BAB III PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP NASABAH DALAM HAL
BANK GAGAL
A. Hubungan Antara Bank, Nasabah dan Lembaga Penjamin Simpanan LPS
Hubungan antara bank, nasabah dan LPS adalah hubungan antar subjek hukum sebagai pembawa hak dan kewajiban. Adapun yang menjadi hak dan
kewajiban antar subjek hukum tersebut akan diuraikan berikut ini. Adapun kewajiban dari bank, antara lain:
270
1. Untuk tetap menjaga rahasia keuangan nasabah. 2. Untuk mengamankan dana nasabah
3. Untuk menerima sejumlah uang dari nasabah 4. Untuk melaporkan kegiatan perbankan secara transparan kepada masyarakat
5. Untuk mengetahui secara mendalam tentang nasabahnya. Sedangkan hak dari bank, antara lain:
271
1. Mendapatkan provisi terhadap layanan jasa yang diberikan kepada nasabah 2. Menolak pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan yang telah
disepakati bersama 3. Melelang agunan dalam hal nasabah tidak mampu melunasi kredit yang
diberikan kepadanya sesuai dengan akad kredit yang telah ditandatangani kedua belah pihak
270
Ronny Sautma Hotma Bako, Op. cit. hal. 52-55.
271
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, Bandung: Mandar Maju, 2000, hal. 13.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
4. Pemutusan rekening nasabah klausul ini cukup banyak ditemui dalam praktik
5. Mendapatkan buku cek, bilyet giro, buku tabungan, kartu kredit dalam hal terjadi penutupan rekening.
Kewajiban dari nasabah, antara lain:
272
1. Menilai kewajaran terhadap tingkat suku bunga produk tabungan dan deposito, yang terkait dengan tingkat suku bunga pasar yang umumnya
berlaku 2. Menilai akan kemampuan bank tersebut dalam mencetak laba setelah kena
pajak selama 2 tahun berturut-turut 3. Memperhatikan ekspansi kredit yang dilakukan bank tersebut, harus sesuai
dengan Net Interest Margin 4. Memperhatikan Loan Deposit Ratio perbandingan antara pinjaman yang
diberikan sebelum dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu dengan sumber dana pihak ketiga.
5. Melihat apakah dana pihak ketiga yang ditempatkan oleh bank tersebut, ditempatkan dalam aktiva produktif
6. Memperhatikan rasio antara modal bank tersebut dengan aset bank tersebut
272
Ronny Sautma Hotma Bako, Op. cit. hal. 58-59. sebagaimana dikutip dari Ny. Siti Supami Wiratmo,”Deteksi Dini Likuidasi Suatu Bank”, Makalah disampaikan pada Seminar Perlindungan
Masyarakat Konsumen Terhadap Produk Perbankan. Diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Hukum Jakarta, 3 Juni 1991, hal 11-14.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
Sedangkan hak dari nasabah, antara lain:
273
1. Untuk mengetahui secara terperinci tentang produk-produk perbankan yang ditawarkan
2. Untuk mendapatkan bunga atas produk tabungan dan deposito yang telah diperjanjikan terlebih dahulu
LPS juga mempunyai kewajiban, antara lain: 1. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No. 24 tahun 2004,
antara lain: a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan
simpanan b. Melaksanakan penjaminan simpanan
2. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang No. 24 tahun 2004, antara lain:
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan
b. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik
c. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik Sedangkan yang menjadi hak dari LPS, antara lain:
1. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang No. 24 tahun 2004, antara lain:
a. Menetapkan dan memungut premi penjaminan b. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali
menjadi peserta c. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
273
Ibid., hal. 57.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
d. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak
melanggar kerahasiaan bank e. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi dan atau konfirmasi atas data
sebagaimana dimaksud pada huruf d f. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim
g. Menunjuk, menguasakan dan atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan dan atau atas nama LPS, guna
melaksanakan sebagian tugas tertentu h. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang
penjaminan simpanan i. Menjatuhkan sanksi administratif
2. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang No. 24 tahun 2004, antara lain:
a. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham, termasuk hak dan wewenang RUPS
b. Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban Bank Gagal yang diselamatkan
c. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri dan atau mengubah setiap kontrak yang mengikat Bank Gagal yang diselamatkan dengan pihak
ketiga yang merugikan d. Menjual dan atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan dan atau
kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur. Berdasarkan uraian mengenai hak dan kewajiban masing-masing subjek
hukum diatas, maka dapatlah dilihat hubungan antara masing-masing subjek hukum tersebut. Hubungan antara bank dan nasabah terdiri dari dua bentuk, yaitu:
274
1. Hubungan Kontraktual. Secara tradisional hubungan antara bank dan nasabah dipandang sebagai
hubungan kontraktual yang diatur oleh hukum perjanjian dan merupakan hubungan
274
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Op. cit. hal. 102.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
debitur dan kreditur.
275
Karena diatur oleh hukum perjanjian, maka yang menjadi dasar terhadap hubungan antara bank dan nasabah adalah ketentuan Pasal 1320 dan
Pasal 1338 KUHPerdata. 2. Hubungan Non Kontraktual
Dengan semakin berkembangnya kegiatan usaha bank, maka dalam transaksi- transaksi tertentu hubungan antara bank dengan nasabah juga berkembang ke dalam
bentuk-bentuk hubungan lainnya, yaitu:
276
1 Hubungan Kepercayaan Fiduciary Relation Hubungan kepercayaan ini dapat terjadi karena bank memiliki status yang
unik dalam masyarakat, yaitu suatu tempat khusus yang aman dan terpercaya.
277
Nasabah hanya bersedia menyimpan dananya pada suatu bank, apabila nasabah percaya kepada bank dan bank mampu membayar kembali dananya apabila ditagih
.
278
2 Hubungan Kerahasiaan Confidentional Relation Hubungan antara bank dan nasabah yang diliputi oleh kerahasiaan merupakan
suatu kelaziman yang selalu ada dalam praktek perbankan.
279
Hal ini diperlukan untuk kepentingan bank itu sendiri yang memerlukan kepercayaan dari masyarakat
275
Yunus Husein, Op. cit. hal. 166. sebagaimana dikutip dari Alvin C. Harrell,”The Bank Customer Relationship: Evolution of a Modern Forms?”, Oklahoma City University Law Review,
Vol.XI, 1986, hal. 641.
276
Ibid.
277
Ibid., hal. 167. sebagaimana dikutip dari Edward L. Symons, Jr.,” The Bank Customer Relation: Part I The Relevance of Contract Doctrine,” Banking Law Journal, Vol.231996, hal.224.
278
Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 82.
279
Yunus Husein, Op. cit. hal. 168.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
yang menyimpan uangnya pada bank.
280
Di samping itu, juga untuk menghindari terjadinya penarikan dana secara besar-besaran dan tiba-tiba oleh nasabah rush yang
dapat membahayakan kehidupan bank tersebut.
281
3 Hubungan Kehati-hatian Prudential Banking Undang-Undang No.10 tahun 1998 Tentang Perbankan merupakan penegasan
bahwa sekalipun uang yang disimpan oleh nasabah telah menjadi milik bank sejak disetorkan dan selama dalam penyimpanan bank, tetapi bank tidak mempunyai
kebebasan mutlak untuk menggunakan uang itu.
282
Bank hanya boleh menggunakan uang itu untuk tujuan dan dengan cara yang dapat menjamin kepastian bahwa bank
itu nantinya akan mampu membayar kembali dana nasabah yang disimpan kepadanya apabila ditagih oleh para penyimpannya.
283
Hubungan antara Bank dengan LPS terjadi apabila bank tersebut menjadi anggota LPS. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 8 Undang-Undang No.24 Tahun 2004
yang menyatakan bahwa: “Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di Wilayah Negara Republik
Indonesia wajib menjadi Peserta Penjaminan”.
Hal tersebut disebabkan bank memiliki hubungan yang begitu kompleks dan memiliki jangka waktu panjang dengan debitur.
284
Di samping itu, peran bank sangat penting terhadap perekonomian dewasa ini, yaitu:
285
280
Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 83.
281
Yunus Husein, loc. cit.
282
Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 84.
283
Ibid.
284
Indra Surya Ivan Yustiavandana, Op. cit. hal. 16.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
1. Peran intermediasi intermediation role, yaitu mengubah dana simpanan masyarakat menjadi kredit bagi pihak lain
2. Peran di dalam pembayaran payment role yaitu melakukan pembayaran untuk dan atas nama nasabah
3. Peran sebagai penjamin guarantor role yaitu melakukan penjaminan atas nasabah tertentu apabila nasabah tersebut tidak dapat membayar
4. Peran sebagai agen agency role yaitu bertindak untuk dan atas nama nasabah untuk mengatur dan memberikan perlindungan terhadap harta kekayaan
nasabah 5. Peran di dalam kebijakan policy role yaitu sebagai penyalur dari kebijakan
pemerintah yang mencoba untuk mengatur pertumbuhan ekonomi Alasan-alasan lain yang menyebabkan industri perbankan dianggap begitu
spesial juga dinyatakan oleh Corrigan, sebagai berikut:
286
1. Menyediakan pelayanan transaksi dengan mengatur kelancaran sistem pembayaran
2. Menyediakan likuiditas 3. Merupakan penyalur dengan cara kebijakan moneter yang telah diatur.
Untuk dapat menjalankan semua peran yang telah disebutkan di atas, maka bank harus memiliki likuiditas yang baik. Karena bank harus mampu mengembalikan
285
Ibid., hal. 203. sebagaimana dikutip dari Peter S. Rose, “Commercial Bank Management”, Fourth Edition Singapore: McGraw hill Book Co, 1999, hal. 8.
286
Ibid., hal. 223. sebagaimana dikutip dari James R. Barth, Gerard Caprio Jr. dan Daniel E. Nolle,”Comparative International Characteristic of Banking”, 2002, hal. 17.
Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009
USU Repository © 2008
dana masyarakat jika banknya dinyatakan sebagai Bank Gagal oleh BI.
287
Apabila hal tersebut terjadi, menurut Imam Subarkah, LPS akan menjadi penjamin atas kewajiban
Bank Gagal tersebut dengan melakukan pembayaran kepada nasabah. Sedangkan hubungan antara nasabah dengan LPS terjadi dalam hal Bank Gagal, dimana LPS
menggantikan kedudukan nasabah subrogasi sehingga berhak atas penbayaran yang berasal dari penjualan aset Bank Gagal tersebut.
288
Dalam hal ini, perlu ditegaskan bahwa nasabah penyimpan memiliki kedudukan utama terhadap aset Bank Gagal
tersebut sehingga LPS akan memperoleh kedudukan pemegang hak utama.
289
B. Pertanggungjawaban Bank Dalam Pengembalian Simpanan Nasabah