16
Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan, vaksin BCG merupakan vaksin hidup maka tidak diberikan pada pasien dengan imunokompromais leukemia, anak
yang sedang mendapatkan pengobatan steroid jangka panjang, atau bayi yang telah diketahui atau dicurigai menderita infeksi HIV.
Apabila BCG diberikan setelah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberculin negative.
Apabila uji tuberculin tidak memungkinkan BCG dapat diberikan namun perlu diobservasi dalam waktu 7 hari. Apabila terdapat reaksi lokal cepat di tempat
suntikan, perlu tindakan lebih lanjut tanda diagnostic tuberculosis. Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc Nacl
0,9. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada suhu 5
°
C terhindar dari sinar matahari.
2.2.2. Imunisasi Difteri, Pertusis, dan Tetanus DPT
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit yaitu difteri, pertusis, dan tetanus.
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Penyakit ini bersifat ganas, mudah menular dan
menyerang terutama saluran pernafasan bagian atas, penularannya bisa disebabkan karena kontal langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk
atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi nakteri difteri. Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih kurang
38°C, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat pseudomembran putih
keabu-abuan di faring, laring atau tonsil, tidak mudah lepas dan mudah berdarah,
Universitas Sumatera Utara
17
leher membengkak seperti leher sapi disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak nafas disertai bunyi stridor.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan
selang penyuntikan satu-dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu
bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat
penurunan panas. Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “Batuk Seratus
Hari” adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus-menerus sukar berhenti, muka
menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi melengking.
Penularannya umumnya terjadi melalui udara batukbersin. Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan
Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan.
Penyakit Tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali
dengan kejang otot rahang kejang mulut bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-
kejang secara cepar merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.
Universitas Sumatera Utara
18
Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin
menempel pada syaraf disekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf.
Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu
pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka
penderita dapat disembuhkan, penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari
imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk
wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya.
2.2.3. Imunisasi Hepatitis B