31
c. Pemberian makanan pendampingan ASI bergizi, mulai usia 6 bulan secara
bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap keluarga. d.
Memperpanjang masa menyusui selama ibu dan bayi menghendaki.
2.7. Epidemiologi Masalah Gizi
2.7.1. Distribusi berdasarkan orang
Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada status gizi
pada periode siklus kehidupan berikutnya. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menetukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang
anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin dalam kandungan. Masa balita merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan badan yang
cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat yang tinggi di setiap kilo gram berat badannya. Dalam keadaan seperti ini anak balita justru paling ssering mengalami
kekurangan gizi sehingga anak balita merupakan kelompok umur yang rentan menderita kekuranga gizi.
2.7.2. Distribusi dan frekuensi menurut tempat dan waktu
Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2013 yang diukur berdasarkan BBU adalah 5,7 dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,9.
Prevalensi nasional nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 19,6. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah RPJM tahun 2015 sebesar 20 dan target MDG untuk Indonesia sebesar 15,5, maka secara nasional target-target tersebut
sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi.
Universitas Sumatera Utara
32
Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi gizi buruk-kurang diatas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2 sampai
dengan 33,1. Urutan ke-19 provinsi tersebut dari yang tertinggi sampai terendah adalah 1 Nusa Tenggara Timur; 2 Papua Barat; 3 Sulawesi Barat; 4
Maluku; 5 Kalimantan Selatan; 6 Kalimantan Barat; 7 Aceh; 8 Gorontalo; 9 Nusa Tenggara Barat; 10 Sulawesi Selatan; 11 Maluku Utara; 12
Sulawesi Tengah; 13 Sulawesi Tenggara; 14 Kalimantan Tengah; 15 Riau; 16 Sumatera Utara; 17 Papua; 18 Sumatera Barat; 19 Jambi.
Atas dasar sasaran MDG 2015, terdapat tiga provinsi yang memiliki prevalensi gizi buruk-kurang sudah mencapai sasaran yaitu : 1 Bali, 2 DKI
Jakarta, 3 Bangka Belitung. Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang antara 20,0-29,0, dan dianggap prevalensi sangat
tinggi bila ≥30 WHO, 2010. Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi gizi buruk-kurang pada anak balita sebesar 19,6, yang berarti masalah gizi berat-
kurang di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati prevalensi tinggi. Diantara 33 provinsi, terdapat tiga provinsi termasuk kategori
prevalensi sangat tinggi, yaitu Sulawesi Barat 28,3, Papua Barat 30,5 dan Nusa Tenggara Timur 34,7.
2.7.3. Determinan masalah gizi