PELAY AN AN K ESEH AT AN DALAM SI T U ASI BEN CAN A

102 surveilans terhadap penyakit potensi KLB, memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit, melakukan droping obat-obatan ke lokasi kejadian dan lain-lain. Bencana tanah longsor terjadi di 19 provinsi, 19 kabupatenkota dengan korban meninggal 123 orang, 30 luka berat, 335 luka ringan dan 2.127 orang mengungsi. Upaya yang telah diberikan meliputi evakuasi korban, menyiagakan pos kesehatan 24 jam, melakukan pengamatan dengan surveilans epidemiologi untuk mengantisipasi KLB diare, dll. Rekapitulasi kejadian bencana tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.29. 2 . Be nc a na Ala m Letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta berada di posisi Ring of fire menjadikan Indonesia kerap kali diterpa bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi. Sebelumnya gempa terjadi di Sumatra pada 28 Maret 2005 menewaskan 361 orang serta gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 129.498 orang dan 37.606 lainnya hilang. Pada tahun 2006 bencana alam gempa bumi terjadi di 3 provinsi dengan korban meninggal 5.788 orang, luka berat 26.506 orang, luka ringan 167.748 orang, 82 orang hilang dan 2.179.156 orang mengungsi. Gempa bumi Yogyakarta adalah peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007° LS dan 110,286° BT pada kedalaman 17,1 km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 110,31° LS dan 8,26° BT pada kedalaman 33 km. USGS memberikan koordinat 7,977° LS dan 110,318 BT pada kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang digunakan berbeda-beda. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami. Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas. Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya. Korban tewas menurut laporan terakhir dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006 pukul 07:00 WIB, berjumlah 6.234 orang dengan rincian: Yogyakarta 165 jiwa, Kulon Progo 26 jiwa, Gunung Kidul 69 jiwa, Sleman 326 jiwa, Klaten 1.668 jiwa, Magelang 3 jiwa, Boyolali 3 jiwa, Purworejo 5 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa dan korban terbanyak di Bantul 3.968 jiwa. Sementara korban luka berat sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917 lainnya menderita luka ringan. Kabupaten Bantul merupakan daerah yang paling parah terkena bencana. Informasi menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah ini rubuh. Upaya yang dilakukan meliputi evakuasi korban, membuka pos kesehatan 24 jam di lokasi bencana, memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit pemerintah dan swasta; evakuasi 200 pasien yang harus dioperasi ke RS di Jawa Tengah dan Jawa Timur; bantuan transportasi hercules; di Bantul mendirikan rumah sakit lapangan untuk rawat inap 60 TT; memberikan bantuan air bersih dan pembuatan jamban; melakukan imunisasi campak, TT dan pemberian Vitamin A; dan lain-lain. 103 Demikian gambaran singkat mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai dengan tahun 2006. 104 Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan, yang dapat dilihat pada bab ini, adalah sebagai berikut :

A. SARAN A K ESEH AT AN

Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya Puskesmas, rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat UKBM, dan institusi pendidikan tenaga kesehatan. 1 . Pusk e sm a s Puskesmas dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun diupayakan terus meningkat yang bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat dan merata sampai di daerah terpencil. Pada tahun 2006 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia adalah 8.015. Jika dilihat dari tahun 2002 – 2006 terlihat adanya peningkatan. Peningkatan yang cukup besar 4,51 pada tahun 2006, sedangkan pada tahun sebelumnya peningkatannya kecil tahun 2005 meningkat 1,57, tahun 2004 meningkat 1,85, tahun 2003 meningkat 1,42. Dalam periode tahun 2002-2006, rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk meningkat dari 3,46 per 100.000 penduduk tahun 2002 menjadi 3,61 per 100.000 penduduk tahun 2006.Ini berarti bahwa pada periode tahun itu setiap 100.000 penduduk dilayani 3- 4 unit Puskesmas. Jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2002 – 2006 disajikan pada Gambar 5.1 dan 5.2. Jumlah puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2006 secara nasional adalah 3,61 dengan jumlah puskesmas per 100.000 penduduk terendah adalah provinsi Banten yaitu sebesar 1,92 dan yang paling tinggi adalah provinsi Maluku sebesar 9,83. Gambaran jumlah Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi disajikan pada Gambar 5.3. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1 dan Lampiran 5.2. BAB V SU M BER DAY A K ESEH AT AN 105 GAMBAR 5.1 JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2002-2006 GAMBAR 5.2 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002-2006 Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI GAMBAR 5.3 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006 Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2007 Sementara itu, bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk, maka jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2002-2006 rata-rata 1 unit. Ini berarti bahwa secara nasional puskesmas diharapkan sudah dapat menjangkau penduduk sasaran di wilayah kerjanya. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sejak Pelita III sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas Perawatan ini berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Pada tahun 2002 – 2006 perkembangan jumlah Puskesmas Perawatan cenderung bertambah, kecuali pada tahun 2003 turun sebesar 0,10, pertambahan yang paling besar pada tahun 2006 20.22, 2002 5,94, tahun 2004 4,47 dan tahun 2005 3,33. Perkembangan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan pada tahun 2000 – 2006 disajikan pada Gambar 5.6 berikut ini, sedangkan jumlah menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.3.