50
2.3.4 Pengukuran Motivasi Kerja .
Pengukuran motivasi kerja diambil dari Skala Sikap yang berdasarkan faktor-faktor motivasi yang telah dikemukakan oleh Herzberg, yaitu achievement, responsibility,
recognition , work itself, advancement, interpersonal relations, supervision, salary, job
security , company policy and administration, serta working condition. Skala ini digunakan
sebagai alat ukur karena skala ini memuat faktor-faktor motivasi kerja menurut Herzberg, sehingga dengan menggunakan skala ini dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat
memberikan sumbangan dalam memotivasi kerja karyawan. Penilaian yang diberikan partisipan dalam bentuk respon terhadap kuesioner dengan 5 pilihan jawaban, yaitu dari
Sangat Tidak Sesuai STS, Tidak Sesuai TS, Raguragu R, Sesuai S, hingga Sangat Sesuai SS.
Pengukuran motivasi kerja dapat dilakukan dengan menggunakan The Motivational at Work Scale
Gagné, M.,et al, 2010 dalam Ayub, 2011. MAWS terdiri dari 12 item. Setiap subskala terdiri dari tiga item dari intrinsik nomor 4, 8, 12, Diidentifikasi item 3, 7,
11, Introjected item, 2, 6, 10, dan ekstrinsik item 1, 5, . 9 Skala Peringkat berkisar dari 1 = tidak sama sekali, 2 = sangat sedikit, 3 = sedikit, 4 = cukup, 5 = sangat; 6 = sangat
kuat; 7 = persis. MAWS ditemukan secara internal konsisten pada tingkat = 0,824.
51
2.3.5 Hubungan kepemimpinan Transformasional dan Kepuasan kerja
Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli, bahwa kepemimpinan transformasional memiliki hubungan dengan kepuasan kerja karyawan. Lashbrook 1997
dalam Voon 2011 menyatakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional sangat berperan penting dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Beberapa peneliti
menemukan bahwa gaya kepemimpinan yang berbeda akan mengarahkan pada lingkungan kerja yang berbeda, serta secara langsung mempengaruhi kepuasan kerja karyawan Bogler
dkk, 2001 dalam Voon, 2011. Bass 1985 mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional pada dasarnya dapat mendorong pada kepuasan pekerjaan yang lebih,
mengingat kemampuannya untuk memberikan misi dan stimulasi intelektual. Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan transformasional cenderung
mendorong dan memotivasi para pengikut mereka untuk mengambil tanggung jawab lebih dan otonomi Emery Barker, 2007 dalam Voon, 2011 sehingga meningkatkan pemahaman
karyawan dan kepuasan prestasi dengan pekerjaan mereka. Kepemimpinan transformasional telah banyak dikaitkan dengan konsekuensi individu dan organisasi positif Bass, 1990. Ini
gaya kepemimpinan yang ditemukan berkorelasi positif dengan persepsi kerja karyawan, pemimpin dan organisasi. Selain itu, Watson 2009 mengemukakan bahwa teori
kepemimpinan transformasional menggabungkan perilaku, faktor situasional dan relasional dan karenanya tetap relevan untuk mempelajari pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan
kerja dan komitmen organisasi.
52
Voon 2011 melakukan penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja. Dalam penelitiannya hasil penelitian bahwa gaya kepemimpinan
transformasional memiliki hubungan positif dengan kepuasan kerja dalam organisasi pemerintah. Sebuah studi, secara keseluruhan telah bahwa gaya kepemimpinan
transformasional memiliki hubungan positif dengan kepuasan kerja. Sedangkan Bushra 2011 dalam penelitiannya bahwa adanya hubungan positif antara kepemimpinan
transformasional dan kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan temuan-temuan statistik pada kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional untuk membawa
perubahan 42 pada kepuasan kerja secara keseluruhan. Oleh karena itu, temuan penelitian ini mendukung hipotesis 1 dan membuktikan bahwa dengan menggunakan gaya
kepemimpinan transformasional, pemimpin dapat membuat staf lebih puas. Jika karyawan puas dengan pekerjaan mereka, mereka akan melakukan yang lebih
baik. pemimpin yang menggunakan kepemimpinan transformasional memiliki tingkat lebih tinggi dalam membentuk kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan temuan ini bahwa
kepemimpinan transformasional adalah sebuah konsep modern dalam subjek kepemimpinan yang lebih disukai oleh organisasi karyawan. Sebuah studi oleh Parry Proctor-Thompson
2003 dalam menemukan pengaruh kepemimpinan di suatu perusahaan yang bahwa kepemimpinan transformasional mengarah pada kinerja dan kepuasan kerja karyawan yang
lebih tinggi. Selain itu, sebuah studi terbaru oleh Tambang 2008 dalam Hukpati 2009 di
sekolah umum di Siprus bahwa perilaku kepemimpinan transformasional kepala sekolah diidentifikasikan secara signifikan dan positif mempengaruhi kepuasan kerja guru. Studi lain
yang ditemukan oleh Ejimofor dkk 2007 dalam Hukpati 2009 juga hubungan yang positif kepemimpinan transfomasional dan kepuasan kerja pada di Pertambangan lembaga
publik. Namun studi lain antara lembaga-lembaga pelayanan publik dan sektor swasta di
53
Norwegia oleh Hetland Sandal 2003 dalam Hukpati 2009 juga menemukan kepemimpinan transformasional dalam lembaga-lembaga baik swasta dan publik sebagai
memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan kepuasan kerja karyawan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional dianggap cocok sebagai variabel yang
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.
2.3.6 Hubungan Motivasi kerja dan Kepuasan Kerja