26
Berisi tentang rangkuman keseluruhan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi, dan saran.
BAB 2
KAJIAN TEORI
Pada bab dua peneliti akan memaparkan mengenai definisi kepuasan kerja karyawan, penelitian-penelitian mengenai kepuasan kerja karyawan, aspek-aspek kepuasan kerja
karyawan, faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, pengukuran kepuasan kerja karyawan, definisi persepsi, kepemimpinan, kepemimpnan transformasional,
pengukuran kepemimpinan transfomasional, definisi motivasi, definisi motivasi kerja, teori dua faktor, pengukuran motivasi kerja, hubungan kepuasan kerja dan kepemimpinan
transformasional, hubungan kepuasan kerja dan motivasi kerja, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
2.1 Kepuasan Kerja
2.1.1 Definisi kepuasan Kerja
Locke Lathan 1976 dalam Tella 2007 mendefinisikan kepuasan kerja secara komperenshif yaitu sebagai sesuatu yang menyenangkan atau positif emosional yang
dihasilkan dari penilaian suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan yang beranggapan seberapa baik pekerjaan yang telah diberikan dan
dianggap penting untuk perusahaan. Berikut adalah kutipan tulisannya Locke, 1976 dalam Tella, 2007 :
27
“ Locke and Lathan 1976 give a comprehensive definition of job satisfaction as pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of ones job or job experience. Job
satisfaction is a result of employees perception of how well their job provides those things that are viewed as important “.
Dengan demikian, kepuasan kerja sering didefinisikan sebagai keadaan emosional yang menyenangkan yang diasosiasikan dengan situasi kerja atau pekerjaan Locke, 1976
dalam Johnson, 2004. Selain itu, Berry 1998 dalam Gurbuz 2007 mendefinisikan kepuasan kerja sebagai reaksi dari individu ke lingkungan kerja. Dalam hal ini, kepuasan
kerja ditunjukan pada gambaran respon karyawan terhadap pekerjaannya . Robbins 2007 mendefinisikan bahwa kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif
tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Sedangkan menurut Spector 1997 kepuasan kerja dianggap sebagai suatu perasaan
seseorang secara umum terhadap pekerjaannya ataupun sebagai rangkaian yang saling berhubungan dari sikap – sikap seseorang terhadap aspek – aspek pekerjaannya. Kepuasan
kerja telah lama dipandang oleh peneliti sebagai cara untuk menilai respon afektif pekerja pada pekerjaannya karena itu merupakan jenis sikap kerja yang generik Firebaugh and
Harley, 1995 dalam Bird, 2000. Kepuasan kerja tersebut menggambarkan tingkatan seseorang yang merasa puas atau
tidak terhadap pekerjaannnya. Menurut Robert dan Kinicki 2001 menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah suatu respon emosional atau perasaan seorang pekerja terhadap
berbagai macam aspek dari suatu pekerjaannya. Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa seseorang bisa secara relatif puas pada satu aspek pekerjaannya dan juga merasa tidak puas
pada satu atau lebih dalam aspek pekerjaan yang lainnya. Kemudian Howell dan Dipboye 1986 dalam Munandar 2008 menjelaskan bahwa
kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga
28
kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya. Dengan kata lain, kepuasan kerja ditunjukan pada sikap tenaga kerja terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja sangat relevan untuk semua
orang yang tertarik pada subjektif evaluasi terhadap kondisi kerja seperti responsibility, task variety, or communication requirements
Hackman and Oldham, 1980 dalam Dorman, 2001
.
Job satisfaction is important in its own right as a part of social welfare, and this simple taxonomy [of a good job] allows a start to be made on such questions as ‘In what respects
are older workers’ jobs better than those of younger workers?’ and vice versa, ‘Who has the good jobs?’ and ‘Are good jobs being replaced by bad jobs?’. In addition, measures of
job quality seem to be useful predictors of future labour market behaviour. Workers’ decisions about whether to work or not, what kind of job to accept or stay in, and how hard
to work are all likely to depend in part upon the worker’s subjective evaluation of their work, in other words on their job satisfaction.
Clark, 1998 dalam Erofound, 2007 Berdasarkan pernyataan diatas dapat diasumsikan kepuasan kerja sangat penting
dalam diri individu karena sebagai bagian dari kesejahteraan sosial dan membentuk pekerjaan yang baik. Selain itu, sebagai ukuran kualitas kerja yang menjadi prediktor berguna untuk
perilaku masa depan pasar tenaga kerja. Dalam Umar 2008 para ahli banyak mendefinisikan kepuasan kerja dengan berbagai macam statement, seperti ada yang menyebutkan kepuasan
kerja sebagai perasaan seseorang terhadap pekerjaannya Herbert dkk, 1976, kemudian ada yang mendefinisikan kepuasan kerja sebagai “positive emotional state” Athanasiou, 1973,
atau refleksi dari “job attitude” yang bervalensi positif Vroom, 1964. Dengan demikian, dari beberapa definisi kepuasan kerja yang peneliti kutip dari
berbagai sumber bacaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Pada penelitian ini peneliti mengambil teori dari
Spector 1997, karena pada teori ini lebih menggambarkan pada situasional dan kondisi
29
kerja karyawan serta menjelaskan bahwa pada dasarnya ada suatu kebutuhan yang mengkondisikan individu untuk mendapatkan kepuasan kerja Robbins, 2007
2.1.2 Penelitian – penelitian mengenai kepuasan kerja