Perlindungan Hukum Dengan Penerapan Blanket Guarantee

Dari beberapa negara yang telah menerapkan LPS, kebanyakan lebih dikarenakan untuk melindungi deposan kecil, menjaga kepercayaan pasar dan stabilitas sistem keuangan. 396 Karena tujuan dari LPS itu sendiri untuk memberikan risk free asset terhadap deposan kecil. 397 Oleh karena itu, bank harus memberikan perlindungan yang lebih kuat kepada nasabah dengan menjamin hak-hak nasabah dalam bertransaksi dengan bank. 398 Hal ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan.

B. Perlindungan Hukum Dengan Penerapan Blanket Guarantee

Krisis ekonomi di Asia yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, diawali dengan pelebaran kisaran kurs dan depresiasi atas kurs Thai Bath. 399 Kondisi tersebut mulai meluas pada perekonomian negara-negara di Asia, seperti Malaysia, Philipina dan Indonesia. 400 Pada tanggal 14 Agustus 1997 pemerintah mencabut pelebaran kurs intervensi yang mengakibatkan pergerakan kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika sejalan dengan permintaan dan penawaran pasar, namun malah membuat Rupiah semakin terpuruk. 401 Hal tersebut ditandai dengan penutupan 16 bank pada tanggal 1 November 1997 yang mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank-bank nasional 396 Ibid. 397 Ibid. 398 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan , Op. cit. hal. 181. 399 A. Deni Daruri dan Djoni Edward, Op.cit. hal. 43. 400 Ibid. 401 Ibid. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 menjadi semakin rendah. 402 Belum adanya program penjaminan simpanan pada waktu itu, menyebabkan kepanikan masyarakat terhadap keamanan dananya sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan penarikan simpanan dari perbankan secara besar-besaran. 403 Karena bank bagaimanapun merupakan lembaga yang ikut memainkan peranan dalam melancarkan sistem pembayaran nasional, maka mau tidak mau negara harus berusaha keras untuk menahan agar perbankan nasional tidak runtuh. 404 Di samping itu, perlindungan yang diberikan kepada nasabah penyimpan pada saat bank dilikuidasi berdasarkan hukum perbankan yang berlaku pada saat itu juga tidak memadai. 405 Oleh karena itu, pemerintah terpaksa memberikan jaminan bagi tagihan seluruh kreditur bank yang dikenal dengan blanket guarantee. Blanket guarantee yang dikeluarkan oleh pemerintah ditujukan untuk mengisi kekosongan hukum dalam penjaminan nasabah penyimpan. 406 Karena perangkat hukum perlindungan terhadap nasabah yang berlaku pada waktu sebelum krisis juga telah menimbulkan ketidakadilan dan ketidakpastian terhadap nasabah, dimana pengembalian dana yang disimpan nasabah belum tentu dapat dilakukan apabila suatu bank dilikuidasi. 407 Oleh karena itu, pemerintah menciptakan jaminan terselubung demi kelangsungan bank-bank besar tertentu. 408 402 Awalil Rizky dan Nasyith Majidi, Op.cit. hal. 3. 403 Ibid. 404 Gunarto Suhardi, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Op. cit. hal. 61. 405 Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op. cit. hal. 8. 406 Ibid., hal. 122. 407 Ibid., hal. 119. 408 Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Op. cit. hal. 49. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 Keputusan untuk melaksanakan atau menerapkan kebijakan pemberian blanket guarantee oleh BI adalah dalam rangka peranan BI sebagai lender of last resort. 409 Hal tersebut dapat diberlakukan untuk membantu individual bank atau untuk menjamin stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan, dengan cara memasok cadangan tambahan kepada seluruh bank yang menderita akibat penarikan uang tunai oleh nasabahnya. 410 Meskipun jaminan dalam bentuk blanket guarantee membutuhkan biaya yang sangat besar, 411 pilihan untuk tidak menutup bank merupakan kebijakan yang seharusnya diambil berapapun biaya yang diperlukan, 412 dimana biaya krisis perbankan Indonesia menempati posisi tertinggi di antara negara-negara yang mengalami krisis pada waktu hampir bersamaan. 413 Kebijaksanaan tersebut membawa implikasi dilaksanakannya pemberian bantuan likuiditas kepada sektor perbankan untuk menyelamatkan perbankan dari keruntuhan. 414 Hal ini mengingat dalam penyelenggaraan perekonomian bank memiliki peranan strategis sebagai penggerak roda perekonomian melalui pelaksanaan kebijakan moneter, sistem pembayaran, pengerahan dana maupun penyaluran kredit. 415 Namun, Howard Davies, mantan Deputy Gubernur Bank of England 409 Ibid., hal. 125. 410 Ibid. 411 Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op. cit. hal. 105. 412 Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Op. cit. hal. 151. 413 Awalil Rizky dan Nasyith Majidi, Op.cit. hal. 240.. 414 J. Soedradjad Djiwandono,”Masih Bergulat Dengan Masalah BLBI”, hal. 3. dalam http:www.pacific.net.idpakarsjmasih_sekitar_masalah_blbi2.html . diakses tanggal 17-11-2008. 415 Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Loc. cit. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 mengkritik adanya jaminan pada perbankan karena jaminan tersebut dapat menimbulkan moral hazard. 416 Pada dasarnya blanket guarantee bersifat khusus dan sementara. Hal ini diterapkan dengan maksud untuk menjaga kepercayaan para pemilik modal agar mau menyimpan dananya di dalam negeri. 417 Apabila suatu negara tidak mempunyai LPS, sistem blanket guarantee masih perlu diberlakukan meskipun secara bertahap cakupan produk perbankan yang dijamin dapat disesuaikan dengan kondisi perbankan. 418 Hal ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap simpanan nasabah penyimpan. Pada waktu krisis tahun 1998, Indonesia menerapkan blanket guarantee sebagai perangkat perlindungan hukum terhadap nasabah agar tidak melakukan rush. Tetapi pada saat krisis tahun 2008 lalu Indonesia enggan menerapkan blanket guarantee. Hal ini disebabkan terdapat perbedaan antara krisis ekonomi tahun 1998 dengan 2008, yaitu faktor politik. 419 Tahun 1998, krisis ekonomi bercampur dengan kepanikan politik luar biasa saat rezim Soeharto akan tumbang, sehingga harus disertai pengorbanan besar berupa kekacauan chaos yang mengakibatkan pemilik modal dan investor kabur dari Indonesia. 420 Sedangkan krisis tahun 2008 lalu tidak terkontaminasi dengan faktor 416 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan , Op. cit. hal. 153. 417 Kompas, 24 November 2008, hal. 21. 418 Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 215. 419 A. Tony Prasetiantono,”Beda Krisis 2008 Dengan 1998”, hal. 1. dalam http:cetak.kompas.comreadxml2008110500353788beda.krisis.2008.dengan.1998 . diakses tanggal 5-11-2008 420 Ibid. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 politik, melainkan akibat koreksi kurs rupiah yang disebabkan oleh dua indikasi, yaitu neraca perdagangan terus melemah disebabkan impor terus meningkat cepat dan Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak kebal dalam inflasi. 421 Krisis 2008 lalu juga menimpa banyak mata uang negara lain, khususnya negara yang memiliki mata uang kuat seperti poundsterling yang pernah sedemikian kuat kursnya hampir dua dollar AS per sterling pada saat itu terkoreksi menjadi 1,5 dollar AS, Euro yang pernah kuat hingga 1,6 dollar AS per euro juga terkoreksi menjadi 1,25 dollar AS per euro dan Australia yang kursnya nyaris sama dengan dollar AS pada waktu itu tinggal 0,6 dollar AS per dollar Australia. 422 Hal tersebut membuat banyak negara berpandangan dengan menerapkan blanket guarantee akan membantu upaya negara-negara tersebut memperkuat kurs mata uangnya, sehingga usaha untuk mempertahankan keberadaan dana seakan menjadi kompetisi antar negara. 423 Hal tersebut disebabkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan adalah kunci perekonomian, maka hampir semua negara menerapkan blanket guarantee, antara lain Singapura, Jerman, New Zealand, Australia, Malaysia, Hongkong dan Thailand. 424 Kepala Ekonom BNI, Tony Prasetiantono juga mengatakan kebijakan menerapkan blanket guarantee dapat mengurangi kepanikan, sehingga nasabah tidak perlu melakukan rush. Di samping itu, penerapan blanket guarantee juga dapat 421 Ibid., hal. 2. 422 Ibid. 423 Kompas, 24 November 2008, hal. 21. 424 Http:www.detikfinance.com diakses tanggal 24 Maret 2009. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 menghindari peralihan dana di bank kecil sehingga tidak ada permasalahan likuiditas di bank kecil. Dengan begitu dapat meminimalkan rumor-rumor tidak sedap di sektor perbankan dalam negeri. Di samping itu, Tony Prasetiantono juga mengatakan ada empat manfaat yang di dapat jika pemerintah segera menerapkan kebijakan tersebut, yaitu: 425 1. Menolong bank-bank kecil dari migrasi dana ke bank besar 2. Menahan capital outflow 3. Menurunkan suku bunga 4. Memperkuat rupiah Blanket guarantee yang diterapkan pada krisis tahun 2008 ini berbeda dengan blanket guarantee pada tahun 1998. Pada tahun 1998 blanket guarantee mencakup seluruh simpanan nasabah bank termasuk pinjaman antar bank dan pinjaman bank kepada pihak lain. Tetapi pada krisis 2008 lalu blanket guarantee hanya diperuntukkan bagi seluruh simpanan nasabah dan pinjaman antar bank. Thailand telah memberlakukan blanket guarantee pada deposito sampai 2011. 426 Blanket guarantee merupakan kebijakan yang dipilih oleh beberapa negara dalam menghadapi krisis 2008 lalu disebabkan pertimbangan bila masyarakat beramai-ramai menarik simpanannya, bank sehat pun akan kolaps. 427 Di samping itu, blanket guarantee ternyata memberikan rasa aman kepada nasabah. Hal ini terbukti 425 Ibid., diakses tanggal 31 Maret 2009 426 Ibid., diakses tanggal 29 Maret 2009 427 Http:www.pojokberita.web.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=176hem id=182 diakses tanggal 31 Maret 2009 Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 pada saat Jerman mengumunkan menerapkan blanket guarantee, dana simpanan justru meningkat. 428 Ikatan Bankir Indonesia IBI juga mendesak agar pemerintah menerapkan kebijakan yang sama dengan negara lain yang telah menerapkannya dengan alasan menghilangkan kekhawatian akan terjadinya rush. Meskipun kebijakan blanket guarantee diyakini akan menumbuhkan kepercayaan nasabah agar tidak menyimpan uangnya di luar negeri, namun faktor kemampuan harus menjadi pertimbangan untuk menerapkan kebijakan tersebut. Hal ini yang menjadi pertimbangan pemerintah Indonesia tidak menerapkan blanket guarantee. Untuk mengatasi krisis ekonomi 2008 lalu, pemerintah hanya membuat aturan hukum, standar operasi dan pembagian wewenang dalam menangani krisis perbankan yang tersebar dalam sejumlah peraturan, antara lain Perpu No.4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan, Perpu No.3 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjamin Simpanan dan PBI No.10312008 tentang Fasilitas Pembiayaan Darurat Bagi Bank Umum. 429 Hal ini diterapkan sebagai langkah antisipasi terulangnya kembali krisis Tahun 1998 yang telah membuat ekonomi Indonesia menjadi terpuruk. Krisis 1998 telah memberikan suatu pelajaran berharga bahwa keterlambatan menerapkan suatu kebijakan dapat menimbulkan biaya yang jauh lebih besar di kemudian hari. 430 Oleh karena itu, pemerintah segera menerapkan kebijakan dengan 428 Ibid. 429 Kompas, 22 November 2008, hal. 21, 430 Ibid. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 membuat peraturan untuk mengatasi krisis 2008 lalu. Sehingga pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup mahal.

C. Perlindungan Hukum Melalui Lembaga Penjamin Simpanan

Dokumen yang terkait

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

5 79 130

Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Perlindungannya Terhadap Nasabah Bank.

7 112 101

Pertanggung Jawaban Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Hubungannya Terhadap Nasabah Dan Bank.

5 74 107

Penerapan Kelembagaan Kompensasi Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

4 76 91

Analisis yuridis perlindungan nasabah penyimpan dana dalam likuidasi bank ditinjau dari undang undang nomor 24 tahun 2004 tentang lembaga penjamin simpanan

0 8 150

Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan Sebagai Perlindungan Nasabah Bank Dihubungkan Dengan Undang-undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

0 0 3

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH ATAS PEMBERIAN CASH BACK OLEH BANK UMUM YANG TELAH DILIKUIDASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG - UNDANG PERBANKAN DAN UNDANG - UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMB.

0 0 1

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Deposan Dengan Rewards dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

0 0 2

TINJAUAN YURIDIS PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM UPAYA PENYELAMATAN BANK GAGAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN.

0 0 14

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 12