18
Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin
menempel pada syaraf disekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf.
Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu
pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka
penderita dapat disembuhkan, penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari
imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk
wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya.
2.2.3. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati. Penyakit itu menular melalui darah atau
cairan tubuh yang lain dari orang yang terinfeksi. Virus hepatitis B ditemukan di dalam cairan tubuh orang yang terjangkit termasuk darah, ludah dan air mani.
Vaksin ini diberikan 3 kali hingga usia 3-6 bulan. Ibu yang menderita penyakit hepatitis B dapat menularkan pada bayinya.
Hepatitis B dapat menular melalui kontak antara darah dengan darah, sebagai contoh apabila luka pada tubuh terkontaminasi cairan yang dikeluarkan oleh
Universitas Sumatera Utara
19
penderita hepatitis B, seperti jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, tranfusi darah dan gigitan manusia, hal ini termasuk hubungan seksual. Penyakit hepatitis
B bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatis, kanker hati menimbulkan kematian.
Gejala hepatitis B mirip dengan gejala flu yaitu hilangnya nafsu makan, mual, mudah merasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam, urine menjadi
kuning, sakit perut.
2.2.4. Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinjakotoran orang yang terinfeksi. Anak
yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh. Penyakit ini dapat menyerang sistem pencernaan dan sistem saraf. Vaksin polio ada dua jenis, yakni vaccine
polio inactivated IPV dan vaccine polio oral OPV. Vaksin ini diberikan pada bayi baru lahir, 2,4,6,18 bulan dan 5 tahun.
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5
hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin kuman yang dilemahkan. Cara pemberiannya melalui
mulut. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi
ulang DPT. Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali
dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan.
Universitas Sumatera Utara
20
Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan
sendok yang dicampur dengan gula manis. Faktor yang dapat meningkatkan terserang poliomyelitis antara lain
dikarenakan malnutrisi, kurangnya sanitasi lingkungan, karena suntikan dan juga virus yang bisa ditularkan melalui plasenta ibu sedangkan antibody yang
diberikan pasif melalui plasenta tidak dapat melindungi bayi secara adekuat. Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang
menderita defisiensi imunitas. Efek samping imunisasi ini hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot.
Kasusnya pun sangat jarang. Tingkat kekebalan dapat mencapai hingga 90.
2.2.5. Imunisasi Campak