53
Norwegia oleh Hetland Sandal 2003 dalam Hukpati 2009 juga menemukan kepemimpinan transformasional dalam lembaga-lembaga baik swasta dan publik sebagai
memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan kepuasan kerja karyawan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional dianggap cocok sebagai variabel yang
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.
2.3.6 Hubungan Motivasi kerja dan Kepuasan Kerja
Berdasarkan berbagai literatur yang peneliti temui, motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Lambrou 2010 mengemukakan
bahwa kepuasan kerja dan motivasi saling bekerja sama untuk meningkatkan kinerja di dalam suatu organisasi. Sedangkan, Frankl 1984 dalam Lather 2005 bahwa motivasi
mencerminkan tingkat individu yang menemukan makna pada pekerjaannya sehingga menimbulkan kepuasan dalam bekerja.
Menurut Webster 2008 dalam Shief 2008 menjelaskan bahwa motivasi dapat didefinisikan sebagai drive, stimulus atau insentif yang mendorong individu untuk mencapai
tujuan pribadi dan organisasi. Psikolog telah lama mempelajari aspek yang menyebabkan kepuasan kerja bagi karyawan dan mencoba untuk menjelaskan apa yang memotivasi orang
untuk mencapai kesuksesan tidak hanya bagi diri mereka sendiri tapi untuk perusahaan mereka juga.
Tella 2007 dalam penelitiannya meneliti hubungan motivasi kerja dan kepuasan kerja. Dalam penelitianya bahwa motivasi kerja sangat berhubungan dengan kepuasan kerja.
Motivasi kerja dapat membentuk individu untuk menjalankan tujuan – tujuan kerja yang dilaksanakan. Pada penelitiannya, Tella 2007 menjelaskan korelasi yang ada dalam
penelitian ini antara motivasi kerja dapat meningkatkan kinerja karyawan dan kepuasan kerja karyawan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dkemukakan oleh Catur 1994 dalam
54
Tella 2007, yang menjelaskan bahwa faktor-faktor motivasi berkontribusi terhadap kepuasan kerja.
Motivasi kerja sangat diperlukan untuk membentuk kepuasan kerja yang baik. Schultz and Schultz 1998 dalam Ayub 2011 menjelaskan bahwa orang menghabiskan sepertiga
sampai setengah jam aktivitas mereka di tempat kerja, untuk jangka waktu 40 sampai 45 tahun, waktu yang sangat lama bagi individu yang memungkinkan menjadi frustrasi, tidak
puas dan tidak bahagia pada pekerjaannya, terutama karena membawa perasaan untuk kehidupan keluarga dan sosial , dan mempengaruhi kesehatan fisik dan emosional. Pada
kondisi ini, motivasi sangat diperlukan agar mampu meminimalisir faktor – faktor kejenuhan yang dirasakan oleh individu, dan menciptakan semangat kerja yang baik.
Vermeulen 2003 dalam Ayub 2011 menemukan bahwa sejauh mana individu termotivasi berdasarkan posisi, status dan memperhatikan peringkat pada pekerjaannya,
dalam hal ini bahwa secara positif motivasi berhubungan dengan pengalaman mereka yang menciptakan kepuasan kerja. Ayub 2011 dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dan kepuasan kerja r =. 563. Temuan ini konsisten pada studi sebelumnya seperti Brown dan Shepherd, 1997 yang melaporkan
bahwa motivasi untuk meningkatkan kinerja karyawan dan kepuasan kerja. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Catur 1994, yang melaporkan bahwa faktor-faktor motivasi tertentu
yang berkontribusi terhadap kepuasan kerja prediksi
2.3.7 Kerangka Berfikir