10
2.3.1 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya RC Ratio
Soeharjo dan Patong 1991:19 menyatakan bahwa rasio penerimaan atas biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap
rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. Rasio penerimaan atas biaya produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan
usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak.
Nilai RC Ratio lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan biaya satu satuan mata uang dalam hal ini rupiah maka akan menghasilkan
tambahan penerimaan yang lebih besar daripada satu satuan mata uang. Sebaliknya, jika nilai rasio lebih kecil dari satu berarti penambahan biaya satu
satuan mata uang maka akan menghasilkan penerimaan kurang dari satu satuan mata uang. Suatu usahatani dapat dikatakan layak dan menguntungkan apabila
nilai RC Ratio lebih besar dari satu, begitupun sebaliknya.
2.3.2 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya BC Ratio
Menurut Soeharto 1997:441, BC Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu
satuan mata uang dalam hal ini rupiah yang dikeluarkan. BC Ratio adalah suatu rasio yang membandingkan antara benefit atau pendapatan dari suatu usaha
dengan biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai BC
lebih besar dari nol, semakin besar nilai BC maka semakin besar pula manfaat
11
yang diperoleh dari usaha tersebut dan menunjukkan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan.
2.3.3 Analisis Break Even Point BEP
Menurut Harmaizar dan Rosidayati 2004:261, analisis break even point BEP atau titik impas atau sering juga disebut titik pulang pokok adalah suatu
metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume penjulaan produksi dan juga dikenal dengan analisis CPV Cost-Profit-Volume
untuk mengetahui tingkat kegiatan minimal yang harus dicapai, dimana pada tingkat tersebut perusahaan atau suatu usaha tidak mengalami keuntungan maupun
kerugian. Titik impas break even point merupakan jumlah penjualan output yang
akan menyamakan pendapatan dengan biaya total atau dalam kalimat lain dapat disebutkan bahwa jumlah penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi
Rp. 0 nol rupiah Horngren, dkk 2005:75. Break even point menjelaskan berapa banyak output harus terjual agar tidak menanggung rugi operasi.
Kegunaan dari analisis titik impas antara lain untuk mengetahui volume penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian tetapi belum
memperoleh laba, menentukan volume penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu, sebagai dasar untuk mengendalikan
kegiatan operasi perusahaan, dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual
.
12
2.4 Jamur Tiram Putih 2.4.1 Deskripsi Jamur Tiram Putih