75
5.2. Analisis Bivariat
5.2.1. Hubungan Umur Ibu dengan Status Gizi Anak Batita
Gambar 5.8 Diagram Bar Status Gizi Anak Batita Berdasarkan Umur Ibu di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate status gizi kurang pada anak batita dengan responden yang berumur ≥ 30 sebesar 13,3
sedangkan prevalens rate status gizi kurang pada anak batita dengan responden 30 sebesar 11,5.
Tidak ada hubungan umur ibu dengan status gizi anak batita karena kelompok umur ibu tidak berpengaruh terhadap status gizi anak batita. Status gizi
anak batita bukan semata-mata disebabkan faktor umur ibu. Dari data bisa dilihat pendidikan ibu lebih banyak berpendidikan tinggi tamat SMA dan menyebar
pada kelompok umur ibu ≥ 30 dan 30 tahun. Senada dengan penelitian ini, penelitian Syukriawati 2011 menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan status gizi balita dengan nilai p = 0,119.
≥ 30 30
Status Gizi Baik 86,70
88,50 Status Gizi Kurang
13,30 11,50
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
100,00
Universitas Sumatera Utara
76
Ibu yang berumur lebih muda, yang baru memiliki anak, biasanya cenderung memberikan perhatian yang lebih terhadap anaknya, termasuk
membawa anaknya untuk imunisasi dan mengatur pola makan anak. Peningkatan umur ibu, mungkin saja diikuti dengan bertambahnya jumlah anak dan
meningkatnya kesibukan, akan memengaruhi motivasi dan mengurangi ketersediaan waktu bagi ibu untuk membawa anaknya diimunisasi dan
menyediakan makanan bagi anaknya.
5.2.2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak Batita
Gambar 5.9 Diagram Bar Status Gizi Anak Batita Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Tanjung Beringin Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens status gizi kurang pada anak batita dengan ibu yang berpendidikan rendah sebesar 5,0
sedangkan prevalens rate status gizi kurang pada anak batita dengan ibu yang berpendidikan tinggi sebesar 15,7.
Pendidikan Tinggi Pendidikan Rendah
Status Gizi Baik 84,30
95 Status Gizi Kurang
15,70 5,00
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
100,00
Universitas Sumatera Utara
77
Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan dalam penyusunan makan keluarga serta pengasuhan dan
perawatan anak. Senada dengan penelitian ini, penelitian Suhendri 2009 menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pendidikan ibu dengan status gizi balita di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten
Tangerang tahun 2009 dengan nilai p = 1.000. Dari data diperoleh bahwa pendidikan ibu sebagian besar masih tergolong
rendah, namun status gizi anak batita cenderung baik. Hal ini karena faktor kesungguhan ibu anak batita dalam peningkatan pendidikan baik yang dilakukan
dengan keaktifan dalam kegiatan posyandu maupun dari frekuensi kontak dengan media massa. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk menambah pengetahuan
tentang gizi dan kesehatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Benny 1997 dalam penelitian Suhendri,
yang menyatakan bahwa peningkatan tingkat pendidikan akan mempermudah seseorang menerima informasi, termasuk informasi gizi dan kesehatan sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan gizi dan kesehatan yang selanjutnya akan menimbulkan sifat yang positif dibidang kesehatan. Keadaan ini akan mencegah
masalah gizi yang tidak diinginkan. Ibu yang berpendidikan lebih baik cenderung lebih besar keterlibatannya
dalam program pelayanan kesehatan, memiliki pengertian yang lebih baik tentang pencegahan penyakit, dan mempunyai kesadaran yang lebih tinggi terhadap status
gizi anaknya.
Universitas Sumatera Utara
78
5.2.3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Anak Batita