I ndik a t or Pe la ya na n Rum a h Sa k it

76 Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di rumah sakit selama empat tahun terakhir cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun masih di bawah angka ideal yang diharapkan 60-85 berkisar antara 55,2 – 57, pada tahun 2006 mengalami sedikit peningkatan 0,8 dari tahun 2005 dari 56,2 menjadi 57. Banyak faktor yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, di antaranya semakin meningkatnya jumlah RS dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi. Persentase pasien keluar meninggal dan meninggal 24 jam GDRNDR selama 3 tiga tahun terakhir menurun dengan kisaran antara 39,4 – 47,9 GDR, 18,1 – 22,8 NDR. Tahun 2005 GDR 43, NDR 21 menjadi 39,4GDR dan 18 NDR pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan di rumah sakit mengalami peningkatan. Indikator lamanya hari rawatan LOS selama empat tahun terakhir cenderung stabil berkisar 4 hari namun masih di bawah angka ideal 6-9 hari sedangkan selang waktu dalam pemakaian tempat tidur TOI mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 6 hari dari 8,6 hari pada tahun 2005 walaupun masih di bawah angka ideal 1-3 hari. Rincian indikator pelayanan RSU Depkes dan Pemda menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.15. 2 . Pe la ya na n K e se ha t a n Pe nunja ng Pemeriksaan laboratorium dan radiodiagnostik merupakan pelayanan kesehatan penunjang dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit. Jumlah pemeriksaan laboratorium pada tahun 2006 rumah sakit umum sebesar 53.372.332 pemeriksaan berasal dari 1.012 RSU dengan rata-rata 303 pemeriksaanhari sedikit mengalami peningkatan dari tahun 2005 yaitu 49.758.167 pemeriksaan dan rata-rata 294 pemeriksaanhari. Persentase pemeriksaan tertinggi pada RSU Swasta 35,2 dan RSU Pemerintah KabKota 34,3 sedangkan RSU dengan pemeriksaan terendah pada RSU TNI POLRI 2,8 dan RSU Departemen LainBUMN 5,1. Rincian pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. TABEL 4.3 KEGIATAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA RSU MENURUT PEMILIK DI INDONESIA TAHUN 2006 Pemeriksaan Laboratorium Pemilik RSU Jumlah RSU Patologi Klinik Patologi Anatomi Jumlah Terhdp Total Rata - rata Pemeriksaan HariRS Departemen Kesehatan 13 5.950.369 36.177 5.986.546 11,2 1.425 Pemerintah Provinsi 42 6.058.228 21.733 6.079.961 11,4 579 Pemerintah KabKota 335 18.354.193 20.371 18.374.564 34,3 269 TNI POLRI 110 1.487.072 3.205 1.490.277 2,8 191 Departemen LainBUMN 71 2.734.206 8.984 2.743.190 5,1 241 Swasta 441 18.788.264 81.102 18.869.366 35,2 254 Total 1.012 53.372.332 171.572 53.543.904 100 303 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes 77 Pemeriksaan radiodiagnostik pada RSU Depkes dan Pemda pada tahun 2006 mengalami penurunan dari tahun 2004 dan 2005 dengan jumlah pemeriksaan 1.541.868 dari 232 RSU. Tahun 2005 pemeriksaan diagnostik berjumlah 1.843.117 berasal dari 255 RSU sedangkan tahun 2004 berjumlah 1.565.688 berasal dari 254 RSU. Penurunan terjadi dikarenakan jumlah rumah sakit yang melapor lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya padahal tiap tahun terjadi penambahan rumah sakit umum Depkespemda, rincian pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 4.22 dan rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.16. GAMBAR 4.22 PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKESPEMDA TAHUN 2004 – 2005 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes 3 . Pe la ya na n K e se ha t a n J a m ina n Pe m e liha ra a n K e se ha t a n ba gi M a sya ra k a t M isk in J PK -M M ASK ESK I N Program Askeskin adalah program Pemerintah yang sangat strategis dan telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2005. Program ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan program ini, Menteri Kesehatan menunjuk PT Askes Persero sebagai penyelenggara program. Melalui program Askeskin ini masyarakat miskin akan memperoleh kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan milik Pemerintah, TNI-POLRI dan swasta yang bekerjasama dengan PT Askes Persero. Dengan keluarnya Surat Keputusan Menkes Nomor 332MenkesSKV2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin 2006 atau lebih dikenal dengan Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin Askeskin, merupakan jaminan kesehatan bagi keluarga kurang mampu di Indonesia. Realisasinya, Program Asuran- si Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Askeskin sejak tahun 2005 dan 2006 dapat mencakup 60 juta penduduk miskin dan hampir miskin, dibanding tahun 2005 yang hanya mencakup 36,1 juta penduduk miskin. 78 Berdasarkan laporan PT Askes, sampai bulan Desember 2006 terdapat 618 pemberi pelayanan kesehatan PPK yang telah melakukan kerjasama dengan PT Askes dalam melaksanakan program Askeskin. Persentase PPK menurut jenis penyelenggaranya adalah RS milik Depkes dan Pemda 72,2 446 PPK, RS Swasta 21,04 130 PPK, RS TNI POLRI 3,07 19 PPK, Balai Pengobatan Penyakit Paru Provinsi BP4 2,59 16 PPK dan Balai Kesehatan Mata Masyarakat BKMMBadan Keswadayaan Masyarakat BKM 1,13 7 PPK seperti terlihat pada Gambar 4.23 berikut. GAMBAR 4.23 PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN PPK PROGRAM ASKESKIN TAHUN 2006 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes Jumlah sasaran peserta Askeskin sebanyak 60.000.000 jiwa masyarakat miskintidak mampu di seluruh Indonesia dapat dilihat dalam Lampiran 4.18. Jumlah kartu Askeskin yang telah diterbitkan sebanyak 41.527.679 atau baru mencapai 69,21 dari sasaran program. Sedangkan jumlah kartu yang telah didistribusikan sebanyak 39.488.563 atau baru mencapai 65,81 dari sasaran program dapat dilihat pada Gambar 4.24 di bawah ini. GAMBAR 4.24 JUMLAH KARTU ASKESKIN YANG DITERBITKAN DAN DIDISTRIBUSIKAN TAHUN 2006 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes 79 Pada tahun 2006 pasien miskintidak mampu di rawat jalan berjumlah 3.817.758 dan rawat inap Kelas III berjumlah 1.197.233 dengan sumber dana berasal dari sisa dana PKPS- BBM 2004 dan Dana Askes 2006, rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.4. TABEL 4.4 JUMLAH PASIEN MISKINTIDAK MAMPU DI RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP DI INDONESIA TAHUN 2006 No Sumber Dana Rawat Jalan Rawat Inap Kelas III 1 Sisa Dana PKPS-BBM 2004 25.080 8.305 2 Dana Askes 2006 3.792.678 1.188.928 T o t a l 3.817.758 1.197.233 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes Keterangan : PKPS-BBM = Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Dana yang tersedia untuk tahun 2006 sebesar Rp. 3,6 Trilyun berasal dari sisa dana tahun 2005, DIPA Binakesmas dan DIPA Bina Yanmedik ditambah dengan jasa giro dan lain lain sebesar Rp. 24 Milyar. Dana tersebut dikelola oleh PT Askes Persero untuk pembayaran pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan strata I di Puskesmas dan jaringannya sampai dengan pelayanan strata II – III di Rumah Sakit. Realisasi penggunaan dana PKPS-BBM - Askeskin untuk pasien miskintidak mampu berjumlah 1,3 trilyun berasal dari sisa dana PKPS-BBM 2004 berjumlah 9,3 milyar dan dana Askeskin 2006 berjumlah 1,3 trilyun. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut. TABEL 4.5 REALISASI PENGGUNAAN DANA PKPS BBM 2004 DAN DANA ASKESKIN 2006 UNTUK PASIEN MISKINTIDAK MAMPU DI INDONESIA No Sumber Dana Sisa Dana PKPS-BBM 2004 Rp Dana Askeskin 2006 Rp 1 Rawat Jalan 1.108.692.978 160.829.968.438 2 Rawat Inap Kelas III 8.194.484.794 1.185.615.230.587 T o t a l 9.303.177.772 1.346.445.199.025 T o t a l PKPS-BBM - Askeskin 1.355.748.376.797 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes Keterangan : PKPS-BBM = Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Program Askeskin dimonitor dan dievaluasi oleh berbagai pihak baik oleh pihak eksekutif: Kantor Setneg, Kantor Koordinator Kesra, Kantor Sekretariat Wakil Presiden, Departemen Kesehatan, dll, maupun oleh pihak legislatif DPRRI. Selain itu juga dilakukan evaluasi oleh pihak LSM, universitas, dll termasuk didalamnya adalah penelitian ilmiah tentang manfaat program Askeskin. Pemeriksaan atau audit telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik secara internal oleh Satuan Pengawas Internal SPI, Komite Audit maupun secara eksternal oleh Inspektorat Jendral Departemen Kesehatan, BPK, dan BPKP. Hasil audit adalah Wajar Tanpa Pengecualian. 80 4 . Pe na nga na n Pe nya la hguna a n N APZ A N a rk ot ik a , Psik ot ropik a da n Z a t Adik t if La innya Penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit di Indonesia terdiri dari kegiatan kuratif, rehabilitatif dan aftercare dengan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Tahun 2006 kegiatan kuratif pengobatan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit berjumlah 119 dengan rincian 45 jenis Narkotika, 42 Psikotropika dan 32 zat adiktif lainnya. Kegiatan rehabilitatif berjumlah 25 terdiri dari 10 Narkotika dan 15 Psikotropika. Sedangkan kegiatan aftercare berjumlah 11 dari Psikotropika. Kegiatan penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.25. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.19. GAMBAR 4.25 KEGIATAN PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006 Kegiatan penyuluhan di rumah sakit tahun 2006 berjumlah 687.892 dengan metode penyuluhan berupa pemutaran kaset, ceramah, demonstrasi, pameran, pelatihan dan lain-lain. Untuk kegiatan penyuluhan P3 Napza berjumlah 4.143 atau 0,6 dari seluruh kegiatan penyuluhan. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut. TABEL 4.6 KEGIATAN PENYULUHAN P3 NAPZA DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006 No Kegiatan Seluruh Penyuluhan Penyuluhan P3 Napza 1 Pemutaran Kaset 10.349 161 1,6 2 Ceramah 170.375 3.918 2,3 3 Demonstrasi 13.258 5 0,04 4 Pameran 1.858 1 0,05 5 Pelatihan 370.723 12 0,003 6 Lain-lain 121.329 46 0,04 Jumlah 687.892 4.143 0,6 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes 81

C. PEN CEGAH AN DAN PEM BERAN T ASAN PEN Y AK I T

Indonesia menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya beberapa penyakit menular sementara penyakit tidak menular atau degeneratif mulai meningkat. Di samping itu telah timbul pula berbagai penyakit baru. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan mencegah penyebaran serta mengurangi dampak sosial akibat penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan. Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini. 1 . Pe nge nda lia n Pe nya k it Polio Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis AFP kelompok umur 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan surveilans AFP pada penduduk 15 tahun selama tahun 2002 – 2006, secara nasional diperoleh gambaran sebagaimana terlihat pada Gambar 4.26 berikut. GAMBAR 4.26 PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2002 – 2006 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio yaitu 1. Imunisasi yang meliputi peningkatan imunisasi rutin polio, PIN dan Mop-up, 2. Surveilans AFP, 3. Sertifikasi bebas polio, dan 4. Pengamanan virus polio di laboratorium. 82 Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang menyerang masyarakat. Dari gambar di atas menunjukan bahwa persentase spesimen adekuat yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio menjadi semakin meningkat, dengan demikian hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili kondisi di lapangan. Dari hasil pemeriksaan selama tujuh tahun terakhir tahun 1998 – 2004 tidak ditemukan adanya infeksi virus Polio liar pada kasus AFP yang ditemukan. besaran Non Polio AFP Rate selama tahun 1998 – 2004 relatif stabil. Sampai saat ini, jumlah kumulatif penderita Polio - sejak bulan Maret 2005 sampai dengan 01 Mei 2006 - adalah sebanyak 349 orang. Yang terdiri dari total polio kasus = 349, WPV1 Kasus = 303,Type 1 VDPV Kasus = 46, denganTotal infected Kabupatenkota = 47 dengan Total infected provinsi = 10. Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah untuk memutuskan rantai penularan Polio merupakan wujud komitmen Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia berperan membasmi Polio dari muka bumi dan wujud komitmen Pemerintah dalam membebaskan Balita Indonesia dari penyakit Polio. Berdasarkan kajian tim assessment, kajian epidemiologis data surveilans AFP serta ditemukan virus Polio di beberapa provinsi, maka untuk menghentikan penyebaran virus yang lebih luas, PIN harus dilakukan sesegera mungkin yaitu 30 Agustus 2005 putaran pertama dan 27 September 2005 untuk putaran kedua. Kemudian 3 putaran lagi dilaksanakan pada tanggal 30 November 2005, 27 Februari 2006 dan 12 April 2006. Sementara itu, cakupan hasil Pekan Imunisasi Nasional pada tahun 2005 - 2006 secara nasional dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut. Persentase hasil PIN 5 putaran menurut provinsi dapat dilihat dalam Lampiran 4.20. TABEL 4.7 UPAYA PENANGGULANGAN KLB POLIO TAHUN 2005-2006 ORI MOP UP I MOP UP II PIN I PIN II PIN III Sub PIN PIN IV PIN V Mar ,Apr Mei 30 Mei 28 Juni 30 Agust 27 Sept 30 Nov 30 Jan 27 Feb 12 April Waktu Tahun 2005 Tahun 2006 Jabar Jabar Jabar Nasional Nasional Nasional NAD Nasional Nasional Banten DKI DKI Sumut DKI Banten Banten Sumsel Lampung Lampung Jateng Banten Lokasi Jatim Jatim Sasaran Balita 191.959 6.398.107 6.398.107 23.620.427 23.620.427 23.620.427 4.523.321 23.620.427 23.620.427 Dana Rp.38,4 M Rp.179,5 M Rp.110,3 M Rp.14,5 M Rp 230 M Sumber Dana BLN + APBN BLN + APBN+APBD BLN + APBN BLN + APBN UNICEF APBN APBN Cakupan 97,8 104.0 87,7 95 97,8 98,2 95,8 98.5 99.8 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Catatan : ORI = Outbreak Response Immunization PIN = Pekan Imunisasi Nasional