Pengertian Keroncong Sejarah Musik Keroncong

Disamping dipengaruhi oleh bahasa, Keroncong ini juga dipengaruhi oleh kesenian dan kebudayaan masing-masing daerah. Kemudian setelah Tanjung Priuk menjadi pelabuhan yang besar dan migrasi penduduk sangat besar terjadi di Jakarta, terjadilah perubahan dimana musik Keroncong mulai mengalir ke daerah lain diluar pulau Jawa. Dari Kampung Tugu pula Keroncong terus merambah ke berbagai daerah di tanah air. Beberapa daerah yang menjadi persinggahan musik Keroncong adalah Sulawesi Utara, Maluku dan Sumatera Barat. Lagu-lagu Nina Bobok, Terang Bulan, O Ina Ni Keke, Kole Kole, Rasa Sajang Kene, Rasa Sajange, Burung Kakatua, Patokaan, Hoe Tjintjin, Ajun Ajun adalah lagu-lagu kroncong yang berasal dari Sulawesi Utara dan Maluku yang populer pada masa itu. Sementara itu dari Padang, Sumatera Barat, muncul lagu Keroncong pertama yang berjudul Pulau Pandan gubahan S.M. Mochtar, pianis orkes studio Nirom di Surabaya. Lagu ini di Sumatera terkenal sebagai lagu komidi stambul, yang berkeliling Indonesia tahun 1900-an, mengiringi adegan-adegan cerita yang menguras air mata. Cengkok, gregel, dan embat-nya mengesankan gaya lagu Melayu. Pada masa inilah perkembangan Keroncong melahirkan lagu jenis Stambul. Dari Sumatera barat kemudian Keroncong mengalir ke berbagai daerah di Pulau Sumatera, termasuk Sumatera Utara.

3.1.3. Pengertian Keroncong

Kampung Tugu disebut sebagai tempat lahirnya musik Keroncong di Indonesia, akan tetapi tidak ada seorang pun yang tahu persis dari mana istilah Universitas Sumatera Utara musik itu berasal. Banyak versi tentang istilah Keroncong. Salah satunya adalah gelang Keroncong, yaitu lima hingga sepuluh gelang yang dikenakan di lengan kaum hawa. Jika lengannya berlenggang ketika berjalan, gelang-gelang itu bersentuhan dan menimbulkan suara crong…crong….crong. Sebutan Keroncong, juga dikatakan berasal dari rangkaian gelang yang terdiri dari tiga ukuran yang selain dipergunakan sebagai perhiasan biasa dan perhiasan tari, juga perhiasan kuda yang menarik delman atau andong. Gelang yang kemudian disebut gelang Keroncong itu menimbulkan tiga suara sesuai dengan ukurannya: cring…cring…cring kecil, crung…crung… crung sedang dan crong …crong… crong besar. Pemeran karakter wayang orang juga mengenakan gelang Keroncong, sebagaimana yang bisa terlihat dalam lukisan wayang kulit, di pergelangan tangan dan kakinya. Ada juga teh Keroncong, yang disajikan dengan sebuah gelas atau cangkir. Teh yang sudah berada dalam gelas atau cangkir diseduh dengan air panas, lalu dihirup selagi hangat, semakin sedikit air yang tersisa teh menjadi lebih kental dan sepet, semakin nikmat. Teh Keroncong ini juga dikenal sebagai teh tubruk. Kemudian nasi Keroncong, yang sekarang kita kenal sebagai nasi liwet, karena cara masaknya yang sama 15 . Ukulele sejenis gitar kecil short neck lute disebut juga sebagai alat musik Keroncong. Jika seorang memainkan alat musik itu, disebut sedang main keroncong, maksudnya adalah dia sedang memainkan alat musik Keroncong. Namun pengertiannya kemudian menjadi memainkan musik keroncong. 15 Dani Baskara dalam tulisan di www.gitaris.com dengan judul “Sejarah Musik Keroncong” Universitas Sumatera Utara Alat musik yang sering digunakan oleh grup musik Keroncong pada saat itu adalah Gitar long neck lute, Ukulele Cuk short neck lute yang berdawai 3, Ukulele Cak short neck lute yang berdawai 4, Flute aerophones side blow, Biola bowed chordophones, Cello bowed chordophones dan Kontra Bass long neck lute. Setiap alat musik mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Ukulele dan Kontra Bass berfungsi untuk menjaga irama, gitar dan Celo mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasanornamen, sedangkan Flute mengisi melodi hiasan, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong 16 . Bentuk grup musik Keroncong yang sejak dulu hingga saat ini adalah Keroncong yang disertai dengan penyanyi dan Keroncong yang hanya menggunakan instrumen saja.

3.2. Sejarah Grup Musik Keroncong di Desa Lobu Singkam