D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan praktis. Adapun kedua kegunaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu hukum khususnya yang berkaitan dengan ilmu hukum perbankan dan diharapkan dapat
dijadikan sebagai landasan untuk melakukan penelitian lebih mendalam.
2. Secara praktis
Manfaat penelitian ini dapat mmberikan masukan bagi pemerintah dan Bank Indonesia maupun Lembaga Penjamin Simpanan LPS dalam mengatasi kendala-
kendala yang di temui di lapangan dan juga dapat menjadi masukan atau referensi bagi pihak bank dan nasabah dalam pelaksanaan Lembaga Penjamin Simpanan
LPS.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Universitas Sumatera Utara, diketahui bahwa penelitian tentang pertanggungjawaban
bank terhadap nasabah dalam hal bank gagal dihubungkan dengan undang-undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan LPS belum pernah
dilakukan dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama. Jadi penelitian ini
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
merupakan sesuatu yang baru dan asli,
36
karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan dan saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan perumusan
masalah.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Industri perbankan merupakan salah satu cabang industri yang paling banyak diatur oleh Pemerintah karena stabilitas sistem perbankan dan keuangan merupakan
prasyarat mutlak bagi pertumbuhan dan stabilitas perekonominan secara keseluruhan.
37
Jadi sudah sewajarnya Pemerintah ikut campur tangan di dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam dunia perbankan. Hal
ini dapat dilihat pada banyak negara setuju dengan mendirikan lembaga penjaminan diharapkan dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat.
Perlindungan hukum terhadap nasabah yang berlaku pada waktu sebelum krisis tahun 1998 telah menimbulkan ketidakadilan dan ketidakpastian karena
pengembalian dana yang disimpan nasabah belum tentu dapat dibayarkan kepada
36
Jhonny Ibrahim, Teori Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing, 2006, hal. 383.
37
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002, hal. 68.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
nasabah bank apabila suatu bank dilikuidasi.
38
Sedangkan pada prinsipnya suatu bank hidup dari dana yang disimpan nasabah kepadanya.
39
Untuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan tercermin dari keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan perbankan
seperti menyimpan atau menginvestasikan uang, mendepositokan dan meminjam uang untuk memulai atau memperluas usaha.
40
Hal ini menuntut pengurus bank untuk berhati-hati di dalam menjalankan kegiatan usahanya, terutama dalam bentuk
penyaluran kredit agar disalurkan dengan tepat.
41
Sutan Remi Sjahdeini menyatakan bahwa bank hanya terikat secara hukum dan bertanggung jawab apabila perbuatan pengurus sesuai dengan maksud dan tujuan
bank sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar.
42
Jika perbuatan tersebut merupakan perbuatan pribadi pengurus yang tidak ada kaitannya dengan bank, maka
pertanggungjawabannya pribadi.
43
Namun, hal tersebut belum dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Hal ini juga yang
melatarbelakangi pemerintah untuk memberikan suatu jaminan kepada masyarakat dalam bentuk peraturan mengenai penjaminan terhadap simpanan nasabah.
38
Ibid, hal. 119.
39
Ibid.
40
Ibid, hal.25.
41
Zulkarnain Sitompul,”Bankir Perlu Berhati-Hati”, hal. 1. dalam http:zulsitompul.wordpress.comcategoryartikel
diakses tanggal 10-8-2008.
42
Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta: Grafiti Pers, 2007, hal. 122.
43
Ibid., hal. 123.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
Hukum yang baik adalah hukum yang seharusnya memberikan sesuatu yang lebih daripada sekedar prosedur hukum.
44
Hukum tersebut harus berkompeten dan juga adil, ia seharusnya mampu mengenali keinginan publik dan punya komitmen
terhadap tercapainya keadilan substantif.
45
Karena hubungan di dalam industri perbankan merupakan hubungan kepercayaan, maka suatu hubungan menjadi
hubungan kepercayaan apabila satu pihak secara nyata tergantung atau percaya pada pihak lainnya.
46
Pembentukan peraturan LPS dirasakan semakin penting dengan tujuan untuk mengantisipasi agar tidak terulang kembali pengalaman buruk pada tahun 1998.
Pengalaman tersebut telah menunjukkan dengan tidak efektifnya hukum telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi Asia yang disebut-sebut sebagai keajaiban
berubah menjadi kehancuran.
47
Hilangnya kepercayaan masyarakat akan membawa dampak yang sangat serius bagi kelangsungan usaha bank dan pada gilirannya
mengakibatkan krisis ekonomi yang parah.
48
Sedangkan keberhasilan reformasi perekonomian tergantung pada berfungsinya sistem hukum dengan baik. Oleh karena
itu, pemerintah segera membentuk perundang-undangan mengenai penjaminan simpanan nasabah yang dikenal dengan Undang-Undang No.24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan LPS.
44
Phillippe Nonet Philip Selzenick, Law and Society in Transition: Toward Responsive Law, NewYork: Harper Row, 2003, yang diterjemahkan oleh Rafael Edy Bosco, Op.cit. hal.59.
45
Ibid. hal.60.
46
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op.cit. hal.33.
47
Ibid.hal.161-162.
48
Ibid.hal.43.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
Pendirian LPS merupakan cerminan dari teori utilitarianisme. Teori tersebut untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Jeremy Bentham 1748-1832
49
dengan tulisannya yang amat penting adalah Introduction to the Principles of morals and
Legislation 1789, ia menjelaskan teori moralnya yang mendasarkan diri pada konsep utilitarian.
50
Moral biasanya selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia.
51
Di samping itu, moralisme hukum paling baik dipahami sebagai pola alami dari institusional, yakni pola dari upaya untuk membuat nilai-nilai menjadi
efektif untuk memberikan arahan bagi tingkah laku manusia.
52
Moral dilegalisasi ketika ideal-ideal kebudayaan diidentikkan dengan suatu gambaran pasti mengenai
tatanan sosial.
53
Sehingga moralisme hukum bergerak ke arah hukum punitif, yakni dengan memasukkan suatu kecenderungan untuk memberi sanksi ke dalam proses
hukum.
54
Teori utilitarianisme menyatakan bahwa suatu kebijaksanaan atau tindakan dinilai baik secara moral kalau tidak hanya mendatangkan manfaat terbesar,
melainkan kalau mendatangkan manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
55
49
A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan relevansinya, Yogyakarta: Kanisius, 1998, hal. 93.
50
Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manullang, Pengantar ke Filsafat Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal. 60.
51
Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filasafat Moral, Yogyakarta: Kanisius,1987, hal.19.
52
Phillippe Nonet Philip Selzenick, Law and Society in Transition: Toward Responsive Law, NewYork: Harper Row, yang diterjemahkan oleh Rafael Edy Bosco, Op.cit. hal.39.
53
Ibid.
54
Ibid.hal.40
55
. Sonny Keraf, Op. cit. hal. 94.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
Teori Utilitarianisme ini juga mendapat dukungan dari Thomas Hobbes 1588-1679
56
. Filsafat hukum Hobbes nyaris sepenuhnya ditinjau berdasarkan prinsip utilitas.
57
Ia menyatakan bahwa manusia siap untuk menerima hukum dan mematuhi undang-undang hanya karena mereka telah mengakui perdamaian dan
ketentraman sebagai hal yang bermanfaat.
58
Hal ini dapat di pahami dari salah satu fungsi LPS tersebut yaitu untuk menjamin simpanan nasabah.
Dikeluarkannya Perpu No.3 Tahun 2008 dan Perpu No.66 Tahun 2008 telah menunjukkan implementasi dari teori utilitarianisme tersebut. Berdasarkan Perpu No.
66 Tahun 2008 tentang besaran nilai simpanan yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan LPS Pasal 1 menyatakan bahwa:
Nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank yang semula berdasarkan Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan ditetapkan paling banyak Rp.100.000.000,-seratus juta rupiah, berdasarkan Peraturan Pemerintah ini diubah menjadi paling banyak
Rp.2.000.000.000,- dua miliar rupiah.
Ketentuan tersebut bertujuan untuk melindungi seluruh simpanan yang dimiliki oleh nasabah kecil yang merupakan sebagian besar nasabah bank di
Indonesia. Karena LPS dirasakan dapat bermanfaat untuk banyak orang apabila masyarakat lemah mendapatkan perlindungan dari Pemerintah dalam bentuk
penjaminan.
56
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Kanisius, 1982, hal. 63.
57
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: PNM, 2004, hal.109.
58
Ibid.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
Di setiap negara fungsi bank merupakan jantung dari pasar uang, maka kepercayaan masyarakat sangat penting bagi bank.
59
Paling tidak ada 2 dua alasan, antara lain:
60
1. Meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi intermediasi 2. Mencegah terjadinya bank runs and panics.
Hal tersebut menunjukkan betapa besar peranan industri perbankan di dalam menjaga stabilitas perekonomian suatu negara. Sehingga memberikan jaminan kepada
nasabah merupakan salah satu unsur yang paling penting. Apabila suatu bank dilikuidasi maupun dinyatakan sebagai bank gagal, cepat lambatnya penyelesaian
pengembalian simpanan nasabah sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan. Hilangnya kepercayaan masyarakat juga
dapat berdampak buruk bagi industri perbankan yaitu dengan terjadinya rush.
61
Diberlakukannya Undang-Undang No.24 Tahun 2004, pemerintah dianggap berhasil untuk mengatasi masalah dalam bidang perekonomian. Di samping itu,
Undang-Undang No.24 Tahun 2004 juga dimaksudkan untuk menciptakan kemudahan, keamanan, kebahagiaan dan keadaan yang lebih baik, yang untuk itu
tentunya hukum harus mengandung unsur kepastian, keadilan dan efisiensi.
62
Uraian di atas sesuai dengan pendapat Burg’s mengenai hukum dan pembangunan. Terdapat 5 lima unsur yang harus dikembangkan supaya tidak
59
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op. cit. hal. 2.
60
Ibid.
61
Ibid. hal.119.
62
Ibid. sebagaimana dikutip dari Lawrence M. Friedman, American Law an Introduction, 1, W.W. Norton and Company, New York, 1984, hal.2.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
menghambat pertumbuhan ekonomi, yaitu stabilitas stability, prediksi preditability, keadilan fairness, pendidikan education, dan pengembangan
khusus bagi para sarjana hukum the special development abilities of the lawyer.
63
Burg’s menjelaskan bahwa unsur pertama, kedua dan ketiga merupakan prasyarat utama agar sistem perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Stabilitas
berfungsi untuk mengakomodasi dan menghindari kepentingan-kepentingan yang saling bersaing conflict of interest, dan prediksi merupakan suatu kebutuhan untuk
bisa memprediksi ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan perekonomian suatu negara.
64
Sedangkan keadilan mempunyai suatu gagasan tersendiri, yaitu menghilangkan kesewenang-wenangan yang mengakibatkan ketidakadilan.
65
Keadilan sebagai fairness, menunjukkan posisi kesetaraan asal berkaitan dengan kondisi alam dalam teori tradisional kontrak sosial.
66
Salah satu bentuk keadilan sebagai fairness adalah memandang berbagai pihak dalam situasi awal
sebagai rasional dan sama-sama netral.
67
Sedangkan tugas utama keadilan sebagai fairness adalah menentukan prinsip keadilan mana yang akan dipilih dalam posisi
asal.
68
Sehingga ketika prinsip-prinsip keadilan dianggap sebagai peningkatan dari
63
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I, Bandung: Books Terrace Library, 2007, hal. 37-38. sebagaimana dikutip dari Leonard J. Theberg, Law and Economic Development, Journal of
International Law and policy, Vol.9, 1980:232.
64
Ibid.
65
Morris Ginsberg, Keadilan Dalam Masyarakat, Bantul: Pondok Edukasi, 2003, hal.53.
66
John Rawls, A Theory of Justice, Cambridge: Harvard University Press, 1995 hal.13.
67
Ibid., hal.15.
68
Ibid.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
kesepakatan awal dalam situasi yang setara, maka akan terbuka pertanyaan mengenai prinsip utilitas apakah akan diakui.
69
Sejalan dengan pendapat Burg’s diatas, J.D. Nyhart juga mengatakan untuk menjaga stabilitas perekonomian negara juga ada beberapa hal yang harus dipenuhi,
antara lain:
70
1. Hukum harus bisa membuat prediksi predictability, yaitu apakah hukum itu dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi pelaku ekonomi dalam
memprediksi kegiatan apa yang dilakukan untuk proyeksi pengembangan ekonomi.
2. Hukum itu mempunyai kemampuan prosedural procedural capability dalam penyelesaian sengketa.
3. Pembuatan, pengkodifikasian hukum codification of goals oleh pembuat hukum hanya semata-mata bertujuan untuk pembangunan negara.
4. Setelah hukum memiliki keabsahan, dan agar hukum mempunyai kemampuan maka pendidikan education harus diselengarakan dan selanjutnya
disosialisasikan. 5. Hukum itu harus dapat berperan dalam upaya menciptakan keseimbangan
balance, yang dalam hal ini peran hukum berkaitan dengan inisiatif pembangunan ekonomi.
69
Ibid.
70
Bismar Nasution, Op. cit., hal.38-39. sebagaimana dikutip dari Burg’s dalam Leonard J. Theberg, Op. cit. dan J.D. Ny Hart, The Role of Law in Economic Development, dalam Erman
Rajaguguk, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Jilid 2, Jakarta: Universitas Indonesia, 1995, hal.365-367.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
6. Hukum itu juga berperan dalam menentukan definisi dan status yang jelas definition and clarity of status.
7. Hukum itu harus dapat mengakomodasi accommodation keseimbangan, definisi dan status yang jelas bagi kepentingan individu-individu atau kelompok-
kelompok dalam masyarakat. 8. Harus ada pendekatan hukum sebagai dasar pembangunan, yaitu stabilitas
stability. Berdasarkan pendapat Burg’s dan Nyhart diatas, dapat dipahami bahwa ketiga
unsur yang telah disebutkan di atas memang memegang peranan yang sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari kesamaan terhadap ke-3 tiga unsur tersebut yaitu stabilitas
stability, prediksi predictability dan keadilan fairness. Oleh karena itu, implementasi ketiga unsur tersebut harus diterapkan di dalam undang-undang
sehingga dapat menjaga stabilitas pertumbuhan dan perkembangan ekonomi negara secara keseluruhan.
2. Landasan Konsepsi