DisclosureTransparency Keterbukaan Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang-Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan

pengurus bank. Hanya pihak yang memiliki integritas tinggi dan kelayakan keuangan saja yang dapat menjadi pemegang saham pengendali. Semua pengurus bank menentukan kebijaksanaan dan mereka memimpin terlaksananya kebijaksanaan dalam kegiatan perbankan sehingga harus menjalani test tersebut. 196 Di samping itu, seorang pengurus bank tidak boleh gambling coba-coba akan tetapi harus diperhitungkan untung ruginya. 197

2. DisclosureTransparency Keterbukaan

Prinsip transparansi ditujukan untuk menghindari berbagai kemungkinan buruk akibat kurang terbukanya perusahaan terhadap para pemegang saham. 198 Dengan adanya keterbukaan para pemegang saham dapat mengetahui dengan pasti apa dan bagaimana hasil pekerjaan dari pengurus, serta ke arah mana perusahaan bergerak. 199 Kurang transparannya bank menyebabkan masalah yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu bank. 200 Sehingga keterbukaan dalam batas-batas tertentu perlu dilakukan, agar masyarakat mendapatkan informasi yang cukup untuk dapat memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan perhitungan masing-masing. 201 International Monetary Fund IMF menjelaskan bahwa salah satu sebab timbulnya masalah dalam industri perbankan, termasuk Indonesia adalah karena 196 Gunarto Suhardi, Usaha Meningkatkan Kinerja Kepatuhan Perbankan Di Indonesia, Op. cit. hal. 55. 197 Ibid., hal.6 198 Indra Surya Ivan Yustiavandana, Op. cit. hal. 74. 199 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Op. cit. hal. 126. 200 Ibid., hal. 4. 201 Yunus Husein, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentigan Umum, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003, hal. 220. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 kurang transparannya industri perbankan. 202 Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya krisis setelah dilakukan liberalisasi di bidang keuangan. 203 Oleh karena itu, industri perbankan diwajibkan lebih transparan untuk mengimbangi terjadinya peningkatan kompleksitas bisnis perbankan. 204 Dengan keterbukaan diyakini masyarakat akan lebih percaya pada bank dan sistem perbankan, dan law enforcement ketentuan perbankan menjadi lebih baik sehingga menimbulkan confidence bagi siapapun yang ingin memasuki pasar. 205 Di samping itu, dengan keterbukaan juga diyakini sistem perbankan bisa menjadi lebih sehat dan lebih menguntungkan bagi penegakan ketentuan perbankan. 206 Keterbukaan informasi mengenai kesehatan suatu bank merupakan salah satu upaya memberikan perlindungan bagi nasabah penyimpan. 207 Karena dapat menjadi pedoman bagi masyarakat dalam menyimpan dananya, dan mereka dapat secara rasional mengambil keputusan dimana akan menyimpan dananya. 208 Terdapat tiga indikasi yang dapat dipergunakan masyarakat untuk menilai tingkat kesehatan bank, antara lain: 209 1. Apabila bank secara de fakto tidak memiliki akses ke pasar antar bank atau memiliki akses namun dengan tingkat bunga tinggi 202 Ibid., hal. 129. 203 Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op.cit. hal.57. 204 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Op. cit. hal. 178. 205 Yunus Husein, Op. cit. hal. 225. 206 Ibid., hal. 188. 207 Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op.cit. hal. 258. 208 Ibid., hal.260. sebagaimana dikutip dari Alfred Dennis Mathewson,”From Confidential Supervision to Market Dicipline: The Role of Disclosure in the Regulation of Commercial Banks”, Journal of Corporation Law, Winter, 1986, hal. 141. 209 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Loc.cit. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 2. Perbedaan suku bunga deposito yang ditawarkan antara bank yang satu dengan bank lainnya 3. Hadiah yang ditawarkan oleh suatu bank. Transparansi kondisi keuangan juga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat, karena akan mengurangi kesenjangan informasi mengenai kondisi bank bagi para pelaku pasar. 210 Sehingga bank wajib menyusun, menyampaikan kepada BI dan mengumumkan kondisi keuangannya kepada masyarakat secara bulanan, triwulan, dan tahunan dalam rangka mendorong terciptanya disiplin pasar. 211 Bank juga diwajibkan untuk menyampaikan kepada BI laporan mengenai transaksi antar bank dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan laporan mengenai penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan yang berada dalam satu kelompok usaha dengan bank. 212 Hal tersebut bermaksud untuk mendemonstrasikan secara berkala bahwa bank tersebut secara keuangan sehat, sehingga menjaga kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. 213 Keterbukaan yang tepat waktu juga memungkinkan pengawas dan peserta pasar melakukan penilaian yang lebih sempurna tentang bagaimana bank menjaga kesehatannya. 214 Basle Committee telah mengidentifikasi 6 kategori informasi yang harus diterapkan secara jelas dengan rincian yang tepat untuk membantu pencapaian 210 Ibid., hal. 164. 211 Awalil Rizky dan Nasyith Majidi, Op.cit. hal. 125. 212 Ibid., hal.126. 213 Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op.cit. hal. 260. 214 Ibid., hal. 268. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 tingkatan keterbukaan bank yang memuaskan, yaitu kinerja keuangan, posisi keuangan termasuk modal, solvensi dan likuiditas, praktek dan strategi manajemen risiko, risk exposure termasuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko operasional, hukum, kebijaksanaan akuntansi dan bisnis dasar, informasi pengaturan governance perusahaan dan manajemen. 215 Dengan menerapkan prinsip keterbukaan tentunya akan mempertajam mekanisme sistem peringatan dini early warning system sehingga dampak negatif keterlambatan lembaga pengawas yang seringkali terjadi dapat dinetralisir dengan efektifnya pengawasan oleh masyarakat. 216

3. Accountability Akuntabilitas

Dokumen yang terkait

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

5 79 130

Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Perlindungannya Terhadap Nasabah Bank.

7 112 101

Pertanggung Jawaban Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Hubungannya Terhadap Nasabah Dan Bank.

5 74 107

Penerapan Kelembagaan Kompensasi Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

4 76 91

Analisis yuridis perlindungan nasabah penyimpan dana dalam likuidasi bank ditinjau dari undang undang nomor 24 tahun 2004 tentang lembaga penjamin simpanan

0 8 150

Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan Sebagai Perlindungan Nasabah Bank Dihubungkan Dengan Undang-undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

0 0 3

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH ATAS PEMBERIAN CASH BACK OLEH BANK UMUM YANG TELAH DILIKUIDASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG - UNDANG PERBANKAN DAN UNDANG - UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMB.

0 0 1

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Deposan Dengan Rewards dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

0 0 2

TINJAUAN YURIDIS PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM UPAYA PENYELAMATAN BANK GAGAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN.

0 0 14

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 12