS kelompok umur 7-12 tahun sebesar 97,39, kelompok umur 13-15 tahun sebesar 84,08 dan kelompok umur 16-18 tahun sebesar 53,92. Semakin tinggi kelompok umur, semakin rendah APS, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan wilayah, APS penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan APS penduduk perdesaan. Berbeda dengan APS, Angka Partisipasi Murni APM menunjukkan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya. Statistik Kesra mengelompokkan APM berdasarkan jenjang pendidikan dan tipe daerah. APM SD di daerah perkotaan sebesar 93,07, lebih kecil dibandingkan angka di perdesaan yang sebesar 93,86. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada APM SLTP dan SMU. APM SLTP di perkotaan sebesar 73,56, lebih besar dibandingkan angka di perdesaan sebesar 61,76. APM SMU di perkotaan juga lebih besar dibandingkan APM SMU di perdesaan, yaitu sebesar 57,17 di perkotaan sedangkan di perdesaan hanya 33,47. Secara nasional APM SD sebesar 93,54, APM SLTP sebesar 66,52, dan APM SMU 43,77. Sumber : Statistik Kesra, 2006 11 TABEL 2.3 ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH APS PENDUDUK UMUR 7-18 TAHUN MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2006 Kelompok Umur Tahun DaerahJenis Kelamin 7 - 12 13 - 15 16 - 18 Perkotaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan 98,14 98,54 98,33 90,19 89,26 89,74 66,60 64,38 65,50 Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan 96,37 97,16 96,75 79,50 81,08 80,25 45,03 44,99 45,01 Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan 97,08 97,72 97,39 83,75 84,44 84,08 54,09 53,73 53,92 TABEL 2.4 ANGKA PARTISIPASI MURNI APM MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2006 Jenjang Pendidikan DaerahJenis Kelamin SD SLTP SMU Perkotaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan 93,36 92,76 93,07 73,62 73,50 73,56 57,95 56,39 57,17 Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan 94,10 93,60 93,86 61,86 61,65 61,76 33,50 33,42 33,47 Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan 93,80 93,26 93,54 66,53 66,51 66,52 43,77 43,78 43,77

D. K EADAAN LI N GK U N GAN

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Sumber : Statistik Kesra, 2006 Sumber : Statistik Kesra, 2006 12 Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator seperti; persentase rumah tangga sehat, persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompasumurmata air menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotorantinja, dan persentase rumah tangga menurut kepemilikan fasilitas buang air besar. 1 . Rum a h T a ngga Se ha t Terdapat beberapa indikator lingkungan yang harus dipenuhi sebuah rumah tangga agar dapat disebut sebagai rumah tangga sehat, yaitu ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, dan lantai rumah bukan dari tanah. Selain itu juga terdapat indikator lain yang terkait dengan faktor perilaku dan keterjangkauan terhadap jaminan pemeliharaan kesehatan. Persentase rumah tangga sehat pada tahun 2006 mencapai 24,96. Provinsi dengan persentase rumah tangga sehat tertinggi adalah Kalimantan Timur sebesar 41.45 diikuti oleh Sulawesi Utara sebesar 39,22 dan Bali sebesar 37,38. Sedangkan provinsi dengan persentase rumah tangga sehat terendah adalah Sumatera Selatan sebesar 7,71 diikuti oleh Banten sebesar 13,47 dan Gorontalo sebesar 15. Persentase rumah tangga sehat berdasarkan provinsi disajikan pada Lampiran 2.17. 2 . Ak se s T e rha da p Air M inum Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2006 yang diterbitkan oleh BPS mengkategorikan sumber air minum yang digunakan rumah tangga menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan. Sedangkan sumber air minum tak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, dan lainnya. Data yang terdapat pada Statistik Kesra BPS Tahun 2006 menyebutkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 82,29, sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindung sebesar 17,71. Provinsi dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung adalah DKI Jakarta, yaitu 99,44, diikuti oleh Bali sebesar 93,61 dan Jawa Timur sebesar 89,26. Persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung yang paling rendah berada di Provinsi Papua, yaitu sebesar 50,47, diikuti oleh Kalimantan Tengah 54,23 dan Irian Jaya Barat 57,05. Pada kelompok sumber air minum terlindung, sebagian besar rumah tangga di Indonesia memiliki sumur terlindung dengan persentase 34,64. Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum ledeng menempati urutan ke-2 yaitu 18,38, kemudian pompa 13,63, mata air terlindung 8,68, air kemasan 4,43 dan air hujan 2,53. Sedangkan pada kelompok air minum tak terlindung, rumah tangga di Indonesia sebagian besar memanfaatkan sumur tak terlindung dengan persentase 10,18, diikuti oleh mata air tak terlindung sebesar 4,18, air sungai sebesar 2,99 dan lainnya sebesar 0,36. Persentase rumah tangga menurut sumber air minum, provinsi dan wilayah secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.12, 2.12.a, dan Lampiran 2.12.b.