40 daun tunggal bertangkai pendek, panjang tangkai daun 5-10 mm, tepi daun rata,
ujung meruncing, pangkal runcing, panjang 10-14 cm, lebar 4-8 cm, permukaan atas berwarna hijau tua, licin, mengkilat, permukaan bawah berwarna hijau muda,
tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan bawah daun. Simplisia daun salam panjang tangkai daun 4-8 mm, tepi dan ujung daun menggulung, panjang
6-8 cm, lebar 2-4 cm, permukaan atas berwarna kecoklatan, permukaan bawah berwarna hijau kecoklatan. Pemerian serbuk simplisia daun salam adalah
berwarna hijau kecoklatan.
4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik yang dilakukan terhadap daun sambiloto segar pada sayatan melintang melalui tulang daun terlihat rambut penutup, sel epidermis
dan sistolit, terdapat juga kolenkim, jaringan palisade, jaringan spon, berkas pembuluh tipe bikolateral dan epidermis bawah. Sayatan membujur permukaan
daun sambiloto bagian bawah terlihat stomata tipe bidiastik, sistolit dan sel kelenjar. Serbuk simplisia herba sambiloto terlihat stomata, sel batu dari kulit
buah, berkas pembuluh dan sistolit dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 63. Hasil pemeriksaan mikroskopik sayatan melintang daun salam segar terlihat
kutikula, sel epidermis kelenjar lisigen, jaringan palisade, jaringan spon dan hablur kalsium oksalat. Sayatan membujur daun salam permukaan bawah tampak
stomata tipe parasitik. Serbuk simplisia daun salam terlihat epidermis, stomata tipe parasitik, berkas pembuluh, hablur kalsium oksalat dan serabut sklerenkim
dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 65.
4.2.3 Hasil pemeriksaan simplisia herba sambiloto dan daun salam
Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia herba sambiloto dapat dilihat
41 pada Tabel 4.1 dan daun salam pada Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia herba sambiloto Parameter
Hasil Persyaratan
MMI Keterangan
Kadar air 3,95
10 Kadar sari larut dalam air
19,20 ≥18
Kadar sari larut dalam etanol 15,11
≥9,7 Memenuhi
syarat Kadar Abu total
7,10 ≤12
Kadar abu yang tidak larut dalam asam
1,25 ≤2,2
Hasil pemeriksaan karakterisasi dari serbuk herba sambiloto diperoleh kadar air 3,95 , kadar sari larut dalam air 19,20 , kadar sari larut dalam etanol 15,11 ,
kadar abu total 7,10 , kadar abu yang tidak larut asam 1,25 , seperti tercantum pada Tabel 4.1. Hasil penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan
kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut asam memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia Jilid III 1979.
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun salam Parameter
Hasil Persyaratan
MMI Keterangan
Kadar air 7,98
≤ 10 Kadar sari larut dalam air
12,83 ≥ 12
Kadar sari larut dalam etanol 9,54
≥ 8 Memenuhi
syarat Kadar Abu total
3,71 ≤ 5
Kadar abu yang tidak larut dalam asam
0,53 ≤ 1
Hasil pemeriksaan karakterisasi dari serbuk daun salam diperoleh kadar air 7,98 , kadar sari larut dalam air 12,83 , kadar sari larut dalam etanol 9,54, kadar
abu total 3,71 , kadar abu yang tidak larut asam 0,53 , seperti tercantum pada Tabel 4.2. Hasil penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar
42 sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut
asam memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia Jilid IV 1980. Hasil penetapan kadar air simplisia memenuhi persyaratan, yaitu tidak
melebihi 10. Kadar air yang melebihi persyaratan akan terjadinya pertumbuhan jamur. Penetapan kadar sari yang larut dalam air dilakukan untuk mengetahui zat-
zat yang tersari dalam pelarut air. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol menyatakan zat-zat yang tersari dalam pelarut etanol tetapi mungkin tidak larut
dalam air Depkes RI
a
, 2000. Penetapan kadar abu dilakukan untuk mengetahui gambaran kandungan
mineral internal dan eksternal yang berasal dari awal proses yang terkandung dalam simplisia, sedangkan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar
senyawa anorganik yang tidak larut dalam asam, misalnya silikat Depkes RI
a
, 2000.
4.3 Hasil Ekstraksi Simplisia Herba Sambiloto dan Daun Salam
Ekstraksi dilakukan terhadap serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam yang masing-masing dilakukan dengan cara perkolasi sehingga diperoleh
ekstrak cair. Ekstrak cair yang didapat selanjutnya dipekatkan dengan vakum rotary evaporator. Hasil penyarian 900 g serbuk simplisia herba sambiloto
dengan pelarut etanol 50 diperoleh ekstrak kental 205,28 g rendemen 22,81 dan hasil penyarian 900 g serbuk simplisia daun salam dengan pelarut etanol
70 diperoleh ekstrak kental 200,48 g rendemen 22,27 dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 75.
43
4.4 Hasil Pengujian Pre Formulasi dan Evaluasi Kapsul
Kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam diformulasi dengan bahan tambahan amilum manihot, amilum maidis dan sakarum laktis
hingga membentuk massa yang kompak kemudian digranulasi dan dikeringkan. Setelah diperoleh granul kering, dikalibrasi bobot isi kapsul dengan melakukan
orientasi dengan menimbang 6 kapsul dan dicari bobot rata rata 1 kapsul. Kemudian ditambahkan sakarum laktis yang tersisa.
Hasil pengujian pre formulasi yaitu uji waktu alir dan uji sudut diam sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam memenuhi
persyaratan dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 76. Evaluasi penyimpangan bobot isi rata–rata dalam persen dilakukan dengan
cara sesuai yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata–rata tiap kapsul tidak lebih dari
yang ditetapkan kolom A 7,5 dan untuk 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B 15. Sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto
dan daun salam memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 77.
4.5 Data Dasar Pasien Dislipidemia
Uji klinis pendahuluan ini dilakukan pada 20 orang pasien dislipidemia yang diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan kadar profil lipid dalam darah.
Jumlah calon subyek adalah 160 orang berusia 20 – 60 tahun dan subyek diukur kadar kolesterolnya dengan menggunakan alat easy touch, maka diperoleh data
demografi pasien dislipidemia.
44
Tabel 4.3 Data demografi pasien dislipidemia
Demografi pasien Jumlah N
Persen Umur tahun:
20-40 6
30 41-60
14 70
Jenis kelamin: Laki-laki
12 60
Perempuan 8
40 Melakukan aktifitas olah raga:
Ya Tidak
2 18
10 90
Jenis olah raga: Joging
Bersepeda 1
1 5
5 Perokok:
Ya Tidak
11 9
55 45
Kategori perokok: Perokok ringan 10 batanghari
Perokok sedang 10-20 batanghari Perokok berat 20 batanghari
- 4
7 -
20 35
Penyakit yang diderita selama 6 bulan terakhir:
Hipertensi Asam urat
Tanpa penyakit lain 15
1 4
75 5
20 Tekanan darah : mghg
Normal 120 5
25 Pre hipertensi 120 – 139
9 45
Hipertensi stage 1 140 – 159 3
15 Hipertensi stage 2 160
3 15
IMT kgm2: Kurus 18,5
1 5
Normal 18,5 - 24,9 6
30 Kelebihan berat badan 25 - 29,9
7 35
Obesitas 30 6
30 Kolesterol total mgdl
Normal 200 1
5 Sedang 200-239
6 30
Tinggi ≥240
13 65
Trigliserida mgdl Normal
≤150 6
30 Batas tinggi 151-199
5 25
Tinggi 200-499 6
30 Sangat tinggi
≥500 3
15 HDL mgdl
Rendah ≤40
2 10
Batas rendah 40-60 17
85 Tinggi
≥60 1
5 LDL mgdl
Optimal ≤100
3 15
Mendekati optimal 100-129 3
15 Batas tinggi 130-159
5 25
Tinggi 160-189 7
35 Sangat tinggi
≥190 2
10