M ORT ALI T AS

20 GAMBAR 3.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP TAHUN 1995 S.D TAHUN 2005 Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 estimasi SUPAS 1995, Estimasi Susenas 2002-2003, dan SDKI 2002-2003 Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar meskipun pada tahun 2000 dan 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1995 AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil SurkesnasSusenas berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup. AKB menurut hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. AKB menurut Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 28 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Provinsi dengan AKB terendah adalah DKI Jakarta 14 per 1.000 kelahiran hidup, DI Yogyakarta 14 per 1.000 kelahiran hidup, dan Sulawesi Utara 16 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi di Nusa Tenggara Barat 51 per 1.000 kelahiran hidup, Maluku Utara 43 per 1.000 kelahiran hidup, dan Sulawesi Tengah 40 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002, AKB di rumah sakit 40,6 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2003, AKB di rumah sakit mengalami penurunan berarti yaitu sebesar 22,9 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan menjadi 29,4 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2005 dan 2006 mengalami penurunan menjadi 23,7 per 1.000 kelahiran hidup dan 25,9 per 1.000 kelahiran hidup. Tabel 3.1 di bawah ini merupakan data kematian bayi di rumah sakit selama tahun 2002–2006. 21 TABEL 3.1 ANGKA KEMATIAN BAYI DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006 Tahun Jumlah RS Jumlah Lahir Mati Jumlah Kelahiran Hidup di Rumah Sakit AKB per 1.000 KH 2002 1.215 5.381 127.053 40,6 2003 1.234 3.160 135.094 22,9 2004 1.246 3.321 109.297 29,4 2005 1.268 3.220 132.745 23,7 2006 1.292 3.041 116.991 25,9 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan masa perinatal. Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,94. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim hipoksia intrauterus dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir asfiksia lahir, yaitu 27,97. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91 kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. TABEL 3.2 DISTRIBUSI PASIEN KELUAR MATI DI RUMAH SAKIT YANG BERMULA PADA MASA PERINATAL DI INDONESIA TAHUN 2006 No DTD ICD -10 Golongan Sebab Sakit Mati 1 0.12 A33 Tetanus neonatorum 37 0,56 2 245 P00 - P04 Janin dan bayi baru lahir yang dipengaruhi oleh faktor dan penyulit kehamilan persalinan dan kelahiran 548 8,28 3 246 P05 - P 07 Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah 2.578 38,94 4 247 P10 - P 15 Cedera lahir 57 0,86 5 248 P20 - P 21 Hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir 1.792 27,97 6 249 P22 - P 28 Gangguan saluran napas lainnya yang berhubungan dengan masa perinatal 662 10,00 7 250 P35 - P 37 Penyakit infeksi dan parasit kongenital 467 7,05 8 251 P38 - P39 Infeksi khusus lainnya pada masa perinatal 117 1,77 9 252 P55 Penyakit hemolitik pada janin dan bayi baru lahir 20 0,30 10 253.9 P08,P29,P50- P54, Kondisi lain yang bermula pada masa perinatal 342 5,17 Jumlah 6.620 100,00 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007 22 Meskipun secara umum di Indonesia, Angka Kematian Bayi cenderung menunjukan penurunan yang cukup signifikan, namun ISPA masih merupakan penyebab kematian terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi di bawah ini. TABEL 3.3 PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI INDONESIA SURVEI MORTALITAS SUBDIT ISPA TAHUN 2005 No Penyebab Kematian 1 Neonatal 44,5 2 Pneumonia 22,3 3 Infeksi Berat 10,6 4 Diare 9,1 5 Masalah lain termasuk 5,5 6 Gizi buruk dan BGM 1,7 7 Demam Berdarah Dengue 1,4 8 Muntah – dehidrasi 1,3 9 Tifoid 1,2 10 Malaria 0,8 11 Campak – komplikasi 0,8 12 Pertusis 0,3 13 Tanpa penyebab 0,6 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI 2 . Angk a K e m a t ia n Ba lit a AK ABA Data AKABA terakhir berasal dari hasil SDKI pada tahun 2002-2003 yaitu 46 per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan AKABA pada tahun 1995 – 2003 disajikan pada Tabel 3.4 berikut ini. TABEL 3.4 ANGKA KEMATIAN BALITA AKABA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2003 Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 Estimasi SUPAS 1995, Estimasi SUSENAS 1995, 1998, dan 2001, SDKI 2002-2003 Estimasi SUPAS 1995 Tahun Laki-laki L Perempuan P L + P Estimasi SUSENAS SDKI 2002 - 2003 1995 73 1998 71,36 57,61 64,28 64 1999 66,44 53,05 59,55 2000 50,77 39,00 44,71 2001 64 2002-2003 46 23 Meskipun secara umum di Indonesia, Angka Kematian Balita cenderung menunjukan penurunan yang cukup signifikan, ISPA masih merupakan penyebab kematian terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi di bawah ini. TABEL 3.5 PENYEBAB KEMATIAN BALITA DI INDONESIA SURVEI MORTALITAS SUBDIT ISPA TAHUN 2005 No Penyebab Kematian 1 Pneumonia 23,6 2 Diare 15,3 3 Infeksi Berat 15,1 4 Masalah lain termasuk kecelakaan 14,7 5 Neonatal 11,2 6 Tifoid 3,8 7 Gizi buruk dan BGM 3,6 8 Malaria 2,9 9 Campak – komplikasi 2,9 10 Muntah – dehidrasi 1,6 11 Pertusis 0,2 12 Tanpa penyebab 0,05 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI 3 . Angk a K e m a t ia n I bu M a t e rna l AK I Kematian ibu maternal di rumah sakit periode 2002-2006 cenderung menurun dari 5,1 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 2,0 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2006. Namun tahun 2004, kematian ibu maternal mengalami kenaikan tajam dari sebelumnya 1,1 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 8,6 per 1.000 kelahiran hidup. Data angka kematian ibu maternal tahun 2002 - 2006 di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut. TABEL 3.6 ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2006 Tahun Jumlah Kematian Ibu Jumlah Lahir Hidup Kematian Per 1.000 KH 2002 649 127.053 5,1 2003 153 135.094 1,1 2004 956 109.297 8,6 2005 116 132.745 0,9 2006 237 116.991 2,0 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007 Data angka kematian ibu maternal di rumah sakit yang bersumber dari Ditjen Bina Yanmedik, menggambarkan jumlah kematian maternal di rumah sakit yang terjadi per 1.000 kelahiran hidup dan penyebab kematian maternal tersebut dijelaskan pada Tabel 3.7 di bawah ini. 24 TABEL 3.7 DISTRIBUSI PASIEN KEHAMILAN, PERSALINAN DAN MASA NIFAS KELUAR MATI MENURUT GOLONGAN SEBAB SAKIT DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 No DTD ICD-10 Golongan sebab sakit Kasus Mati CFR 1 234 - 236.9 O00 - O09 Kehamilan yang berakhir abortus 42.354 31,5 205 0,4 2 237.0 - .1 O14 - O15 Eklamsia dan preeklamsia 7.848 5,8 166 2,1 3 238.0 O44 Plasenta previa 4.409 3,3 36 0,8 4 238.9 O46 Perdarahan antepartum 1.940 1,4 8 0,4 5 241 O72 Perdarahan pasca persalinan 7.376 5,5 43 0,6 6 242.1 O60 Persalinan prematur 3.063 2,3 34 1,1 7 242.2 O68 Persalinan dengan penyulit gawat janin 3.709 2,8 11 0,3 8 237.9,238.1, 239.0-240, 242.0, 242.3, 242.9,244 O10- O3,O16,O20- O25, O29- O30,O40- O43, O45,O47,064- O67, O69,074- O75,O81-O99 Penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya 63.580 47,3 250 0,3 Jumlah 134.279 753 0,56 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007 Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2006 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 47,3, diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus 31,5. Sedangkan jika dilihat dari nilai CFR Case Fatality Rate, penyebab kematian terbesar adalah eklamsia dan preeklamsia dengan CFR 2,1, walaupun persentase kasusnya tidak tinggi yaitu 5,8 dari keseluruhan kasus obstetri. 4 . Angk a K e m a t ia n K a sa r AK K Perkembangan angka kematian kasar di rumah sakit dalam kurun waktu 2001 – 2006 relatif stabil yaitu dalam kisaran 3,2 – 4,7, dimana angka kematian kasar tertinggi 4,7 terjadi pada tahun 2004. TABEL 3.8 ANGKA KEMATIAN KASAR DI RUMAH SAKIT INDONESIA TAHUN 2006 Tahun Jumlah Kasus Jumlah Mati 2001 2.597.512 82.440 3,2 2002 2.346.136 88.441 3,8 2003 2.270.657 81.943 3,6 2004 2.140.954 99.615 4,7 2005 2.561.106 85.567 3,3 2006 2.233.204 84.214 3,8 Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007 Sedangkan penyebab kematian terbanyak dari penderita rawat inap di rumah sakit pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini. 25 TABEL 3.9 10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 No DTD ICD Sebab Sakit Jumlah Mati [a] 1 155 I 64 Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark 4.377 5,20 2 153 I 60 - I 62 Perdarahan intrakranial 3.677 4,37 3 55 A 09 Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu kolitis infeksi 2.716 3,23 4 246 P 05 - P 07 Pertumbuhan janin lamban malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah 2.578 3,06 5 17 A 40 - A 41 Septisemia 2.539 3,01 6 214.9 N 17.0-.2.9 - N 19 Gagal ginjal lainnya 2.521 2,99 7 278 S 06 Cedera intrakranial 2.519 2,99 8 169 J 12 - J 18 Pneumonia 2.459 2,92 9 104,9 E 14 Diabetes melitus YTT 2.384 2,83 10 032.1 A 91 Demam berdarah dengue 2.223 2,64 Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007 Keterangan: [a] persen terhadap total kematian di rumah sakit Dari tabel tersebut di atas, penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh stroke 5,20 tanpa menyebut perdarahan atau infark, kemudian disebabkan perdarahan intrakranial 4,37, dan penyebab kematian No. 3 terbanyak adalah diare dan gastroenteritis 3,23. 5 . Angk a H a ra pa n H idup Wa k t u La hir U H H Penurunan AKB sangat berpengaruh pada kenaikan Angka Harapan Hidup waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan Angka Harapan Hidup pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Angka Harapan Hidup waktu lahir penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna terutama pada periode tahun 1980-1995 dan diperkirakan menjadi 66,2 tahun pada 2002 SDKI 2002-2003. Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025, estimasi angka harapan hidup yang sebesar 67,8 tahun 2000- 2005 meningkat menjadi 69,8 tahun 2005-2010, dan diperkirakan akan menjadi 73,6 tahun pada 2020-2025. Estimasi angka harapan hidup waktu lahir tahun 2000-2025 dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut. 26 TABEL 3.10 ESTIMASI ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR Eo TAHUN 2000 – 2025 Tahun Eo 2000 – 2005 67,8 2005 - 2010 69,8 2010 - 2015 71,5 2015 - 2020 72,8 2020 - 2025 73,6 Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025, Tahun 2005 Rincian angka kematian bayi, angka harapan hidup waktu lahir, net reproduction rate dan angka fertilitas total menurut provinsi tahun 2005 – 2010 dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

B. M ORBI DI T AS

Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat community based data yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan KabupatenKota serta dari sarana pelayanan kesehatan facility based data yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaranpola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit adalah data tahun 2006 disajikan pada Tabel 3.11 berikut ini. TABEL 3.11 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006 No DTD Golongan Sebab Sakit Jumlah Kunjungan 1 167 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 960.460 9,32 2 145 Hipertensi esensial primer 480.922 4,67 3 268 Demam yang sebabnya tidak diketahui 409.632 3,98 4 199.9 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya 403.270 3,91 5 270.9 Gejala tanda dan penemuan klinik dan laboratorium tidak normal lainnya YTK di tempat lain 397.478 3,86 6 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 347.345 3,37 7 007.1 Tuberkulosis paru lainnya 346.906 3,37 8 294.0 Pengawasan kehamilan normal 343.786 3,34 9 104.9 Diabetes melitus YTT 342.246 3,32 10 5 Diare gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu kolitis Inf. 333.066 3,23 Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007 Pada tahun 2006 dari data 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit, yang terbanyak adalah infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 9,32, diikuti penyakit hipertensi esensial primer 4,67 dan demam yang sebabnya tidak diketahui 3,98. Sedangkan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.12 di bawah ini. 27 TABEL 3.12 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006 No DTD ICD Golongan Sebab Sakit Jumlah Pasien 1 5 A 09 Diare gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu kolitis inf. 177.517 7,95 2 032.1 A 91 Demam berdarah dengue 81.392 3,64 3 2 A 01 Demam tifoid dan paratifoid 72.804 3,26 4 242.9 O 20-O 23, O 25-O 29, O 61-O 63 O 67, O 69- 71, O 73-O 75, O81-O 83 Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya 63.580 2,85 5 278 S 06 Cedera intrakranial 48.645 2,18 6 268 R 50 Demam yang sebabnya tidak diketahui 46.175 2,07 7 281 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan Multipel 46.081 2,06 8 169 J 12 J 18 Pneumonia 37.634 1,69 9 43 B 50 - B 54 Malaria termasuk semua jenis malaria 36.865 1,65 10 185 K 30 Dispepsia 34.029 1,52 Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007 Dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006, terbanyak adalah Diare gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu infeksi kolitis 7,95, diikuti penyakit Demam Berdarah Dengue 3,64 dan penyakit Demam tifoid dan paratifoid 3,26. Kedua tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa penyakit infeksi masih merupakan penyakit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit, walaupun beberapa penyakit tidak menular seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dan cedera juga termasuk 10 peringkat penyakit terbanyak di rumah sakit. Distribusi pasien menurut Bab ICD-X pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit Indonesia tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.5 dan 3.6. Selanjutnya berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi PD3I, penyakit potensial KLBwabah, situasi penyakit tidak menular. 1 . Pe nya k it M e nula r Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit Malaria, TB Paru, HIVAIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA, Kusta, penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi PD3I, penyakit potensial wabah, Rabies, Filariasis, Frambusia, dan Antraks. a . Pe nya k it M a la ria Situasi Angka Kesakitan malaria selama tahun 2001 – 2006 relatif cenderung menurun dan bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai maka telah mencapai target yang diinginkan yaitu pada tahun 2001 angka kesakitan malaria sebesar 44,7 per 1.000 penduduk dan menurun secara berarti menjadi 19,6 per 1.000 penduduk pada tahun 2006. Target dan angka kesakitan malaria selama periode tahun 2001 – 2006 secara rinci dapat dilihat pada grafik berikut.