Kekurangan vitamin D ini merupakan faktor risiko penyakit riketsia yakni penyakit yang terjadi pada bayi dan anak-anak yang dapat menyebabkan
terganggunya metabolisme tulang sehingga berimplikasi pada pertumbuhan tulangnya yang abnormal. Indonesia merupakan negara tropis yang selalu
mendapatkan sinar matahari, itu membuat masyarakat dapat memanfaatkan sinar matahari khususnya untuk dapat membantu pembentukan vitamin D di dalam tubuh.
Dalam sehari kulit dianjurkan mendapat paparan matahari selama 10 menit jika cuaca sedang cerah dan apabila pada musim hujan dianjurkan mendapat paparan matahari
selama 2 jam. Karena kulit balita masih tipis dan lebih sensitif dari kulit orang dewasa maka dianjurkan jam yang terbaik untuk mendapat paparan matahari adalah
pukul 08.00 pagi. Kandungan vitamin D yang terdapat di dalam bahan dasar MP-ASI tepung
campuran pisang awak dengan tepung beras belum mencukupi kebutuhan anak usia 7-24 per harinya. Vitamin D relatif lebih stabil dan tidak mudah rusak bila makanan
dipanaskan atau disimpan untuk jangka waktu lama. Hal ini membuat produk makanan MP-ASI bubuk untuk kandungan vitamin D cukup aman dari kerusakan.
5.1.3. Kadar Vitamin E pada Tepung Campuran Pisang Awak dengan Tepung Beras
Kandungan vitamin E dari tepung campuran pisang awak matang dengan tepung beras dari hasil analisis didapat hasil kadar vitamin E sebesar 0,0036
mg100g. Dibandingkan dengan standar MP-ASI bubuk sesuai SK Menkes no. 224 tahun 2007 kandungan vitamin E yang dianjurkan adalah sebesar 4-6 mg, maka dapat
Universitas Sumatera Utara
dikatakan untuk kadar vitamin E dari tepung campuran pisang awak matang dengan tepung beras belum memenuhi standar ketentuan pedoman MP-ASI.
Angka kecukupan vitamin E anak usia 7-24 bulan per harinya dibutuhkan sebesar 5-6 mg. Jika dalam sehari diberikan MP-ASI tepung campuran pisang awak
dengan tepung beras sebesar 50 gram maka sumbangan vitamin E yang diperoleh sebesar 0,036 . Kadar vitamin E yang dihasilkan dari tepung campuran pisang awak
matang dengan tepung beras sebesar 0,0036 mg100 g maka dapat disimpulkan untuk kandungan vitamin E belum mencukupi kebutuhan balita 7-24 bulan per harinya.
Kandungan vitamin E yang rendah pada hasil analisis tehadap bahan dasar MP-ASI tepung campuran pisang awak dengan tepung beras disebabkan karena
beberapa faktor diantaranya adalah kandungan vitamin E pada pisang maupun tepung beras yang menjadi bahan dasar juga rendah dan juga karena vitamin E adalah jenis
vitamin yang mudah rusak. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan vitamin E bagi anak usia 7-24 bulan dianjurkan untuk memperkaya bahan makanan pendamping ASI
yang diberikan seperti bahan makanan kacang-kacangan, biji-bijian, telur, susu, dll. Menurut Almatsier 2004, vitamin E mudah rusak pada pemasakan seperti
terjadi pada proses penggorengan dan oksidasi. Jadi, sebagai sumber vitamin E diutamakan bahan makanan bentuk segar atau yang tidak terlalu banyak mengalami
pemrosesan. Karena vitamin E tidak larut air, vitamin E tidak hilang selama dimasak dengan air. Pembekuan dan penggorengan dalam minyak banyak merusak sebagian
besar vitamin E. Penyakit akibat kekurangan vitamin E jarang terjadi, karena vitamin E
terdapat luas di dalam bahan makanan. Kekurangan biasanya terjadi karena adanya
Universitas Sumatera Utara
gangguan absorbsi lemak seperti pada cytic fibrosis dan gangguan transport lipida. Kekurangan vitamin E pada manusia menyebabkan hemolisis eritrosit yang dapat
diperbaiki dengan tambahan vitamin E.
5.1.4. Kadar Vitamin K pada Tepung Campuran Pisang Awak dengan Tepung Beras