Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah

69 jamur tiram putih dengan memberikan dana sebesar Rp. 40.000.000,- dan kemudian mitra membeli baglog jamur tiram putih siap panen dari P4S Nusa Indah untuk dibudidayakan di kumbung budidaya tersebut. Kemudian dalam hal perawatan hingga pemasaran jamur tiram putih dilakukan oleh P4S Nusa Indah karena diminta oleh mitra tersebut. Hasil panen jamur tiram putih segar dipasarkan langsung oleh P4S Nusa Indah ke pedagang dengan harga Rp. 9.000,- per kg, kemudian penerimaan yang diperoleh dibagi hasil dengan mitra dengan kesepakatan tertentu, yaitu 94 untuk mitra dan 6 untuk P4S Nusa Indah. P4S Nusa Indah sudah bekerja sama dengan pedagang sehingga jamur tiram putih segar diantar ke pedagang. Pedagang dalam hal ini bertindak selaku supllier jamur tiram putih segar di pasar tradisional Bogor dengan pembayaran dilakukan sehari setelah pengiriman jamur tiram putih.

4.5.2 Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah

Proses budidaya jamur tiram putih secara keseluruhan yang terdiri dari dari persiapan sampai pemanenan membutuhkan waktu 40-50 hari. Kegiatan usaha ini secara menyeluruh dimulai dari pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi bibit, inkubasi, penyiraman, pengendalian hama, pengaturan suhu ruangan dan panen. Skala usaha produksi pada P4S Nusa Indah sebesar 10.000 baglog3 pekan dan kapasitas empat kumbung produksi jamur milik wirausahawan jamur masing-masing sebesar 10.000 baglog dengan luas setiap kumbung 70 m 2 7 m x 10 m. Proses budidaya jamur tiram putih dimulai dari penyediaan input usahatani yang terdiri dari bibit jamur tiram putih dan media tanam. Selain itu, juga 70 diperlukan sarana pendukung dalam kegiatan usahatani jamur tiram adalah kayu bakar, spritus, plastik, karet, alkohol, dan cincin bambu. Input tenaga kerja diperoleh dari dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Berikut ini disajikan penggunaan input produksi baglog jamur tiram putih siap panen P4S Nusa Indah yang dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Penggunaan Input Produksi Baglog Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah per Satu Paket 155 Baglog No. Input Produksi Satuan Penggunaan 1 Bibit Jamur Baglog 3 2 Media Tanam Serbuk Gergaji Karung 7 Kapur Kg 2 Gips Kg 1 Dedak Kg 12,5 Air 30-40 Keterangan : = Karung pakan ternak ukuran 120 cm x 80 cm Sumber : Data Primer, diolah Berdasarkan Tabel 14 di atas, penggunaan input produksi baglog jamur tiram putih tergantung dari jumlah baglog dan formulasi media. Semakin besar jumlah baglog yang digunakan untuk budidaya jamur tiram, maka penggunaan jumlah inputnya akan lebih banyak. Perbedaan komposisi input disebabkan oleh formulasi media yang dipakai. Pemakaian formulasi media ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh masing- masing petani. Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura 2007:55 tahapan dalam usahatani jamur tiram putih meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi, inkubasi, produksi, penyiraman, pengendalian hama penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen. Kegiatan usaha jamur tiram putih yang menjadi fokus utama di P4S Nusa Indah meliputi 71 persiapan bibit, pembuatan media tanam, pembibitan inokulasi, dan inkubasi. Selain itu kegiatan usaha jamur tiram putih yang dlilakukan dengan kemitraan bersama wirausahawan jamur antara lain pemilihan lokasi budidaya, pembangunan kumbung, penumbuhan, penyiraman, pengendalian hama, pengaturan suhu ruangan, panen, dan pasca panen.

4.5.2.1 Pemilihan Lokasi

Lokasi usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah berada di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor yang merupakan wilayah dataran di atas ketinggian 600 meter dari permukaan laut. Sedangkan lokasi budidaya jamur tiram putih berada pada tempat yang lebih tinggi, yaitu sekitar 700 meter dari permukaan laut, namun masih berada pada satu kawasan kecamatan dengan P4S Nusa Indah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa lokasi tersebut didukung dengan kondisi iklim yang cocok untuk usahatani jamur tiram putih serta dekat dengan sumber bahan baku dan pasar. Pabrik penggergajian kayu, penggilingan padi, dan hutan untuk pengambilan kayu bakar, yang merupakan sumber-sumber bahan baku produksi yang dekat dengan lokasi usaha sehingga sedikit mengeluarkan biaya tambahan dalam pengadaan bahan baku tersebut. Pasar tradisional Bogor sebagai pasar sasaran utama produksi berada sekitar 30 km dari lokasi budidaya. Berdasarkan hal tersebut, maka usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah layak untuk diusahakan karena dekat dengan sumber-sumber bahan baku dan pasar. 72

4.5.2.2 Pembuatan Kumbung

Usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah memiliki kumbung inkubasi kapasitas 5000 baglog dengan luas 39 m 2 6 m x 6,5 m. Sedangkan kumbung budidaya sebanyak empat unit dengan luas 70 m 2 7 m x 10 m yang memiliki kapasitas 10.000 baglog setiap unitnya merupakan milik wirausahawan jamur. Kumbung inkubasi yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah merupakan kumbung yang terbuat perpaduan dinding beton dengan bilik bambu dan beratapkan asbes sedangkan kumbung budidaya terbuat dari kerangka bambu yang dikombinasikan dengan jaring net sebagai dinding dan beratapkan serabut daun kelapa kering rumbia. Dalam kumbung terdapat rak-rak bertingkat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan baglog pada saat pertumbuhan dan pemeliharaan. Kumbung dilengkapi dengan ventilasi udara yang berfungsi untuk mengatur dan menjaga suhu dan kelembaban di dalam kumbung. Pada kumbung inkubasi terdapat empat rak dengan enam tingkat pada setiap rak kecuali satu rak di tengah yang bertingkat lima. Sedangkan kumbung budidaya jamur memiliki lima rak dengan lima tingkat di setiap rak. Ukuran rak pada kumbung inkubasi rata-rata adalah 5,5 m x 0,75 m dengan jarak setiap tingkat rata-rata adalah 0,6 m dan ukuran rak pada kumbung budidaya jamur rata- rata adalah 9,5 m x 1 m dengan jarak setiap tingkat rata-rata adalah 1 m.

4.5.2.3 Persiapan Bibit

Budidaya jamur yang berhasil dengan baik dipengaruhi beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian secara seksama, diantaranya adalah bibit jamur. Meskipun semua faktor dalam budidaya jamur telah dipenuhi dengan baik 73 tetapi bibit jamur yang digunakan berkualitas kurang baik maka produksi jamur yang diharapkan akan kurang optimal atau tidak akan menghasilkan sama sekali Bibit jamur tiram putih yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih ini merupakan bibit F2 yang berasal dari Bapak Tono sebagai salah seorang pensiunan LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsesia yang berkediaman di dekat lokasi P4S Nusa Indah. Kualitas merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit jamur tiram putih ini adalah sebagai berikut: 1 Bibit berasal dari strain atau varietas unggul. 2 Umur bibit optimal 45-60 hari. 3 Warna bibit merata. 4 Bibit tidak terkontaminasi. 5 Belum ditumbuhi jamur.

4.5.2.4 Pembuatan Media Tanam

Dalam usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah membuat media tanam jamur baglog dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Persiapan Dalam melakukan budidaya jamur tiram putih dengan menggunakan serbuk kayu sebagai komposisi utama untuk media tumbuh. Serbuk kayu yang biasa digunakan dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih adalah berasal dari serbuk gergaji kayu sengon Parasientes falcataria. Selain serbuk kayu, bahan- bahan lain seperti dedak, gips, kapur CaCO 3 juga digunakan dalam mempersiapakan media tanam jamur tiram putih. Semua bahan-bahan pembuat media tanam disiapkan sesuai dengan kabutuhan dan komposisi yang sesuai. 74 b. Pengayakan Serbuk gergaji yang diperoleh dari pengrajin mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik karena di dalamnya biasa terdapat potongan- potongan yang cukup besar dan tajam yang dapat merusak plastik sebagai media tempat tanam yang berpotensi menyebabkan pertumbuhan miselia jamur tidak merata. Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian disortir terlebih dahulu untuk melihat kondisi fisik dari serbuk kayu tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan pengayakan serbuk gergaji. Serbuk kayu diayak secara manual dengan tenaga manusia. Ukuran ayakan yang digunakan sama dengan ukuran ayakan yang digunakan untuk mengayak pasir. c. Pencampuran Bahan-bahan yang telah disediakan dicampur yang sebelumnya dilakukan penimbangan. Bahan-bahan tersebut adalah serbuk gergaji, dedak, gips, kapur dan air. Pencampuran dilakukan secara manual dengan tenaga manusia. Bahan-bahan yang dicampur mempunyai komposisi seperti pada Tabel 14 tersebut. Pencampuran dilakukan dengan terlebih dahulu menebarkan serbuk kayu, lalu meratakannya. Kemudian dedak, gips, dan kapur ditaburkan satu per satu secara merata di atas permukaan serbuk kayu. Setelah itu, bahan-bahan terebut dicampur dicampur hingga rata dan diberikan air kurang lebih sebanyak 40 dari jumlah adonan. Kadar penggunaan air ini tidaklah mutlak. Untuk mengukur kadar air yang sesuai dapat dilakukan dengan mengepal adonan yang telah tecampur air. Kepalan adonan adonan yang tidak mudah hancur dan tidak meneteskan air menandakan air yang digunakan sebagai campuran sudah cukup. Pencampuran harus dilakukan 75 secara merata, diusahakan tidak terdapat gumpalan terutama serbuk gergaji dan kapur. Gumpalan tersebut dapat mengakibatkan kompoisi media yang diperoleh tidak merata sehingga dapat berpengaruh terhadap produksi jamur. d. Pengomposan Setelah semua bahan pembuat media tanam jamur baglog dicampur, kemudian bahan-bahan tersebut dikomposkan selama satu hari. Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan terpal. Kadar air pada saat pengomposan harus diatur pada kondisi 50-65 . Adonan yang terlalu banyak air akan memacu pertumbuhan mikroba lain yang dapat merusak media. e. Pewadahan dan Pembuatan Media Tanam Setelah dilakukan pengomposan maka media tanam tersebut dimasukkan ke dalam plastik polipropilen karena plastik ini relatih tahan panas dalam proses sterilisasi pengukusan. Ukuran plastik yang digunakan oleh P4S Nusa Indah dalam pembuatan media tanam jamur tiram putih selama November 2010-Mei 2011 adalah 17 cm x 35 cm dengan ketebalam 0,3 mm. Pewadahan dilakukan dengan cara memasukkan adonan media hasil pengomposan ke dalam kantong plastik pengisian baglog. Kemudian adonan tersebut dipadatkan dengan botol atau alat lainnya. Media yang kurang padat akan menyebabkan hasil panen yang tidak optimal karena media cepat busuk sehingga produktifitas akan rendah. Berat media sekitar 1,2 kg per baglog. Setelah media padat, baglog yang sudah terisi tersebut diikat dengan karet. 76 f. Sterilisasi Media yang telah diisi dengan adonan, kemudian disterilisasi. Sterilisasi baglog adalah suatu proses yang dilakukan untuk mensterilkan baglog dari berbagai miroba yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Hal ini dilakukan untuk menginaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan miselium jamur yang akan ditanam. Pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini, sterilisasi media tanam menggunakan drum dengan kapasitas 900 - 1100 baglog. Proses sterilisasi dilakukan pada suhu 90 -120 C dengan cara memasukkan baglog ke dalam drum lalu mengukus baglog selama 8 - 10 jam. Setelah itu, baglog didinginkan selama 6 - 8 jam dan temperatur baglog menjadi 30 - 40 C sebelum diinokulasi.

4.5.2.5 Inokulasi Pemberian Bibit

Inokulasi yaitu memasukkan bibit ke dalam media tanam jamur yang telah disterilisasi. Dalam melakukan inokulasi harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat, sehingga P4S Nusa Indah sangat memerhatikan tiga hal berikut: a. Kebersihan Kebersihan meliputi alat, tempat dan sumber daya atau pelaksananya. Dalam hal ini, kebersihan diukur dari tingkat sterilitasnya. Oleh karena itu, alat dan tempat inokulasi disterilisasi terlebih dulu sebelum digunakan. Sterilisasi alat dilakukan dengan menggunakan alkohol 70 dan lampu spritus. Peralatan yang digunakan dalam inokulasi dicelupkan ke dalam larutan alkohol 70 kemudian dinyalakan beberapa saat jangan sampai peralatan yang terbuat dari kayu hangus. 77 Sementara itu, sterilisasi tempat atau ruangan dilakukan dengan menggunakan alkohol 70 selama 15 menit. Ruang yang digunakan untuk inokulasi merupakan ruang yang terbatas bukan tempat lalu-lalang dan tertutup. b. Bibit P4S Nusa Indah selalu bertujuan menghasilkan output produk yang berkualitas, baik baglog jamur tiram putih siap panen maupun jamur tiram putih. Untuk itu, bibit yang digunakan dalam usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah ini merupakan bibit yang memiliki keunggulan, diantaranya jamur tiram putih yang dihasilkan berwarna putih bersih, berkadar air rendah, bertekstur kenyal, bertudung banyak 4-5 tudung dalam satu batang, tebal dan tidak mudah patah . c. Teknik Inokulasi Inokulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan taburan dan tusukan. Pada unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah ini, inokulasi dilakukan dengan taburan, yaitu menaburkan bibit ke dalam baglog secara langsung. Unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah menggunakan 1 satu baglog bibit jamur tiram putih untuk inokulasi pada 50 lima puluh media tanam jamur tiram putih. Proses inokulasi yaitu bibit jamur ditabur di atas permukaan media tanam jamur sebanyak kurang lebih tiga sendok spatula atau hingga kurang lebih mencapai 2 cm menggunakan spatula atau garpu. Kemudian ujung plastik disatukan dan dipasang cincin bambu. Setelah itu, ditutup dengan kertas steril yang kemudian diikat rapat dengan karet pada bagian leher plastik media tanam jamur sehingga menjadi menyerupai sebuah botol. 78 Penutupan tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan miselia jamur yang tidak terlalu membutuhkan banyak oksigen. Namun penutupan yang dilakukan dengan terlalu rapat tidak baik, karena akan menghambat pertumbuhan miselia jamur sehingga akan berakibat dalam pembentukan tubuh buahnya.

4.5.2.6 Inkubasi

Pada P4S Nusa Indah, seluruh media tanam jamur yang sudah diinokulasi kemudian diangkut ke dalam kumbung inkubasi dan disusun rapi pada rak. Media tanam jamur dalam tahap inkubasi proses penumbuhan miselia jamur sampai memenuhi seluruh media tanam akan tampak putih merata antara 30-40 hari sejak dilakukan inokulasi. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselia jamur adalah 25 - 30 C. Apabila suhu kurang optimal, misalnya terlalu tinggi maka suhu ruangan perlu diatur. Untuk mengatur suhu dan kelembaban kumbung, dilakukan teknik pengembunan tidak langsung pada baglog jamur dengan menyemprotkan air menggunakan handsprayer. Keberhasilan pertumbuhan miselia jamur dapat diketahui sejak dua pekan setelah inkubasi. Apabila setelah dua pekan tidak terdapat tanda-tanda adanya miselia jamur berwarna putih yang merambat ke bawah maka kemungkinan besar jamur tersebut tidak tumbuh. Untuk mengatasi media tanam yang gagal ditumbuhi miselia jamur tersebut maka perlu dilakukan sterilisasi ulang pada media sampai inokulasi kembali. Namun apabila setelah diinokulasi tidak tumbuh lagi, maka media tanam jamur dibuang karena biasanya media tersebut tidak baik rusak. 79

4.5.2.7 Penumbuhan

Media tanam jamur baglog yang sudah berumur + 30-40 hari dan telah putih oleh miselia jamur berarti sudah siap untuk dilakukan penumbuhan tubuh buah jamur dengan cara membuka media tanam baglog jamur. Pembukaan baglog jamur yang umum dilakukan pada skala usaha jamur tiram putih ini dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan membuka cincin dan kertas penutup baglog, atau pun dengan menyobek plastik baglog disobek sedikit di berbagai sisi baglog. Pada prinsipnya pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen O 2 yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur tiram putih. Dengan oksigen yang cukup maka dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik. Jamur tiram yang merupakan jamur mesofil jamur kayu menunjukkan pertumbuhan yang baik pada suhu 18 - 25 C, kelembaban relatif 75-90 . Setelah tujuh sampai sepuluh hari setelah media dibuka, maka akan muncul bakal buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut akan tumbuh optimal selama empat sampai enam hari. Agar mendapatkan tubuh buah jamur tiram putih secara optimal unit usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah melakukan pengendalian suhu dan kelembaban dengan penyiraman. Setelah itu, pada hari ke tujuh akan muncul primordiam dan akan berkembang pada hari ke delapan. Pada hari ke sembilan terbentuk basidioma dewasa tubuh buah yang siap dipanen. 80

4.5.2.8 Penyiraman dan Pengaturan Suhu Ruangan

Penyiraman diawali oleh pembukaan cincin baglog yang ditutup kertas dan diikat dengan karet. Selama proses pemeliharaan, baglog disiram dengan air bersih dengan frekuensi yang berbeda pada musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari dengan menggunakan sprayer. Tujuan penyiraman adalah untuk menjaga kelembaban media sehingga miselia dapat tumbuh dengan baik. Pengaturan suhu ruangan dilakukan dengan cara membuka dan atau menutup ventilasi kumbung serta membasahi dinding dan lantai kumbung agar suhu dan kelembaban kumbung tetap terjaga dan sesuai untuk pertumbuhan optimal miselia jamur.

4.5.2.9 Pengendalian Hama dan Penyakit

Sebagai tumbuhan, jamur juga tidak luput dari gangguan hama dan penyakit. Saat masih dalam proses inkubasi saja, penyakit sudah mulai mengunjungi. Setelah masa pertumbuhan tubuh buah pun masih ada binatang yang suka menyambangi Redaksi Trubus, 2010:52. Pengendalian hama pada jamur tiram putih dilakukan tidak menggunakan pestisida. Kegiatan pengendalian hama dilakukan secara manual yaitu dengan membuang hama yang ada agar tidak memakan baglog dan tubuh buah jamur tiram putih. Hama yang mengganggu dapat mengakibatkan baglog cepat rusak dan mudah terkontaminasi mikroorganisme sehingga berujung pada terjangkit penyakit. 81 Hama dan penyakit dapat dikendalikan dengan menjaga kebersihan sewaktu proses produksi. Oleh karena itu, alat-alat yang digunakan, rak-rak, dan ruang pemeliharaan harus bersih dan steril dimana pembersihan dan pensterilan tidak menggunakan zat sintetis kimia buatan yang berbahaya. Hama yang menyerang baglog antara lain ulat, serangga kecil, dan lain- lain. Sedangkan yang menyerang tubuh buah jamur tiram putih antara lain adalah kumbang, kutu, dan sebagainya. Penjelasan singkat mengenai hama-hama tersebut dan cara pengendaliannya dapat dilihat di bawah ini. a. Ulat Lycoriella sp Hama ini menyerang saat kelembapan udara berlebihan yang biasanya menyerang saat musim hujan namun jarang saat musim kemarau. Penyebab lain ialah kumbung kurang bersih. Serangan hama ini tertuju pada baglog lama, atau pada hari ke-80. Pengendalian hama ini dilakukan dengan menyegerakan panen semua jamur tiram putih hingga tak tersisa pada waktu panen. Selain itu, baglog dan kumbung dibersihkan dengan menyemprot insektisida organik. Kemudian kondisi lingkungan pun harus diperbaiki, di antaranya membuat sirkulasi udara menjadi lancar yang dapat dilakukan dengan melengkapi kumbung dengan jendela yang dapat dibuka dan ditutup. b. Serangga Kecil Kumbung budidaya jamur tiram putih yang kurang bersih juga mengundang serangga-serangga kecil. Penyebabnya adalah sisa-sisa baglog atau tangkai jamur yang banyak berserakan di sekitar rak. Baglog apkir dan limbah itu mengundang serangga kecil datang dan kemudian bersembunyi di lamela jamur. 82 Untuk mengendalikan hama ini, dapat memanfaatkan gelas air mineral putih. Limbah itu kemudian di cat kuning agar lebih menarik perhatian hama kecil tersebut. Dinding gelas kemudian diberi perekat dan sedikit minyak agar serangga yang hinggap sulit lepas hingga akhirnya mati di sana. c. Kumbang Cyllodes bifacies Kumbang Cyllodes merusak jamur dengan cara memakan tubuh buah dan menggerogoti tudung. Tudung jamur tiram putih yang terserang akan menjadi lembek berair dan akan terlepas dalam waktu singkat 2 - 3 hari sehingga tidak dapat dipanen. Cara mengendalikan hama ini adalah dengan membersihkan areal sekitar dan di dalam kumbung. Selain itu, dapat pula dilakukan pengendalian dengan menyemprotkan insektisida nabati, seperti bawang putih dan tembakau. d. Kutu Kehadiran kutu pada tudung akan merugikan pertumbuhan jamur tiram ptuih. Namun pengendalian hama ini dengan insektisida kimia tidak mungkin dilakukan. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan menyemprotkan air saringan bawang putih Allium sativum yang telah di- blender. Baglog jamur tiram putih yang terserang penyakit umumnya disebabkan karena sudah terkontaminasi mikroorganisme. Pengendaliannya adalah baglog yang terkontaminasi dibuang karena jika tidak disingkirkan dari populasi baglog yang di dalam kumbung maka umumnya akan menular kepada baglog lain. Musuh utama usaha budidaya jamur tiram putih adalah kapang. Jenis kapang pada baglog yang terkontaminasi diantaranya adalah: 83 a. Kapang Aspergillus niger Kapang ini menyebabkan baglog jamur berwarna hijau kehitaman. Hal ini disebabkan pada saat melakukan pembibitan, alat yang digunakan kurang steril. b. Kapang mucor sp Baglog jamur tiram putih berwarna hitam merupakan dampak dari kontaminasi kapang ini. Hal tersebut disebabkan pada saat pencampuran bahan baku, adonan terlalu basah. c. Kapang Oncom Merah atau Neurospora sito philla Kontaminasi kapang jenis ini mengakibatkan baglog jamur berwana kunig seperti jamur oncom. Hal ini disebabkan kurang lamanya proses sterilisasi. Baglog jamur yang terkontaminasi kapang ini cepat sekali menular atau menyebar pada baglog lain belum terkontaminasi. d. Jamur ParasitSaprofit Jamur ini mengganggu pertumbuhan dan kehidupan jamur tiram putih. Jamur parasit ini dideteksi dengan melihat perubahan pada warna spora dan miselia jamur tiram putih. Hal ini disebabakan oleh persiapan yang kurang baik atau terkontaminasi pada saat inkubasi dan penumbuhan.

4.5.2.10 Panen dan Pasca Panen

Kegiatan pemanenan ikut menentukan kualitas jamur tiram putih yang dipanen, sehingga P4S Nusa Indah mempertimbangkan beberapa hal berikut: a. Penentuan Waktu Panen Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur tiram putih mencapai tingkat yang optimal, yaitu cukup besar namun belum mekar penuh. Pemanenan ini 84 biasanya dilakukan lima hari setelah tumbuh calon jamur bakal buah. Pada saat itu, ukuran jamur tiram putih sudah cukup besar dengan diameter rata-rata antara 5-10 cm dan bagian daun terasa tipis saat disentuh. Pemanenan dilakukan setiap hari selama periode produktif baglog jamur tirma putih 4 - 6 bulan yang sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya. Pada model usaha budidaya jamur tiram putih P4S Nusa Indah bersama dengan mitra wirausahawan jamur pemanenan dilakukan pada sore hari yaitu sekitar pukul 15.00 WIB. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga kesegaran jamur tiram putih dan mempermudah pemasaran. Setiap baglog jamur tiram putih dapat dipanen 8-9 kali dalam 4-6 bulan dan dapat menghasilkan produk dengan berat rata-rata 0,4 kg per baglog. Rentang waktu antara panen pertama dan seterusnya pada setiap baglog jamur tiram putih rata-rata berkisar pada 9 – 10 hari. b. Teknik Pemanenan Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut atau memetik seluruh rumpun jamur tiram putih yang ada. Hal ini dilakukan agar semua bagian jamur tercabut dan tidak meninggalkan sisa yang dapat menyebabkan kebusukan. Pemanenan tidak dapat dilakukan dengan cara hanya memotong atau mencabut cabang jamur tiram putih yang ukurannya besar saja sebab dalam satu rumpun jamur tiram putih mempunyai stadia pertumbuhan yang sama. Oleh karenanya, apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur tiram putih yang ukurannya besar saja maka jamur tiram putih yang berukuran kecil tidak akan bertambah besar, bahkan kemungkinan akan mati layu atau busuk. 85 Pemanenan perlu dilakukan dengan mencabut keseluruhan rumpun hingga akar-akarnya untuk menghindari adanya akar atau batang jamur tiram putih yang tertinggal. Adanya bagian jamur tiram putih yang tertinggal tersebut dapat membusuk sehingga akan menyebabkan kerusakan media, bahkan dapat merusak pertumbuhan jamur tiram putih yang lain. Pemanenan dilakukan oleh tenaga kerja secara bergilir setiap hari sebanyak 3 - 4 orang. c. Penanganan Pascapanen Jamur yang sudah dipanen tidak dipotong hingga menjadi bagian per bagian tudung, tetapi hanya dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akar dan pangkal batang. Dengan cara tersebut, disamping keberhasilannya lebih terjaga, daya simpan jamur tiram putih akan lebih lama. Kemudian membuang atau memisahkan batang tubuh yang rusak atau terkena penyakit dengan menggunakan pisau atau gunting kecil. Hal tersebut dilakukan tanpa mencuci jamur tiram hasil putih panen. Jamur tiram putih yang tergolong baik selain dilihat dari keutuhan batang dan tudungnya juga dilihat dari ada atau tidaknya hama ulat yang menempel di sela-sela bagian bawah permukaan tudung, jamur tiram putih yang terlalu tua dan dihinggapi ulat akan dipisahkan dan kemudian dibuang. Tingkat keberhasilan panen produksi diperkirakan 80 berdasarkan tingkat pengalaman dalam melakukan usaha tersebut. 86 Jamur tiram putih ditempatkan pada wadah yang bersih dan diletakkan di suhu kamar dengan temperatur + 20 C. Kemudian dilakukan pengemasan menggunakan kantung plastik transparan ukuran 5 kg. Pengemasan merupakan suatu cara untuk melindungi produk. Syarat-syarat yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kemasan yang akan digunakan diantaranya harus melindungi komoditas yang dikemas dan tidak mengandung zat yang dapat mengandung kesehatan manusia. Pengemasan yang baik, maka akan dapat memperoleh beberapa keuntungan, yaitu produk yang dikemas dapat terhindar dari kerusakan mekanis dan fisiologi, selain itu mutu produk dapat dipertahankan sampai ke tangan pedagang dan konsumen akhir sehingga tidak menurunkan nilai jual dan memudahkan dalam pemasarannya. Pengemasan hasil panen yang akan dipasarkan menggunakan plastik kemasan ukuran 40 cm x 60 cm . Plastik yang dibutuhkan sehari kurang lebih 18 lembar plastik. Proses pengemasan divakumkan agar jamur tiram putih lebih awet, setelah selesai kemudian langkah selanjutnya siap dipasarkan. 87

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Analisis Biaya Usaha Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah

Biaya usaha jamur tiram putih yang dikeluarkan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha jamur tiram putih. Biaya total yang dikeluarkan terdiri atas biaya tunai dan biaya diperhitungkan biaya tidak tunai. Biaya tunai adalah biaya yang langsung dikeluarkan petani dalam bentuk Rupiah yang harus dimiliki petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya seperti biaya pembelian bibit, pembelian bahan baku dan pendukung serta upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani, modal, dan menilai kerja keluarga. Tenaga kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yang berlaku. Biaya penyusutan peralatan, bangunan dan sewa lahan milik sendiri juga dapat dimasukkan ke dalam biaya diperhitungkan.

5.1.1 Biaya Tunai

Biaya tunai merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam bentuk tunai. Biaya tunai dalam penelitian ini meliputi biaya pembelian bibit, serbuk kayu, dedak, kapur, gipsum, plastik media, karet gelang, kayu bakar, cincin bambu, kertas, spirtus, alkohol, gaji tenaga kerja baglog, bonus lembur tenaga kerja baglog, biaya transportasi baglog, biaya listrik dan air, biaya paket pembangunan kumbung budidaya, plastik kemasan jamur, transportasi pemasaran jamur, gaji tenaga kerja jamur, dan bagi hasil.