Analisis Break Even Point BEP

116

5.4.3 Analisis Break Even Point BEP

Break Even Point adalah keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Oleh karena itu analisis break even point atau titik impas produksi digunakan guna menunjukkan tingkat produksi, dalam hal ini produksi pada usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah yang tidak menyebabkan kerugian maupun keuntungan. Selain itu, analisis BEP yang dilakukan dapat mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu, mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan, serta mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan terhadap keuntungan. Dengan kata lain, dalam kondisi demikian laba yang diperoleh adalah nol impas. Pada analisis ini, titik impas produksi selain dinyatakan dalam satuan kilogram, juga dinyatakan dalam satuan rupiah. Menurut Halim 2007:188, penggunaan rumus BEP agar bisa diterapkan, harus memenuhi asumsi bahwa suatu perusahaan dengan produk output lebih dari satu maka perhitungan BEP-nya dilakukan satu per satu secara terpisah. Dalam menentukan titik impas BEP produksi perlu diketahui biaya produksi total dan penerimaan total. Untuk biaya produksi total harus diketahui terlebih dahulu biaya tetap total dan biaya variabel total seperti yang terlihat pada Tabel 29 berikut ini. 117 Tabel 29. Komponen Biaya Berdasarkan Jumlah Output yang Dihasilkan Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 Komponen Biaya Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen Jumlah Biaya Tetap 1 Listrik dan Air 210.000 5.154.433 2 Penyusutan Peralatan 740.133 3 Penyusutan Bangunan 1.540.000 4 Nilai Sewa Lahan Sendiri 69.300 5 Tenaga Kerja dalam Keluarga 2.595.000 Biaya Variabel 1 Bibit 6.000.000 84.733.355 2 Serbuk Kayu 6.379.355 3 Dedak 7.741.935 4 Kapur 2.322.581 5 Gipsum 1.935.484 6 Plastik Media 3.960.000 7 Karet Gelang 318.000 8 Kayu Bakar 400.000 9 Cincin Bambu 1.000.000 10 Kertas 60.000 11 Spirtus 126.000 12 Alkohol 90.000 13 Gaji TK Tenaga Kerja 46.710.000 14 Bonus Lembur TK 5.190.000 15 Transportasi Baglog 2.500.000 Total Biaya Produksi Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen 89.887.788 Komponen Biaya Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih Jumlah Biaya Tetap 1 Tenaga Kerja dalam Keluarga 750.000 750.000 Biaya Variabel 1 Jasa Pembangunan Kumbung 32.000.000 32.000.000 Total Biaya Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih 32.750.000 Komponen Biaya Budidaya Jamur Tiram Putih Dengan Sistem Kemitraan Jumlah Biaya Tetap 1 Penyusutan Peralatan 35.417 2.735.417 2 Tenaga Kerja dalam Keluarga 2.700.000 Biaya Variabel 1 Plastik Kemasan Jamur 560.000 120.479.035 2 Tranportasi Pemasaran Jamur 1.460.000 3 Bagi Hasil 118.459.035 Total Biaya Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan 123.214.452 Biaya Total 245.852.240 Sumber : Data Primer, diolah 118 Pada Tabel 29 tersebut, dapat diketahui nilai biaya tetap dan biaya variabel. Oleh karena itu maka dapat dilakukan analisis break even point di usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah seperti yang terlihat pada Tabel 30 di bawah ini. Tabel 30. Analisis Break Even Point Volume Produksi dan Harga Jual pada Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 No. Kelompok Produksi Volume Produksi Biaya Total Rp. Harga Jual Rp. BEP Volume Produksi BEP Harga Jual Rp. 1 Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen 60.000 Baglog 89.887.788 1.866,67 48.155 Baglog 1.498,13 2 Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih 4 Kumbung 32.750.000 10.000.000 3,25 Kumbung 8.187.500 3 Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan 14.002,25 Kg 123.214.45 2 9.000 13.690,50 Kg 8.799,62 Sumber : Data Primer, diolah Keterangan : Harga Jual Pokok untuk Setiap Produk Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen Berdasarkan hasil analisis break even point seperti yang terlihat pada Tabel 30 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah mampu mendatangkan keuntungan karena volume produksi dan harga jual baglog jamur tiram putih siap panen, paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, dan budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan yang dihasilkan lebih tinggi daripada titik impasnya atau BEP Break Even Point. Produk baglog jamur tiram putih siap panen yang dihasilkan sebanyak 60.000 baglog dengan harga jual pokok sebesar Rp. 1.866,67,- yang berarti lebih tinggi daripada nilai titik impas produksi sebesar 48.155 baglog dan titik impas harga jual sebesar Rp. 1.498,13,-. Begitu pun dengan volume produksi dan harga jual paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih yang diberikan P4S Nusa Indah juga lebih tinggi daripada titik impasnya. Nilai BEP volume produksi yang 119 dihasilkan sebanyak 3,25 kumbung setara dengan 3 kumbung ukuran 70 m 2 dan 1 kumbung ukuran 17,5 m 2 dan BEP harga jual sebesar Rp. 8.187.500,- sedangkan volume produksi pada jasa paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih sebanyak 4 kumbung ukuran 70 m 2 serta harga jual dalam paket ini sebesar Rp. 10.000.000,-. Hal yang sama juga terjadi pada hasil analisis BEP volume produksi dan BEP harga jual pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Volume produksi dan harga jual yang ada ternyata lebih tinggi dari nilai titik impas volume produksi dan harga jual. Volume produksi pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan berada pada tingkat 14.002,25 kg sedangkan BEP volume produksi menempati level tingkat 13.690,50 kg dan harga jual yang ditetapkan sebesar Rp. 9.000,- sedangkan nilai titik impasnya sebesar Rp. 8.799,62,-. Walaupun perbedaan antara nilai BEP volume produksi dan harga jual dengan volume produksi dan harga jual yang ada tidak terlalu besar bahkan cenderung relatif kecil. Hal ini tidak sampai menggeser makna bahwa usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah selama perode November 2010 - Mei 2011 menjadi tidak menguntungkan dan tidak layak. Namun justru sebaliknya, usaha tersebut telah mampu memberikan keuntungan bagi pelaku usahanya berdasarkan hasil analisis break even point. Lebih lanjut analisis break even point dapat pula dinyatakan dalam nilai BEP penerimaan. Nilai BEP penerimaan merupakan suatu titik yang dapat menjadi salah satu indikator keseimbangan antara laba dan rugi suatu usaha. Pada usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, saat dianalisis menggunakan BEP penerimaan maka akan diperoleh nilai sebesar Rp. 18.283.272,- untuk titik impas produksi 120 baglog jamur tiram putih siap panen, nilai BEP penerimaan sebesar Rp. 3.750.000,- sebagai titik impas paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih, nilai BEP penerimaan sebesar Rp. 62.209.803,- sebagai titik impas pada budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan. Informasi lebih lanjut dapat terlihat seperti yang ada pada Tabel 31 di bawah ini. Tabel 31. Analisis Break Even Point Penerimaan pada Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah, Periode November 2010 - Mei 2011 No. Kelompok Produksi Penerimaan Total Rp, Biaya Variabel Total Rp. Biaya Tetap Total Rp. BEP Penerimaan Rp. 1 Baglog Jamur Tiram Putih Siap Panen 118.000.000 84.733.355 5.154.433 18.283.272 2 Paket Kemitraan Investasi Usahatani Jamur Tiram Putih 40.000.000 32.000.000 750.000 3.750.000 3 Budidaya Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraan 126.020.250 120.479.035 2.735.417 62.209.803 Sumber : Data Primer. Diolah Hasil penjualan 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 118.000.000,- sedangkan titik impas break even point penerimaan yang diperoleh berada pada nilai Rp. 18.283.272,-, berarti tingkat penerimaan yang diperoleh lebih tinggi dari pada nilai BEP penerimaan. Hal serupa juga ditemui pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih yang memperoleh penerimaan lebih tinggi daripada hasil perhitungan titik impas. Penerimaan yang diperoleh P4S Nusa Indah pada paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih adalah sebesar Rp. 40.000.000,-. sedangkan nilai perolehan rupiah minimum berdasarkan hasil perhitungan BEP penerimaan berada pada posisi Rp. 3.750.000,-. Kemudian sama halnya pada budidaya jamur tiram 121 putih dengan sistem kemitraan yang memperoleh penerimaan yang lebih tinggi dari pada nilai titik impas. Hasil perhitungan analisis BEP penerimaan memunculkan nilai sebesar Rp. 62.209.803,-, sedangkan jumlah penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 126.020.250,-. Hal tersebut dapat digunakan sebagai salah satu indikator keuntungan dan bahkan kelayakan suatu usaha. Ini berarti dapat ditafsirkan bahwa usaha jamur tiram putih yang dijalankan P4S Nusa Indah selama periode November 2010 - Mei 2011 mampu memberikan keuntungan karena kondisi dan posisi penerimaan yang ada saat itu lebih tinggi daripada nilai titik impas yang dimunculkan oleh hasil analisis BEP penerimaan. Hal ini berarti untuk mencegah kerugian dan mempertahankan tingkat penerimaan maka unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah harus menstabilkan volume produksi lebih dari titik minimum. Untuk baglog jamur tiram putih siap panen yang dijual harus dipertahankan pada titik produksi lebih dari 48.155 baglog dan harga jual per baglog tidak kurang dari Rp. 1.498,13,-. Selain itu, dari sejumlah baglog yang dihasilkan tersebut batas minimum hasil penjualan baglog jamur tiram putih siap penen adalah Rp. 18.283.272,-. Sedangkan untuk paket kemitraan investasi usahatani jamur tiram putih agar tetap berada pada kondisi menguntungkan maka minimal permintaan jasa adalah pembangunan 3,25 unit kumbung setara dengan 3 unit kumbung ukuran 70 m 2 dan 1 unit kumbung ukuran 17,5 m 2 dengan tingkat penerimaan harus lebih dari Rp. 3.750.000,-. Kemudian untuk budidaya jamur tiram putih dengan sistem kemitraan, batas minimum produksi jamur tiram putih segar adalah 13.690,50 kg dan harga jual tidak kurang dari Rp. 8.799,62,-kg dengan tingkat terendah penerimaan akan hasil penjualan sebesar Rp. 62.209.803,-. 122 Semua fenomena di atas mengindikasikan bahwa kegiatan-kegiatan produktif yang dijalankan unit usaha jamur tiram putih tidak merugikan P4S Nusa Indah mengingat nilai titik impas ketiganya yang lebih rendah daripada volume produksi, harga jual, dan nilai penjualan penerimaan. Oleh karena itu, produksi sejumlah 60.000 baglog jamur tiram putih siap panen, dan 14.002,25 kg jamur tiram putih segar serta jasa pembangunan 4 kumbung dengan harga jual masing- masing yang menghasilkan sejumlah penerimaan dari setiap produk mampu memberikan keuntungan. Selama periode November 2010 - Mei 2011 tersebut. P4S Nusa Indah mampu memproduksi dan menjual produknya pada tingkat yang lebih tinggi daripada batas minimum penjualan dan memperoleh penerimaan yang lebih tinggi daripada tingkat terendah hasil penjualan. Sehingga dapat dikatakan usaha jamur tiram putih yang dijalankan menguntungkan dan layak untuk terus dilanjutkan.

5.5 Pemasaran Produk Usaha Jamur Tiram Putih P4S Nusa Indah