bagaimana pengaturan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance.
Hal-hal di atas kiranya menjadi stimulus dalam menulis skripsi ini sekaligus mengetengahkan permasalahan sebelum diuraikan lebih lanjut lagi
dalam bab-bab berikutnya. Oleh karena hal-hal di atas maka penulis mengambil
judul ”Tinjauan Yuridis Manajemen Risiko pada Bank dalam Kaitannya dengan Bancassurance”.
B. Rumusan Permasalahan
Ada beberapa masalah pokok yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini, yaitu:
b. Apa saja manfaat ekonomis dan non ekonomis yang ditimbulkan bagi
bank berkaitan dengan bancassurance? c.
Apa saja risiko yang kemungkinan bisa terjadi pada bank bila mengabaikan manajemen risiko yang diatur dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No.1235DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan
Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi Bancassurance?
d. Bagaimana pengaturan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya
dengan bancassurance?
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
Penulisan skripsi ini berusaha memaparkan permasalahan berkaitan dengan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance.
Maka berdasarkan uraian latar belakang di atas secara rinci tujuan pokok dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apa saja manfaat ekonomis dan non ekonomis yang
ditimbulkan bagi bank berkaitan dengan bancassurance. b.
Untuk mengetahui apa saja risiko yang kemungkinan bisa terjadi pada bank bila mengabaikan manajemen risiko yang diatur dalam Surat Edaran
Bank Indonesia No.1235DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal
Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi Bancassurance.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan manajemen risiko pada bank
dalam kaitannya dengan bancassurance. Tentu saja salah satu tujuan dari pembuatan dan pembahasan materi dalam
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Manfaat Penulisan
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, adapun beberapa manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Manfaat Teoritis Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu hukum
serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna membangun argumentasi ilmiah terhadap penerapan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya
dengan bancassurance. b. Manfaat Praktis
Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, sumbangan pemikiran bagi masyarakat luas, pelaku usaha yang
bergerak di bidang perbankan dan perusahaan asuransi di Indonesia dalam memanajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi dengan judul ”Tinjauan Yuridis Manajemen Risiko pada Bank dalam Kaitannya dengan Bancassurance” berdasarkan pemeriksaan arsip
hasil-hasil penulisan skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara belum pernah dilakukan, sedangkan penulisan yang berkaitan dengan bancassurance
sudah pernah ditulis oleh penulis sebelumnya namun membahas tinjauan hukum terhadap praktek bancassurance melalui perbankan dikaitkan dengan UU No. 10
Tahun 1998 tentang perbankan dengan mengadakan studi kasus pada PT Bank Negara yang dilakukan oleh Saudari Miranda Munthe. Penulisan tersebut
mempunyai pokok permasalahan yang berbeda dengan penulisan skripsi yang dilakukan penulis saat ini. Dengan demikian penulisan skripsi ini merupakan
penulisan yang pertama dan asli adanya. Penulisan skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran dan juga referensi dari buku-buku, peraturan perundang-undangan
Universitas Sumatera Utara
yang berkaitan dengan perbankan, usaha perasuransian, manajemen risiko terhadap bancassurance, serta informasi yang diperoleh dari media cetak dan
elektronik.
E. Tinjauan Kepustakaan
Penulisan skripsi dengan judul ”Tinjauan Yuridis Manajemen Risiko pada Bank dalam Kaitannya dengan Bancassurance” ini mengetengahkan beberapa
istilah yang selanjutnya akan sering dipergunakan. Oleh karena itu, agar memperoleh kesatuan pemahaman terhadap apa yang dimaksudkan dalam
penulisan skripsi ini maka istilah tersebut akan ditinjau terlebih dahulu.
1. Sistem Keuangan
Sistem keuangan terdiri dari dua kata, yaitu “sistem” dan “keuangan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yang
secara terstruktur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sedangkan keuangan diartikan sebagai seluk beluk uang atau urusan uang. Dalam pengertian
yang lain, keuangan diartikan sebagai pengetahuan teori dan praktik mengenai keuangan yang mencakup uang, kredit, perbankan, sekuritas, investasi, valuta
asing, penjaminan emisi, kepialangan, trust, dan sebagainya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya sistem keuangan
adalah suatu sistem yang dibentuk oleh lembaga-lembaga yang mempunyai kompetensi yang berkaitan dengan seluk-beluk di bidang keuangan.
23
23
Hermansyah, Op. Cit., hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
Definisi sistem keuangan berbeda-beda tergantung pada apa yang hendak ditekankan. Dari sudut moneter, sistem keuangan didefinisikan sebagai suatu
sistem yang terdiri dari otoritas moneter dan di luar otoritas moneter. Sistem moneter terdiri dari otoritas moneter, dan bank-bank pencipta uang giral,
sedangkan lembaga keuangan lainnya termasuk dalam kelompok di luar sistem moneter.
24
Definisi lainnya memberikan penekanan pada pembedaan lembaga keuangan menjadi dua, yaitu: lembaga keuangan bank bank financial
intermediary dan lemmbaga keuangan bukan bank non bank financial intermediary.
25
Sedangkan Menurut Dr. Insukindro, M.A., dalam bukunya Ekonomi Uang dan Bank, sistem keuangan financial system pada umumnya merupakan suatu
kesatuan sistem yang dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada dan yang kegiatan utamanya di bidang keuangan adalah menarik dana dari dan
menyalurkannya kepada masyarakat. Lembaga-lembaga keuangan bank merupakan bagian dari sistem
moneter, sedangkan lembaga-lembaga keuangan bukan bank berada di luar sistem moneter.
26
24
Achwan, Harry Tjahjono dan Totok Subjakto, 1993 hal. 1-2 dalam Rachmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 22.
Keberadaan sistem keuangan ini diharapkan dapat melaksanakan fungsinya sebagai lembaga perantara keuangan
financial intermediation dan lembaga transmisi yang mampu menjembatani mereka yang kelebihan dana dan kekurangan dana serta memperlancar transaksi
ekonomi.
25
Ibid.
26
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Dr. Insukindro mengemukakan bahwa di Indonesia, sistem keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sistem moneter dan lembaga
keuangan lainnya. Sistem moneter terdiri atas otoritas moneter dan sistem Bank Umum commercial bank.
27
Selain sistem moneter sebagaimana telah diuraikan di atas, lembaga keuangan bukan bank juga merupakan bagian dari sistem keuangan. Pada
prinsipnya lembaga keuangan bukan bank tidak dapat digolongkan ke dalam sistem moneter dan perbankan. Oleh karena itu, lembaga keuangan bukan bank ini
Dengan demikian, berdasarkan pengelompokkan sistem keuangan di atas, dapat dinyatakan bahwa otoritas moneter dan sistem
perbankan adalah bagian dari sistem moneter di Indonesia. Otoritas moneter tersebut adalah otoritas moneter sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia jo. Undang Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, yang secara tegas menyatakan bahwa Bank Indonesia adalah penanggung jawab otoritas kebijakan moneter yang lazim disebut otoritas
moneter. Di samping otoritas moneter, Bank Umum yang merupakan bagian dari sistem perbankan Indonesia adalah sistem perbankan sebagaimana yang diatur
dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jo. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan. Ini berarti bahwa sistem moneter berhubungan erat dengan Bank Sentral dan lembaga keuangan bank.
27
Ibid., hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
sering pula disebut sebagai lembaga keuangan sektor non moneter non monetary sector.
28
Lembaga keuangan bukan bank adalah suatu badan yang melakukan kegiatan di bidang keuangan berupa usaha menghimpun dana, memberikan kredit,
sebagai perantara dalam usaha mendapatkan sumber pembiayaan, dan usaha penyertaan modal, semuanya itu dilakukan secara langsung atau tidak langsung
melalui penghimpunan dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga, dengan demikian lembaga keuangan bukan bank beroperasi lebih banyak di pasar
uang dan modal.
29
Adapun dana yang diperolehnya bersifat jangka panjang dan disalurkannya kepada masyarakat terutama guna pembiayaan pembangunan
industri dan prasarananya serta pembangunan ekonomi lainnya.
30
Sebagai lembaga keuangan bukan bank, lembaga tersebut tidak diperkenankan untuk menerima simpanan baik dalam bentuk giro, deposito
maupun tabungan.
31
Melihat dari segi usaha pokoknya yang dilakukan oleh lembaga keuangan bukan bank, maka terdapat dua sektor yang digelutinya, yaitu:
Penghimpunan dana hanya dapat dilakukan dengan pengeluaran kertas-kertas berharga. Di Indonesia dana yang terhimpun dari dalam
negeri tersebut tidak diperkenankan diinvestasikan di luar negeri.
32
a. Sektor pembiayaan pembangunan berupa pemberian kredit jangka
panjangmenengah serta melakukan penyertaan modal.
28
Dahlan Siamat, 1995, hal. 60 dalam Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 43.
29
Muhammad Djumhana, 1996, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 63.
30
Ibid., hal. 64.
31
Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 43. Bandingkan dengan Muhammad Djumhana, Op. Cit., 64.
32
Ibid., hal. 64.
Universitas Sumatera Utara
b. Sektor usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
bidang-bidang tertentu seperti memberikan pinjaman kepada masyarakat berupa pegadaian.
Secara garis besar lembaga keuangan bukan bank terdiri dari beberapa jenis yaitu:
33
a. Perusahan Pembiayaan Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan merupakan
lembaga keuangan bukan bank yang khusus melakukan kegiatan-kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak
menarik dana secara langsung dari masyarakat. Dari pengertian ini, terlihat kegiatan usaha perusahaan pembiayaan berbeda dengan kegiatan usaha bank,
sehingga pilihan sumber dana pembiayaan pembangunan tidak hanya mengandalkan perbankan. Otoritas pemberi izin usaha pembiayaan adalah
Departemen Keuangan, sedangkan pembinaan dan pengawasannya dilakukan oleh Bank Indonesia.
b. Perusahaan Perasuransian Usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun
dana masyarakat melalui penghimpunan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuaransi terhadap kemungkinan
timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.
34
33
Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 45.
Adapun dana yang terkumpul kemudian disalurkan bagi tujuan investasi. Investasi perusahaan asuransi dapat dilakukan dalam bentuk,
34
Muhammad Djumhana, Op. Cit., hal. 64.
Universitas Sumatera Utara
deposito berjangka dan sertifikat deposito, pembelian surat-surat berharga, penyertaan langsung, bangunan dan tanah, pinjaman hipotok dan pinjaman polis.
c. Dana Pensiun Penyelenggaran dana pensiun diatur dengan Undang-Undang No. 11
Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun, berupa
pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta. Adapun jenis penyelenggara dana pensiun, yaitu:
35
1. Dana pensiun pemberi kerja, yaitu dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan.
2. Dana pensiun lembaga keuangan, yaitu dana pensiun yang dibentuk oleh bank, atau perusahaan asuransi jiwa.
d. Pasar Modal Setelah ditetapkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, maka telah tersedia perangkat hukum bagi kegiatan pasar modal yang merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk usaha
menengah dan kecil untuk pembangunan usahanya dan juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan menengah.
Pasar modal diartikan sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
36
35
Ibid., hal. 65.
Universitas Sumatera Utara
e. Pegadaian Menurut ketentuan Pasal 1150 KUH Perdata,
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang atau oleh
seorang lain yang atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan atas barang tersebut secara
didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkannya
untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, jelaslah bahwa dalam gadai ada kewajiban dari seorang calon nasabah atau calon debitor untuk menyerahkan barang
bergerak yang dimilikinya sebagai jaminan pelunasan utang, serta memberikan hak kepada si berpiutang kantor pegadaian untuk melakukan penjualan atau
pelelangan atas barang tersebut apabila si debitor tidak mampu menebus kembali barang yang dimaksud dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Keberadaan lembaga pegadaian telah semakin penting dan strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional khususnya bagi masyarakat golongan
menengah ke bawah. Sifat dari lembaga pegadaian ini adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasar
atas prinsip pengelolaan perusahaan.
37
Lembaga pegadaian adalah suatu lembaga penyalur kredit. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, lembaga pegadaian akan memberikan pinjaman
36
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
37
Hermansyah, Op. Cit., hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
tunai dalam jangka pendek kepada setiap orang dengan persyaratan dan prosedur yang mudah dan sederhana.
38
2. Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan istilah yang terdiri dari kata “manajemen” dan “risiko”. Kata manajemen berasal dari bahasa inggris “management” yang
berasal dari kata dasar “manage”.
Definisi manage menurut kamus Oxford adalah “to be in charge or make decisions in a business or an organization” memimpin atau membuat keputusan
di perusahaan atau organisasi. Dan definisi management menurut kamus Oxford adalah “the control and making of decisions in a business or similar
organization” pengendalian dan pembuatan keputusan di perusahaan atau organisasi sejenis. Pengertian managemen yang kedua masih menurut oxford
adalah “the process of dealing with or controlling people or things” proses berurusan dengan atau mengendalikan orang atau benda.
39
Rumusan mengenai pengertian manajemen yang lain dapat ditemui di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pengertian manajemen menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya
perusahaan dan organisasi.
40
38
Ibid., hal. 15.
39
http:kangmoes.comartikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definipengertian-manajemen .
html, diakses pada 22 Januari 2011.
40
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 870.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pengertian risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah akibat yang kurang menyenangkan merugikan atau membahayakan dari
suatu perbuatan atau tindakan atau kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.
41
Di samping itu, risiko juga dapat diartikan sebagai potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa events tertentu. Hubungan
antara risiko dan hasil secara alami berkorelasi secara linier negatif. Semakin tinggi hasil yang diharapkan, semakin besar untuk dihadapi.
42
Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa manajemen risiko adalah suatu usaha secara rasional untuk menghindari atau mengurangi kerugian
atau cidera.
43
Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter yang salah satu tugasnya mengatur dan mengawasi bank, telah mewajibkan Bank Umum untuk
menerapkan manajemen risiko. Berdasarkan Pasal 1 ayat 5 Peraturan Bank Indonesia No.1125PBI2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia
No. 58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh usaha Bank.
41
Ibid., hal. 1177.
42
Pasal 1 ayat 4 Peraturan Bank Indonesia No. 1125PBI2009 Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 58PBI2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank
Umum.
43
William A. Numans, 1943, hal. 3, dalam Kasidi, Op. Cit., hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
3. Bancassurance
Judul skripsi ini pada prinsipnya akan membahas tentang bancassurance. Bancassurance berasal dari bahasa Inggris yaitu berasal dari kata bank dan
insurance. Menurut Undang-Undang Perbankan, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
44
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang
dalam masyarakat terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
45
Menurut Sudarsono, bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya dengan cara memberikan kredit dan jasa dalam
lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
46
Sedangkan menurut A. Abdurrachman, bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan
berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-
benda berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain.
47
Sedangkan pengertian “insurance”, atau asuransi atau sering disebut pertanggungan dalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima uang premi,
44
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 Tentang Perbankan.
45
Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., hal. 135.
46
Sudarsono, 1992, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 46.
47
A. Abdurrachman, 1980, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perbankan, Pradyna Paramitha, Jakarta, hal. 79.
Universitas Sumatera Utara
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.
48
Berdasarkan Undang- Undang Usaha Perasuransian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima uang premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
49
Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu akan
membayar uang kepada pihak yang lain, bila terjadi kecelakaan dan sebagainya, sedang pihak yang lain akan membayar iuran.
50
Berdasarkan beberapa pengertian bank dan asuransi di atas dapat disimpulkan bahwa bancassurance adalah merupakan aktivitas hukum yang
timbul dari perjanjian antara perusahaan asuransi dengan pihak bank dimana bank sepakat bertindak sebagai agen penjualan produk-produk asuransi di dalam
wilayah jangkauan pasar yang dimiliki oleh bank tersebut.
51
48
Pasal 246 KUHD.
49
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.
50
W.J.S. Poerwadarminta, 1991, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, hal. 753.
51
Ricardo Simanjuntak, Tinjauan Hukum Bancassurance di Indonesia, Wartawan Ekonomi, No. 2 Januari 2006, hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
Surat Edaran Bank Indonesia No. 1235DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas
Kerjasama Permasaran dengan Perusahaan Asuransi Bancassurance memberikan definisi bancassurance adalah aktivitas kerjasama antara bank
dengan perusahaan asuransi dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui bank.
F. Metode Penulisan 1.
Jenis Penelitian
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum dapat dibagi dalam dua kelompok
52
Studi kepustakaan merupakan metode tunggal yang digunakan dalam penelitian normatif. Sedang bagi penelitian empiris sosiologis, studi kepustakaan
merupakan metode pengumpulan data yang dipergunakan bersama-sama metode lain seperti wawancara, pengamatan observasi dan kusioner.
yaitu penelitian hukum normatif yang terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian hukum terhadap sistematika hukum, penelitian
terhadap taraf sinkronisasi hukum., penelitian sejarah hukum, penelitian perbandingan hukum. Sedangkan jenis penelitian hukum kedua adalah penelitian
hukum sosiologis empiris yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan penelitian terhadap efektivitas hukum.
53
52
Soerjono Soekanto Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, PT RadjaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 42.
Pada penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif yaitu sebuah
53
Bambang Waluyo, 1996, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 50.
Universitas Sumatera Utara
bentukjenis penelitian yang mengandalkan data dan informasi tentang hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.
2. Data dan Sumber Data
Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan juga tersier.
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang sifatnya mengikat dan berkaitan erat dengan masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan
perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia No.58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum sebagaimana telah
diubah dengan Peratuan Bank Indonesia No. 1125PBI2009, Surat Edaran Bank Indonesia No. 1235DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan
Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi Bancassurance, Undang-Undang No. 2 tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian dan peraturan-peraturan lain mengenai manajemen risiko pada bank berkaitan dengan bancassurance.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya di kalangan hukum yang ada
relevansinya dengan masalah-masalah yang akan diteliti, berupa buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum
primer danatau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum, ensiklopedi, majalah, media massa, internet dan sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian kepustakaan Library Research. Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan
dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan penelitian terhadap berbagai
sumber bacaan, buku-buku, berbagai literatur, dan juga peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya
dengan bancassurance. Metode Library Research adalah mempelajari sumber- sumber atau bahan-bahan tertulis yang dijadikan bahan dalam penulisan skripsi
ini.
4. Analisis Data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan
untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan:
54
a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.
54
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Peneltian Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 45.
Universitas Sumatera Utara
b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian. c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, asas atau doktrin.
d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin yang ada.
e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan kemudahan dalam membaca, memahami makna dan dapat pula memperoleh
manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang sangat berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika dari penelitian
ini terdiri dari: BAB I :
PENDAHULUAN Bab I ini akan membahas mengenai latar belakang penulisan
skripsi, perumusan masalah, yang dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,
metode penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK
Bab ini merupakan bab yang memberikan penjelasan tentang Bank dan Manajemen Risiko. Pada bab ini penulis menjelaskan hal-hal
berkaitan dengan pengertian bank, asas, fungsi dan tujuan perbankan, jenis dan usaha bank, dan pengaturan tentang bank. Di
Universitas Sumatera Utara
samping itu, penulis menjelaskan pengertian manajemen risiko, fungsi dan tujuan manajemen risiko serta jenis-jenis risiko yang
dihadapi bank. BAB III :
BANCASSURANCE Bab ini menguraikan tentang pengertian bancassurance, latar
belakang timbulnya bancassurance, manfaat bancassurance serta bentuk-bentuk bancassurance.
BAB IV : TINJAUAN YURIDIS MANAJEMEN RISIKO PADA BANK
DALAM KAITANNYA DENGAN BANCASSURANCE Bab ini menguraikan tentang apa saja manfaat ekonomis dan non
ekonomis yang ditimbulkan bagi bank berkaitan dengan bancassurance, apa saja risiko yang kemungkinan bisa terjadi pada
bank bila mengabaikan manajemen risiko yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.1235DPNP tanggal 23 Desember
2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang
Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi Bancassurance dan bagaimana pengaturan manajemen
risiko pada bank dalam kaitannya terhadap bancassurance yang meliputi pembahasan tentang bagaimana konsep penerapan
manajemen risiko dalam rangka bancassurance, pelaporan dan tata cara pengenaan sanksi dihubungkan dengan Surat Edaran Bank
Indonesia No.1235DPNP tanggal 23 Desember 2010 Perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi Bancassurance.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini dimana Penulis akan membuat kesimpulan dari keseluruhan uraian
skripsi sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini dan memberikan beberapa saran yang diajukan penulis
sehubungan dengan manajemen risiko pada bank dalam kaitannya dengan bancassurance.
Universitas Sumatera Utara
BAB II BANK DAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK
A. Bank dan Perbankan 1. Pengertian Bank
Apabila menelusuri sejarah dan terminologi “bank” maka ditemukan bahwa bank berasal dari bahasa Italia, “banca” yang berarti bence yaitu suatu
susunan bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan
duduk di bangku-bangku halaman pasar.
55
Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah
bangku secara resmi dan popular menjadi bank.
Istilah ini sangat berbeda dengan pengertian bank yang dinyatakan dalam Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
55
A. Abdurrachman, 1991, hal. 80 dalam Munir Fuady, Op. Cit., hal. 13.
Universitas Sumatera Utara