sekarang adalah bagaimana cara mengarahkan para siswa dan dengan jalan apa serta mampukah kita bertanggung jawab atas semua hal tersebut. Dari pendapat
diatas juga dapat disimpulkan kenakalan terbagi menjadi dua yaitu kenakalan ringan dan berat.
4. Upaya Penanggulangan Kenakalan Siswa
Dalam menghadapi kenakalan remaja, diperlukan adanya usaha-usaha untuk menanggulanginya. Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk
menanggulangi kenakalan remaja adalah sebagai berikut:
a. Upaya Penaggulangan Secara Preventif
Upaya penaggulangan secara preventif yakni segala usaha yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan remaja, di antaranya dapat dilakukan dengan cara:
1 mengintensifkan pelajaran agama disekolah, dan menyediakan sarana-sarana sebagai wadah bagi siswa untuk menyalurkan kreatifitasnya.
41
2 mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk memupuk jiwa agama siswa.
42
3 guru harus dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa dan berusaha utnuk membantu pembinaan
mental mereka serta bekerja sama dengan pihak sekolah yang lain untuk menciptakan suasana sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai agama.
43
b. Upaya Penanggulangan Secara Represif
Upaya penaggulangan secara represif adalah “suatu usaha berupa pemberian sanksi atau hukuman ketika seseorang melakukan pelanggaran.
44
Upaya ini bisa diwujudkan dengan jalan memberi peringatan atau hukuman kepada siswa
diliquent terhadap setiap pelanggaran yang dilakuan setiap siswa. Bentuk hukuman tersebut bersifat psikologis yaitu mendidik dan menolong agar mereka
menyadari akan perbuatannya dan tidak akan mengulangi kesalahannya. Upaya penaggulangan secara represif dari lingkungan keluarga dapat
ditempuh dengan jalan mendidik anak hidup disiplin terhadap peraturan yang
41
Sahilun A Nasir, op. cit., h. 90
42
Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, Cet IV, h. 90
43
Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1982, Cet IV, h. 48-49
44
TB. Aat Syafaat, dkk. op. cit., h. 141
berlaku dan bila dilanggar harus ditindak atau diberi hukuman sesuai dengan perbuatannya. Dalam lingkungan sekolah tindakan represif dapat dilakukan
dengan cara: sekolah melakukan razia tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan tempat atau alat nakal oleh siswa.
45
Memberikan hukuman kepada siswa yang melakukan kesalahan atau berbuat kesalahan yang diharapkan dapat
muncul rasa takut dari siswa untuk melakukan kesalahan sehingga dapat menghalangi siswa melakukan kesalahan yang berikutnya.
46
Dalam lingkungan masyarakat tindakan represif dapat ditempuh dalam memfungsikan peran
masyarakat sebagai kontrol sosial yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: memberi nasehat secara langsung kepada anak yang bersangkutan, membicarakan
dengan orang tua anak yang bersangkutan dan dicarikan jalan keluar untuk anak tersebut dan sebagai langkah terakhir masyarakat untuk lebih berani melaporkan
kepada yang berwajib tentang adanya perbuatan dengan disertai bukti-bukti yang nyata, sehingga bukti tersebut dapat dijadikan dasar yang kuat bagi instansi yang
berwenang didalam menyelesaikan kasus kenakalan siswa.
c. Upaya Penanggulangan Secara Kuratif Dan Rehabilitasi
Upaya penanggulangan secara kuratif dan rehabilitasi yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan
tersebut, seperti menyediakan klinik Bimbingan Psikologis Bimbingan Penyuluhan untuk memperbaiki tingkah laku dan membantu siswa dalam
menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi.
47
Berdasarkan keterangan yang terdapat di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwasannya penanggulangan kenakalan remaja oleh pihak sekolah dapat
dilakukan dengan cara 1 Usaha preventif mencegah timbulnya kenakalan remaja, 2 Usaha represif menghalangi timbulnya kenakalan remaja, 3 Usaha
kuratif dan rehabilitatif memperbaiki tingkah laku siswa yang pernah melakukan kenakalan remaja.
45
Sahilun A Nasir, op. cit., h. 97
46
Zahriddin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Cet. I, h. 200.
47
Kartini Kartono, Psikologi Anak, Bandung: Mandar Maju, h.95.
C. Kerangka Berpikir
Guru saat ini bukan hanya dilihat sebagai seseorang yang berdiri di depan kelas untuk hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja kepada siswa-siswi di
sekolah, tetapi guru saat ini merupakan suatu profesi profesional yang wajib memenuhi kualifikasi dan kompentesi yang telah ditetapkan pemerintah yang
selalu di gugu dan ditiru dimanapun ia berada serta mempunyai andil yang sangat besar bagi pembangunan sumber daya manusia suatu bangsa.
Tugas dan peran jabatan guru itu luas, yaitu untuk membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid. Hal ini berarti
bahwa, perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam kelas saja. Dengan kata lain, tugas atau fungsi guru
dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar-mengajar saja Berbicara mengenai siswa, khususnya siswa tingkat SMP, berarti berbicara
mengenai remaja. Dalam Islam, seseorang dikatakan remaja apabila ia telah aqil baligh yaitu suatu masa di mana ia telah bertanggung jawab atas setiap
perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan bila ia melakukan perbuatan tidak baik akan mendapatkan dosa.
Remaja merupakan sosok yang masih labil karena ia sedang melalui masa transisi yaitu masa peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasaan. Tak jarang
bagi remaja yang belum memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada masa tersebut akan banyak melakukan tindakan yang menyalahi aturan atau
bertentangan dengan norma-norma, yang dapat merugikan dirinya dan orang lain, yang biasa dikenal dengan kenakalan remaja.
Faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja disekolah antara lain adalah kurangnya peranan guru-guru di sekolah dalam menanamkan nilai-nilai etika dan
moral di sekolah, kurangnya kerjasama, perhatian, pembinaan dan pengawasan kepala sekolah dan guru-guru terhadap pertumbuhan dan perkembangan seluruh
siswa-siswi di sekolah. Mengingat prioritas utama di dalam menghadapi masalah kenakalan remaja adalah mencegah dengan cara yang memadai dan komprehensif,
maka diperlukan peranan guru khususnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan moralitas siswa kearah yang lebih baik. Tindakan kuratif dan