Pertanggungjawaban Bank Dalam Pengembalian Simpanan Nasabah

dana masyarakat jika banknya dinyatakan sebagai Bank Gagal oleh BI. 287 Apabila hal tersebut terjadi, menurut Imam Subarkah, LPS akan menjadi penjamin atas kewajiban Bank Gagal tersebut dengan melakukan pembayaran kepada nasabah. Sedangkan hubungan antara nasabah dengan LPS terjadi dalam hal Bank Gagal, dimana LPS menggantikan kedudukan nasabah subrogasi sehingga berhak atas penbayaran yang berasal dari penjualan aset Bank Gagal tersebut. 288 Dalam hal ini, perlu ditegaskan bahwa nasabah penyimpan memiliki kedudukan utama terhadap aset Bank Gagal tersebut sehingga LPS akan memperoleh kedudukan pemegang hak utama. 289

B. Pertanggungjawaban Bank Dalam Pengembalian Simpanan Nasabah

Untuk meningkatkan perekonomian negara, sektor perbankan memberikan peran yang begitu penting sehingga perlu dilakukan berbagai upaya perbaikan peraturan dan sistem yang mengacu ke arah itu, dengan harapan kebijakan yang diambil mampu menciptakan semacam the level playing field bagi semua pemain di bidang perbankan. 290 Marcia Stigum, ahli perbankan juga menyatakan usaha perbankan adalah usaha yang sarat atau paling banyak diatur oleh peraturan perundang-undangan dan aturan kebiasaan yang telah diterima secara internasional. 291 Hal ini disebabkan keberadaan nasabah, sehingga mengundang pemerintah melakukan intervensi ke dalam dunia perbankan dengan tujuan, 287 Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 179. 288 Imam Subarkah, Wawancara, 30 Maret 2009. 289 Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op.cit. hal. 296. 290 Yunus Husein, Op. cit. hal. 90. 291 Gunarto Suhardi, Usaha Meningkatkan Kinerja Kepatuhan Perbankan Di Indonesia, Op. cit. hal. 7. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 melindungi nasabah dari kecurangan dan penindasan oleh bank, melindungi nasabah dari ketidaksempurnaan pasar keuangan serta melindungi nasabah satu sama lain dan melindungi nasabah itu sendiri. 292 Setiap negara yang melakukan pembangunan, tentu memerlukan dana untuk membiayai pembangunan itu. 293 Sedangkan dana tersebut dapat ditempuh dengan jalan menghimpunmenarik dana-dana yang ada pada masyarakat dalam bentuk tabungan. 294 Oleh karena itu, bank bertanggung jawab terhadap keselamatan uang yang dipercayakan kepadanya. 295 Tanggung jawab bank dapat juga diperinci sebagai berikut: 296 1. Menerima cash dan membayar dokumentasi yang mesti dibayar oleh nasabah seperti cek, pengiriman uang, bills of exchange dan instrumen perbankan lainnya 2. Membayar kembali uang nasabah yang ditempatkan di bank tersebut apabila dimintakan oleh pihak nasabah 3. Meminjamkan uang kepada nasabah 4. Menjaga kerahasiaan terhadap account dari nasabah dalam hubungan dengan kerahasiaan bank, kecuali apabila ditentukan lain oleh perundang-undangan 5. Jika pihak nasabah mempunyai dua rekening, maka ada kewajiban moral bagi bank untuk membuat rekening tersebut berpisah satu sama lain 292 Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Op. cit. hal. 11. 293 Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 47. 294 Ibid., hal. 42. 295 Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Op. cit. hal. 43. 296 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Op. cit. hal. 16. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 6. Jika rekening ditutup, maka bank harus mempunyai alasan yang reasonable untuk menutup rekening tersebut. Dalam menghimpun dana masyarakat, produk bank yang sangat populer dikalangan masyarakat dan dunia perbankan yaitu giro, tabungan dan deposito. 297 Oleh karena itu, perbankan harus berkembang secara wajar sehingga pelayanan jasa perbankan dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. 298 Karena Bank bertanggung jawab secara penuh terhadap segala produk yang mereka keluarkan, 299 maka timbul pertanyaan siapa yang menanggung beban tanggung jawab apabila suatu bank mengalami kegagalan. 300 Pasal 21 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bentuk hukum suatu bank umum dapat berupa Perseroan Terbatas PT, Koperasi dan Perusahaan Daerah. Perbankan di Indonesia banyak memakai bentuk hukum PT yang mengacu pada Undang-Undang No.40 Tahun 2007. Menurut Rudy Prasetya, PT mempunyai tiga karakteristik dominan, yaitu: 301 1. Pertanggungjawaban yang timbul semata-mata dibebankan kepada harta kekayaan yang terhimpun dalam asosiasi. 2. Sifat mobilitas atas hak penyertaan 3. Prinsip pengurusan oleh organ. 297 Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 281. 298 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Op. cit. hal. 220. 299 Indra Surya Ivan Yustiavandana, Op. cit. hal. 103. 300 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan,Op. cit. hal. 41. 301 Gunarto Suhardi, Usaha Meningkatkan Kinerja Kepatuhan Perbankan Di Indonesia, Op. cit. hal. 12. sebagaimana dikutip dari Rudy Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1995, hal. 12. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 Bank yang berbentuk PT mempunyai tiga lembaga atau institusi pengurus, yakni: 302 1. Komisaris yaitu suatu lembaga yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mewakili pemegang saham yang tugasnya mengawasi, memberikan nasehat dan dalam hal tertentu memberikan persetujuan. 303 2. Direksi, yang terdiri dari Direktur Utama dan beberapa direktur lainnya. Direksi inilah yang sehari-harinya melaksanakan tugas sebagai pengurus bank. 304 3. RUPS sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada organisasi bank yang berbentuk PT. Organ inilah yang memilih dan menetapkan siapa yang menjadi komisaris dan Direksi dalam PT. 305 Bank harus menyandang reputasi yang baik agar bisa menduduki posisi yang kuat dalam perebutan dana. 306 Bank yang hanya menawarkan bunga tinggi, tapi memiliki citra buruk dan berkinerja buram akan menjadi pecundang di tengah persaingan yang ketat. 307 Di samping itu, hubungan kepercayaan yang timbul dari prinsip duty of care merupakan suatu aspek yang lazim dari hubungan antara bank 302 Ibid., hal. 15 303 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 108. 304 Ibid., Pasal 92. 305 Ibid., Pasal 75. 306 Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 169. 307 Ibid. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 dengan debiturnya. 308 Hal ini dapat menghasilkan nasabah loyal, yang harus diberikan pelayanan yang berbeda dengan nasabah lain. 309 Loyalitas nasabah timbul bukan sekedar soal harga, namun karena adanya functional benefit dan emotional benefit yang diperoleh nasabah dari banknya. 310 Oleh karena itu, pengurus bank harus menjalankan prinsip fiduciary duty. Dasar dari kewajiban fiducia adalah kewajiban untuk loyal duty of loyality yang berarti bahwa seorang pemegang fiducia tidak dibenarkan mengorbankan kepentingan pemberi fiducia beneficiary dengan mendahulukan kepentingannya sendiri. 311 Pemegang fiducia wajib melaksanakan duty of care. 312 Dan pengurus dianggap telah memenuhi kewajibannya menjalankan prinsip duty of care apabila mereka telah memenuhi persyaratan sebagai berikut: 313 1. Membuat keputusan bisnis yang tidak ada unsur kepentingan pribadi, berdasarkan informasi yang mereka percaya didasari oleh keadaan yang tepat. 2. Secara rasional mempercayai bahwa keputusan bisnis di buat untuk kepentingan terbaik oleh perusahaan. 308 Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Op. cit. hal. 42. 309 Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 185. 310 Ibid., hal. 225. 311 Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op.cit. hal. 33. sebagaimana dikutip dari Eillen A. Scallen,”Promises Broken vs. Promises Betrayed: Methaphor, Analogy and the Fiduciary Principle”, University of Illinois Law Review, 1993, hal. 674. 312 Ibid. 313 Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Op. cit. hal. 36-37. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 Sedangkan salah satu tolak ukur untuk menetapkan apakah suatu kerugian disebabkan oleh keputusan bisnis business judgement yang tidak tepat sehingga dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care adalah: 314 1. Memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa informasi tersebut benar 2. Tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskan dengan itikad baik 3. Memiliki dasar rasional untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi perusahaan. Prinsip duty of care diterapkan secara lebih ketat dalam industri perbankan. 315 Hal ini mengingat organ perusahaan bertanggung jawab secara penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan ketentuan Anggaran Dasar. 316 Di samping itu, hukum perbankan secara tegas juga mengatur bahwa pemilik bank bertanggung jawab penuh atas kewajiban bank apabila mereka ikut menyebabkan terjadinya kebangkrutan. 317 Hal ini menimbulkan konsekuensi hukum, antara lain: 318 314 Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op.cit. hal. 35. sebagaimana dikutip dari Detlev F. Vagts,”Basic Corporation Law Materials-Cases Text”, New York: The Foundation Press, Inc. 1989, hal. 212. 315 Ibid., hal. 39. 316 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 5. 317 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Op. cit. hal. 323. 318 Ibid. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 1. Terbatasnya tanggung jawab pemegang saham telah hilang sehingga mereka bertanggung jawab secara pribadi. 2. Komisaris, direksi atau pejabat eksekutif lainnya yang bukan pemegang saham juga ikut bertanggung jawab secara pribadi karena tidak mengurus bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun, hal tersebut belum menunjukkan pertanggungjawaban bank terhadap pengembalian keuangan nasabah bila terjadi Bank Gagal. Sehingga bank wajib menjadi anggota LPS, dimaksudkan untuk melindungi penabung yang pada umumnya berasal dari kalangan menengah ke bawah. 319 Pada saat Bank Gagal, LPS segera melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka pengamanan aset bank sebelum proses likuidasi dimulai, yaitu menguasai dan mengelola aset bank, mengelola kewajiban bank dan berkoordinasi dengan BI, LPP, Kepolisian dan instansi terkait lainnya. 320 Keanggotaan bank pada LPS dapat bersifat sukarela atau bersifat wajib. 321 Tetapi kecenderungan yang terjadi di sebagian besar negara 81 dari 68 negara yang memiliki asuransi simpanan mewajibkan bank untuk menjadi anggota. 322 Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi adverse selection yang dalam hal ini hanya bank yang lemah yang mau menjadi anggota. 323 Bank yang menjadi anggota wajib 319 Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 211. 320 Ibid., hal. 203. 321 Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Op. cit. hal. 298. 322 Ibid. 323 Ibid. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 memenuhi ketentuan Pasal 9 Undang-Undang No.24 Tahun 2004 tentang LPS, yang menyatakan bank wajib untuk: a. Menyerahkan dokumen sebagai berikut: 1. Salinan anggaran dasar dan atau akta pendirian bank 2. Salinan dokumen perizinan bank 3. Surat keterangan tingkat kesehatan bank yang dikeluarkan oleh LPP yang dilengkapi dengan data pendukung 4. Surat pernyataan dari direksi, komisaris dan pemegang saham bank, yang memuat: a. Komitmen dan ketersediaan direksi, komisaris dan pemegang saham bank untuk mematuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan LPS b. Ketersediaan untuk bertanggung jawab secara pribadi atas kelalaian dan atau perbuatan yang melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank c. Kesediaan untuk melepaskan dan menyerahkan kepada LPS segala hak, kepemilikan, kepengurusan, dan atau kepentingan apabila bank menjadi Bank Gagal dan diputuskan untuk diselamatkan atau dilikuidasi. b.Membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0,1 dari modal sendiri bank pada akhir tahun fiskal sebelumnya dari modal disetor bagi bank baru. c. Membayar premi penjaminan d.Menyampaikan laporan secara berkala dalam format yang ditentukan e. Memberikan data, informasi dan dokumen yang dibutuhkan dalam rangka penyelengaraan penjaminan f. Menempatkan bukti kepesertaan atau salinannya di dalam kantor bank dan atau tempat lainnya sehingga dapat diketahui dengan mudah oleh masyarakat. Setiap bank yang menjadi anggota juga diwajibkan untuk membayar premi sebagai jaminan atas simpanan nasabah. 324 Premi dapat ditetapkan berbeda untuk setiap bank berdasarkan tingkat risiko kegagalan bank risk based premium. 325 324 Tedy Fardiansyah Idris, ”Lembaga Penjamin Simpanan, Jangan Sampai Lahir Prematur”, hal. 1. dalam http:www2.kompas.comkompas-cetak031009finansial613585.htm. diaskes tanggal 10-8-2008 . Lihat juga ketentuan Pasal 12-15 Undang-Undang No.24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. 325 Pasal 15 UU No.24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, menyatakan: Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 Dengan tidak menyamakan tingkat premi penjaminan yang harus dibayar oleh sebuah bank, sama artinya pemerintah bersedia menghargai kinerja manajemen bank yang berhasil membawa banknya memiliki kinerja baik. 326 Terdapat beberapa cara dalam menetapkan premi bagi bank peserta penjaminan, antara lain: 327 1. Sistem flat-rate. Sistem ini dipercaya dapat menimbulkan insentif bagi bank untuk meningkatkan risiko dalam portofolio mereka. 2. Sistem risk-based premium. Penetapan premi ini didasarkan pada teori premi variable yang dipinjam dari teori tradisional moral hazard yang menyatakan bahwa moral hazard dapat diatasi dengan menetapkan harga premi yang berbeda bagi masing-masing nasabah tergantung dari risiko yang diemban oleh nasabah tersebut. 3. Sistem market-based portofolio monitoring. Sistem ini menyatakan bahwa pasar sekuritas secara efisien dapat melakukan evaluasi terhadap tingkat risiko portofolio bank. Sistem ini mensyaratkan semua bank yang melampaui ukuran 1 Cara penetapan premi sebagaimana dimaksud pada pasal 13 ayat 1 dapat diubah sehingga tingkat premi menjadi berbeda antara satu bank dengan bank yang lain berdasarkan skala risiko kegagalan bank. 2 Dalam hal tingkat premi ditetapkan berbeda antara satu bank dan bank yang lain, perbedaan tingkat premi yang terendah dan yang tertinggi tidak melebihi 0,5 3 Perubahan cara penetapan premi dan tingkat premi berdasarkan skala risiko kegagalan bank sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat. 4 Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat 3 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 326 Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 221. 327 Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Op.cit. hal. 342-344. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 tertentu, menerbitkan surat utang jangka panjang yang diperdagangkan di pasar. Dalam menentukan cara yang akan diberlakukan terhadap penetapan premi, harus diperhatikan juga aspek-aspek yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam menetapkan premi, antara lain: 328 1. Apabila tingkat keseluruhan premi tidak sama dengan harga yang terjadi dalam suatu pasar yang kompetitif, maka penjamin simpanan tersebut akan bertindak sebagai lembaga yang memberikan subsidi atau mengenakan pajak sehingga lembaga yang dijaminkan akan mendapatkan keuntungan atau kerugian secara relatif dibandingkan dengan lembaga yang tidak ikut asuransi 2. Sistem premi yang flat, memberikan intensif terhadap pengambilan risiko yang berlebihan. Cara penetapan premi ini juga merupakan salah satu rencana kerja LPS Tahun 2008 lalu yaitu dengan membuat kajian tentang pungutan premi yang berdasarkan pada risiko kesehatan bank. 329 Besar kecilnya premi bank kelak tergantung pada kesehatan dan bisnis bank, sistem ini dikenal dengan metode risk based pricing. 330 Premi yang didasarkan pada kesehatan bank ini juga telah diberlakukan oleh beberapa negara, meskipun tidak banyak yang menerapkannya, antara lain Argentina, Kanada, 328 Ibid., hal. 345. 329 Kontan, Minggu II Januari 2008, hal. 34. 330 Ibid. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008 El Savador, Hungaria, Yunani, Italia, Portugal, Rumania, Taiwan, Turki, dan Amerika. 331 Dengan menjadi anggota LPS, maka akan mempermudah tanggung jawab bank dalam mengembalikan simpanan nasabah jika bank tersebut dinyatakan sebagai Bank Gagal. Nasabah dapat mengajukan klaim pembayaran kepada LPS terhadap simpanannya dan LPS wajib membayar klaim penjaminan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 332 Karena kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan pada dasarnya merupakan jiwa perbankan. Oleh karena itu, pemerintah harus dapat menjamin simpanan nasabah sehingga masyarakat tetap percaya pada industri perbankan. 331 Ibid. 332 Lihat ketentuan Pasal 16-20 UU No.24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Megawati : Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Dalam Hal Bank Gagal Dihubungkan Dengan Undang- Undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, 2009 USU Repository © 2008

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM HAL BANK

Dokumen yang terkait

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

5 79 130

Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Perlindungannya Terhadap Nasabah Bank.

7 112 101

Pertanggung Jawaban Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Hubungannya Terhadap Nasabah Dan Bank.

5 74 107

Penerapan Kelembagaan Kompensasi Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

4 76 91

Analisis yuridis perlindungan nasabah penyimpan dana dalam likuidasi bank ditinjau dari undang undang nomor 24 tahun 2004 tentang lembaga penjamin simpanan

0 8 150

Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan Sebagai Perlindungan Nasabah Bank Dihubungkan Dengan Undang-undang No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

0 0 3

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH ATAS PEMBERIAN CASH BACK OLEH BANK UMUM YANG TELAH DILIKUIDASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG - UNDANG PERBANKAN DAN UNDANG - UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMB.

0 0 1

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Deposan Dengan Rewards dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

0 0 2

TINJAUAN YURIDIS PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM UPAYA PENYELAMATAN BANK GAGAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN.

0 0 14

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 12