Praktek Pemberian ASI Gambaran Pola Asuh Makan Pada Baduta Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamulya Tahun 2012

108 Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa informan utama yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai frekuensi pemberian ASI dan usia penyapihan ternyata secara umum menunjukkan sikap yang baik mengenai hal tersebut. Sikap positif informan tersebut bisa dilihat dari pendapat mereka yang mengatakan bahwa frekuensi pemberian ASI diberikan setiap saat anak menginginkan ASI. Selain itu, seluruh informan utama juga menganggap penting usia penyapihan bayi sampai usia 2 tahun karena yang mereka mengetahui bahwa ini merupakan perintah agama yang mereka yakini sehingga mereka yakin bahwa penyapihan yang dilakukan pada usia dua tahun adalah pilihan yang terbaik untuk bayi.

6.3 Praktek Pemberian ASI

Praktik pemberian ASI yang dilakukan informan secara umum masih buruk. Hal tersebut dapat dilihat dari kebiasaan sebagian besar informan utama yang memberikan makanan atau minuman lain selain ASI sebelum bayi berusia enam bulan. Bahkan ada beberapa informan yang memulai pemberian makanan atau minuman lain selain ASI sejak bayinya baru dilahirkan. Hal ini dilakukan dengan alasan hari pertama, hari ke dua bahkan hari ke tiga setelah bayi dilahirkan ASI belum keluar sehingga dikhawatirkan bayi akan kelaparan jika tidak segera diberikan makanan atau minuman selain ASI. Jenis makanan atau minuman yang biasa diberikan selama ASI belum keluar adalah susu formula, madu, atau air putih. Hal ini jelas merupakan perilaku yang buruk. Karena menurut Menurut Suhardjo 1992 pemberian MP-ASI dini mengakibatkan beberapa gangguan atau 109 masalah kesehatan yaitu : gangguan menyusui, beban ginjal yang terlalu berat sehingga mengakibatkan hyperosmolitas plasma, alergi terhadap makanan dan mungkin gangguan terhadap pengaturan selera makan. Beberapa informan juga mengaku memberikan makanan atau minuman selain ASI sebelum bayi berusia enam bulan, mereka beralasan ASI saja tidak cukup karena bayi masih menangis meskipun telah diberi ASI sehingga mereka berinisiatif untuk memberikan makanan pendamping ASI dini. Jenis makanan pendamping ASI yang mereka berikan kepada bayi antara lain : Pisang, bubur bayi, bahkan ada yang memberikan tape singkong padahal usia bayi masih dibawah tiga bulan. Hal ini jelas bukan merupakan perilaku yang baik karena dapat merugikan kesehatan bayi. Praktek pemberian ASI kaitannya dengan usia yang tepat untuk pemberian ASI pertama kali juga masih belum sesuai karena hampir semua informan tidak memberikan ASInya segara setelah bayi di lahirkan, bahkan ada sebagian informan yang menganggap cairan yang pertama kali keluar dari ASI Kolostrum tidak baik untuk diberikan kepada bayi karena mereka menganggapbahwa cairan kolostrum itu kotor dan warnanya tidak seperti warna air susu pada umumnya sehngga sebagian besar informan membuang cairan kolostrum tersebut. penyapihan sudah cukup baik karena hampir semua informan berpendapat bahwa penyapihan dilakukan sampai bayi berusia dua tahun. Namun demikian ada beberapa hal terkait praktek pemberian ASI yang belum sesuai dengan yang seharusnya dilakukan seperti banyak informan yang membuang kolostrum. Menurut pendapat Pudjiadi 2005, yang mengatakan bahwa ASI pada lima hari pertama warnanya lebih kuning dan lebih kental, dan dinamakan 110 kolostrum. Walaupun kolostrum berwarna lain daripada ASI yang dikeluarkan kemudian, jangan sekali-kali dianggap produk basi, melainkan susu yang bernilai gizi baik sekali. Disamping mengandung kadar protein tinggi, kolostrum mengandung banyak zat anti infeksi, hingga baik sekali bagi bayi pada hari-hari pertama setelah dilahirkan. Permasalahan lain terkait praktik pemberian ASI adalah ada 2 0rang informan yang menghentikan pemberian ASI saat bayi masih berusia 2 bulan karena bayi tidak mau menyusu dengan alasan ASI yang keluar sedikit. Menurut Pudjiadi 2005, ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum.

6.4 Pengetahuan Pemberian MP-ASI

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara

1 35 122

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Gambaran Pola Asuh pada Baduta Stunting Usia 13-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2015

1 24 245

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 3 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 7

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 19

gambaran status gizi batita terhadap pola asuh keluarga miskin dan tidak miskin di wilayah kerja puskesmas pulubala

0 0 14

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINASA UPA TAHUN 2012

0 0 106

Gambaran Pola Asuh Ibu Anak Balita Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Karuwisi kota Makassar Tahun 2012 - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 1 96