31
2.1.3 Teori – teori tentang kepuasan kerja.
Ada tiga teori tentang kepuasan kerja yang berhubungan dengan kepuasan kerja, yaitu teori dikrepansi, teori ekuiti, dan teori dua faktor. Ketiga teori ini diperoleh dai beberapa
konsep yang telah diutarakan oleh para ahli, yang tentunya berkaitan dengan kepuasan kerja. Berikut ini adalah pemaparan dari teori – teori tersebut :
1. Teori diskrepansi
Teori ini dipelopori oleh Porter 1961. Porter mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya ada dengan
kenyataan yang dirasakan. Ia menghitung kepuasan kerja sebagai perbedaan discrepancy
antara “ how much should there be “ dengan “ how much is there now” Porter, 1961. Kemudian Locke 1969 menerangkan bahwa kepuasan kerja
seseorang bergantung kepada “ discrepancy “ antara apa yang diinginkan pengharapan, “ need “ , nilai – nilai dengan apa yang menurut perasaan atau
persepsinya telah dicapai melalui pekerjaan. Perbedaan ini yang menjadi ukuran seseorang terhadap kepuasan kerjanya. Seseorang akan puas terhadap pekerjaannya
jika tidak adanya perbedaan antara yang diinginkan dan dipersepsikan. Locke dalam Munandar 2001 menjelaskan bahwa puas atau tidak puasnya
seseorang terhadap beberapa aspek pekerjaannya mencerminkan pertimbangan dua nilai. Pertama, pertentangan yang dipersepsikan oleh individu terhadap aspek yang
diinginkan dan dan yang diterima oleh individu. Kedua, pertentangan terhadap aspek keinginan individu. Secara singkat, perasaan puas atau tidak puasnya individu
32
merupakan sesuatu yang pribadi tergantung pada hal yang diperesepsikan oleh pada apa yang dinginkannya.
2. Teori Ekuiti.
Prinsip dari teori ini adalah individu akan merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan equity atau tidak di dalam situasi.
Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain, baik yang sekantor maupun tempat lain.
Teori ini mengemukakan bahwa individu akan merasa puas atau tidak puas, tergantung pada ada atau tidaknya keadilan dalam situasi, khususnya situasi kerja.
Menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio input hasil dirinya dengan rasio input hasil orang lain. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil, maka
karyawan akan merasa puas.
3. Teori dua faktor.
Prinsip dari teori ini ialah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu merupakan dua halyang berbeda. Artinya, kepuasan kerja dan ketidakpuasan terhadap
pekerjaaan itu tidak merupakan suatu variabel yang kontinum. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herzberg et. al 1959. Berdasarkan hasil penyelidikan mereka,
Herzberg dkk. membagi situasi yang mempengaruhi “ attitude “ seseorang menjadi dua kelompok, yaitu “ satisfiers” dan “ dissatisfiers “. Satisfier ialah faktor – faktor
atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja dan terdiri dari prestasi, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan “ advancement “.
Dissatisfier ialah faktor – faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan, yang
terdiri dari kebijaksanaan perusahaan, teknik pengawasan, upah, hubungan dengan atasan, dan kondisi – kondisi kerja.
33
4. Teori Proses – Bertentangan
Opponent – Process Theory
Teori proses – bertentangan dikemukakan oleh Landy 1978 dalam Munandar 2008 yang menjelaskan kepuasan kerja dari perspektif yang berbeda secara mendasar daripada
pendekatan yamg lain. Teori ini menekankan bahwa orang ingin mempertahankan suatu keseimbangan emosional emotional equilibirium. Teori proses – bertentangan
mengasumsikan bahwa kondisi emosional yang ekstrim tidak memberikan kemaslahatan. Kepuasan atau ketidakpuasan kerja memacu mekanisme fisiologikal dalam sistem pusat yang
membuat aktif emosi yang bertentangan atau berlawanan. Teori ini menyatakan bahwa jika individu memperoleh ganjaran pada pekerjaan mereka, mereka merasa senang, sekaligus ada
rasa tidak senang yang lebih lemah. Setelah beberapa saat rasa senang menurun sedemikian rupa sehingga orang merasa agak sedih sebelum kembali ke normal.
2.1.4 Aspek – aspek Kepuasan Kerja