tingkatan keterbukaan bank yang memuaskan, yaitu kinerja keuangan, posisi keuangan termasuk modal, solvensi dan likuiditas, praktek dan strategi manajemen
risiko, risk exposure termasuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko operasional, hukum, kebijaksanaan akuntansi dan bisnis dasar, informasi pengaturan
governance perusahaan dan manajemen.
215
Dengan menerapkan
prinsip keterbukaan tentunya akan mempertajam
mekanisme sistem peringatan dini early warning system sehingga dampak negatif keterlambatan lembaga pengawas yang seringkali terjadi dapat dinetralisir dengan
efektifnya pengawasan oleh masyarakat.
216
3. Accountability Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas didasarkan pada sistem internal check and balances yang mencakup praktek audit yang sehat.
217
Praktik audit yang sehat dan independen sangat diperlukan untuk menunjang akuntabilitas perusahaan yang dapat dilakukan
dengan mengefektifkan peranan komite audit.
218
Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu
terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting yang berkaitan dengan sistem pelaporan
keuangan.
219
215
Ibid., hal. 270. sebagaimana dikutip dari Basle Committee on Banking Supervision,”Enhancing Bank Transparency public Disclosure and Supervisory Information that
Promote Safety and Soundness in Banking System”,Basle, September 1998, hal. 17.
216
Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Loc.cit.
217
Indra Surya Ivan Yustiavandana, Op. cit. hal. 77.
218
Ibid.
219
Ibid., hal. 145.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
Komite audit memiliki tanggung jawab dan wewenang. Tanggung jawab komite audit terdiri dari laporan keuangan, tata kelola perusahaan dan pengawasan
perusahaan.
220
Sedangkan wewenang komite audit yaitu:
221
1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya
2. Mencari informasi yang relevan dengan setiap karyawan
3. Mengusahakan saran hukum dan profesional lainnya yang independen apabila
dipandang perlu
4. Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman sesuai apabila
dianggap perlu.
Dengan prinsip akuntabilitas, segala informasi material
222
yang telah diberikan dapat diolah sedemikian rupa sehingga didapatkan bahan yang
komprehensif dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja suatu perusahaan.
223
4. Responsibility Pertanggungjawaban
Prinsip responsibility merupakan perwujudan dari tanggung jawab suatu
perusahaan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara asalnya atau tempatnya
berdomisili secara konsekuen.
224
Sehingga menuntut agar setiap penyelenggaraan atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan harus dalam kerangka hukum yang
220
Ibid., hal. 148.
221
Ibid., hal. 149 sebagaimana dikutip dari Hasnari,”Analisis Hukum Komite Audit dalam Organ Perseroan Terbatas Menuju Good Corporate Governance”, Jurnal Hukum Bisnis Volume 22
Juni, 2003, hal. 17.
222
Informasi material yaitu informasi yang cukup tersedia dan bisa dipercaya yang akan digunakan dalam setiap pengambilan keputusan berinvestasi.
223
Ibid., hal. 78.
224
Ibid., hal. 82.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
berlaku.
225
Karena hukum sebagai suatu instrumen yang bertujuan untuk mewujudkan suatu ketertiban.
Penerapan ke empat prinsip di atas penting karena salah satu penyebab utama terjadinya krisis perbankan adalah sangat kurangnya penerapan GCG yang bukan saja
pada industri perbankan, tetapi juga pada sektor swasta lainnya dan sektor pemerintahan.
226
Kelemahan pada kerangka GCG akan memperlemah pengembangan pasar keuangan.
227
Karena calon investor memiliki alasan yang cukup kuat untuk menanamkan modalnya pada perusahaan-perusahaan yang memiliki nama baik di
mata pemerintah dan masyarakat luas.
228
Pentingnya penerapan prinsip GCG juga untuk membantu dunia perbankan dalam menjalankan prinsip-prinsipnya sendiri yang sudah ada dan akan membantu
untuk menjamin tingkat pengembalian utang yang lebih tinggi dan memberikan keuntungan maksimal bagi kreditor.
229
Di samping itu, juga dapat mengatasi faktor- faktor penyebab Bank Gagal, dimana lemahnya pengawasan dapat diatasi dengan
menerapkan prinsip keterbukaan. Karena bank akan dimonitor oleh seluruh pihak yang mempunyai kepentingan. Sedangkan kelemahan manajemen dapat diatasi
dengan menerapkan prinsip akuntabilitas, dimana pengurus bank akan bekerja lebih profesional untuk meningkatkan kualitas bank agar menjadi pilihan nasabah bank. Di
225
Ibid., hal. 187.
226
Yunus Husein, Op. cit. hal.2-3. sebagaimana dikutip dari Lembaga Administrasi Negara Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Pengukuran Kinerja instansi Pemerintah, Jakarta:
Penerbit LAN, 2000, hal. ii.
227
Indra Surya Ivan Yustiavandana, Op. cit. hal. 31.
228
Ibid., hal. 82.
229
Ibid., hal. 83.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
samping itu, dengan menerapkan prinsip fairness, pemerintah tidak perlu memberikan jaminan terselubung karena untuk menjadi pengurus bank harus dapat melewati Fit
Proper Test sehingga jumlah Bank Gagal dapat berkurang. Oleh karena itu, bank hendaknya meningkatkan partisipasi aktifnya demi penerapan GCG yang efektif
sehingga tercipta keseimbangan dan juga tentunya keadilan.
230
Negara dan perusahaan yang memiliki kelemahan dalam melaksanakan GCG akan mengalami krisis yang jauh lebih buruk jika terjadi guncangan sewaktu-
waktu.
231
Hal ini menyebabkan rendahnya valuasi sehingga membuat pengendali lebih bergantung pada dananya sendiri dan memperbesar pembiayaan perusahaan
lewat utang.
232
Di samping itu, buruknya GCG juga berimplikasi pada masalah suksesi dan aspek manajemen lainnya.
233
GCG harus memusatkan perhatian pada isu fundamental, seperti bagaimana seharusnya para pengurus di monitor.
234
Karena GCG terkait dengan pengelolaan bisnis oleh pengurus yang berpengaruh pada
penetapan tujuan perusahaan.
235
Perusahaan yang
sukses menerapkan
GCG terletak pada keberanian untuk mengubah diri.
236
Karena GCG dan manajemen resiko yang berhati-hati mencakup
230
Ibid., hal. 97.
231
Ibid., hal. 44. sebagaimana dikutip dari Johnson et al.,”Corporate Governance in Asia Financial Crisis,” Journal of Financial Economics, 58, 141-186, 2000. Lihat juga Milton and Todd,
“A Cross Firm Analysis of the Impact of Corporate Governance on the East Asian Financial Crisis,” Journal of Financial Economist. Lihat juga Lemmon et al,”Ownership Structur, Corporate
Governance, and Firm Value: Evidence from the East Financial Crisis,” Manuscript, University of Utah, 2001, dalam Simon dan Johnson, “GCGand… Ibid, hlm. 5.
232
Ibid., hal. 40.
233
Ibid.
234
Ibid., hal. 7.
235
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op.cit. hal. 327.
236
Indra Surya Ivan Yustiavandana, Op. cit. hal. 61.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
standar, proses dan sistem yang menjamin pengurus dan pejabat eksekutif memberikan petunjuk dan pengawasan, melakukan pemeriksaan dan pengendalian
internal, menerapkan manajemen risiko, melakukan evaluasi kinerja dan menetapkan sistem penggajian yang sejalan dengan tujuan bisnis serta manajemen permodalan
dan likuiditas.
237
Dengan semakin tingginya standar GCG dan didukung oleh kemampuan operasional yang handal diharapkan dapat meningkatkan kinerja
operasional perbankan.
238
Ad.3. Melakukan Merger, Konsolidasi dan Akuisisi
Menghadapi persaingan tajam pada akhir-akhir ini, upaya yang dilakukan oleh bank-bank besar adalah merger, konsolidasi dan akuisisi. Hal ini dilakukan untuk
peningkatan efisiensi, daya saing, size dan kinerjanya.
239
Di samping itu, juga untuk meningkatkan modal berkenaan dengan keharusan bank untuk memenuhi rasio
kecukupan modal CAR yang ditetapkan oleh BI.
240
Merger, konsolidasi dan akuisisi diatur di dalam Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1999, karena diperlukannya sistem perbankan yang sehat, efisien dan mampu
bersaing dalam era globalisasi dan perdagangan bebas. Merger, konsolidasi dan akuisisi dapat dilakukan atas inisiatif bank yang bersangkutan, permintaan BI atau
237
Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Op. cit. hal. 272.
238
Awalil Rizky dan Nasyith Majidi, Op.cit. hal. 164.
239
Adrian Sutedi, Op.cit. hal. 84.
240
Ibid.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
inisiatif badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan.
241
1. Merger