Untuk menentukan tingkat peranan guru dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah peneliti menggunakan kategorisasi jenjang ordinal
yaitu menempatkan individu ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur
dengan rumus: X μ - 1.0 α Rendah
μ - 1.0 α ≤ X μ + 1.0 α Sedang μ + 1.0 α ≤ X Tinggi
Di mana: X = skor total tiap-tiap item
μ = mean teoritisnya α = standar deviasi
Dengan rumus tersebut di atas maka siswa dapat digolongkan ke dalam:
Tabel 4.4 Penggolongan Tingkat Peranan Guru
X {84,55- 1.0 10,487} Rendah
X 74 {84,55 - 1.0 10,487}
≤ X {84,55+ 1.0 10,487}
Sedang 75
≤ X 95
{84,55 + 1.0 10,487} ≤ X
Tinggi 96
≤ X
Hasil dari penggolongan tingkat peranan guru, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5 Skor Skala Peranan Guru
Kategori Skor
Frekuensi Prosentase
Rendah – 74
5 13
Sedang 75
– 95 29
76
Tinggi 96
– 104 4
11
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan skor antara 0 sampai dengan 74 sebanyak 5 siswa dengan
prosentase sebesar 13 dan termasuk dalam kategori rendah, sedangkan siswa yang mendapat skor antara 75 sampai dengan 95 sebanyak 29
siswa dengan prosentase sebesar 76 dan termasuk dalam kategori sedang, serta siswa yang mendapat skor antara 96 sampai dengan 104
sebanyak 4 siswa dengan prosentase sebesar 11 dan termasuk dalam kategori tinggi.
b. Variabel Kenakalan Siswa
Juvenile delinquency atau kenakalan siswa merupakan prilaku atau tindakan negatif yang terjadi pada masa peralihan dari masa anak-anak
menuju dewasa. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang secara garis besar yang dapat di kelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal,
faktor internal yaitu diri sendiri dan keluarga sedangkan faktor eksternal meliputi, sekolah dan lingkungan masyarakat.
Berdasarkan data penelitian yang diolah menggunakan bantuan komputer program SPSS 20 untuk variabel kenakalan siswa, data yang
dapat dijadikan bahan untuk penelitian sebanyak 25 item pertanyaan yang secara rinci akan dibahas pada uji validitas, skor terendah yang dicapai
adalah 25 dan skor tertinggi 76. Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh rata-rata Mean 39,66, nilai tengah Median 38,00, standar deviasi
10,856, range sebesar 51 dan varian sebesar 117,853. hasil angket
lampiran 3.
Menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus Sturges 1 + 3,3 Log n, dimana n adalah jumlah subyek penelitian. Berdasarkan
perhitungan diketahui bahwa n = 38 sehingga diperoleh banyak kelas 1 + 3,3 Log 38 = 5,79 dibulatkan menjadi 6 kelas interval. Range data sebesar
76 – 25 =51 ,dengan diketahuinya rentang data maka range dibagi banyak
kelas interval yaitu 51:6 =8,5 dapat diperoleh kelas interval masing- masing kelompok yaitu 8,5 dibulatkan menjadi 9.
Distribusi frekuensi variabel kenakalan siswa dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.6 Kelas Interval Kenakalan Siswa
Interval F
Mid Point Nilai nyata
F. Kum
25 – 33
13 29
24,5 – 33,5 13
34 – 42
12 38
33,5 – 41,5 25
43 – 51
7 47
42,5 – 51,5 32
52 – 60
5 56
51,5 – 60,5 37
61 – 69
- 65
60,5 – 69,5 -
70 – 78
1 74
69,5 – 78,5 38
38
Untuk menentukan tingkat kenakalan siswa dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah peneliti menggunakan kategorisasi jenjang ordinal
yaitu menempatkan individu ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur.
Pengukuran ini sama halnya dengan pengukuran pada data peranan guru tersebut di atas
.
Tabel 4.7 Penggolongan Tingkat Kenakalan Siswa
X {39,66- 1.0 10,856} Rendah
X 29 {39,66 - 1.0 10,856}
≤ X {39,66+ 1.0 10,856}
Sedang 30
≤ X 51
{39,66+ 1.0 10,856} ≤ X
Tinggi 52
≤ X