Pengetahuan Pemberian MP-ASI Gambaran Pola Asuh Makan Pada Baduta Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamulya Tahun 2012

110 kolostrum. Walaupun kolostrum berwarna lain daripada ASI yang dikeluarkan kemudian, jangan sekali-kali dianggap produk basi, melainkan susu yang bernilai gizi baik sekali. Disamping mengandung kadar protein tinggi, kolostrum mengandung banyak zat anti infeksi, hingga baik sekali bagi bayi pada hari-hari pertama setelah dilahirkan. Permasalahan lain terkait praktik pemberian ASI adalah ada 2 0rang informan yang menghentikan pemberian ASI saat bayi masih berusia 2 bulan karena bayi tidak mau menyusu dengan alasan ASI yang keluar sedikit. Menurut Pudjiadi 2005, ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum.

6.4 Pengetahuan Pemberian MP-ASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya diketahui bahwa hampir keseluruhan informan utama memiliki pengetahuan yang tidak sesuai terkait cara pemberian MP-ASI, waktu usia pertama kali pemberian MP-ASI, resiko pemberian MP-ASI dini, tujuan MP-ASI, komposisi dan porsi pemberian MP-ASI, syarat-syarat pemberian MP-ASI, jenis MP-ASI, serta cara pembuatan MP-ASI. Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan utama, hampir semua informan tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan MP-ASI. Dari tujuh informan utama hanya dua orang informan yang mengetahui apa yang dimaksud dengan MP-ASI. Dua orang informan utama tersebut berpendapat bahwa MP-ASI adalah makanan pendamping ASI dan bukan makanan pengganti 111 ASI. Hal ini berarti bahwa dalam memberikan makanan pendamping ASI bayi masih tetap memperoleh ASI dari sang ibu karena MP-ASI hanyalah makanan pendamping ASI dan bukan makanan pengganti ASI. Sedangkan lima orang informan utama lainnya memiliki pengetahuan yang sedikit terkait MP-ASI. Dari ke lima orang informan tersebut tiga orang diantaranya berpendapat bahwa MP- ASI adalah makanan pengganti ASI atau yang biasa disebut PASI.Sedangkan 2 orang informan lain berpendapat bahwa MP-ASI adalah produk makanan olahan atau bubur yang dijual khusus untuk bayi. Hampir semua informan menyebutkan merek dagang bubur bayi karena yang mereka tahu MP-ASI adalah bubur bayi. Sedangkan pengetahuan mengenai waktu pemberian MP-ASI pertama kali, empat orang informan berpendapat bahwa waktu pemberian MP-ASI pertama kali yang tepat adalah pada saat anak tidak berhenti menangis setelah diberi ASI. Ke empat informan tersebut menganggap bayi masih merasa lapar meskipun telah diberi ASI sehingga ke empat informan tersebut berinisiatif untuk memberikan makanan pendamping ASI secara dini. Hal ini dimungkinkan karena informan tersebut tidak mengetahui resiko apa saja yang dapat ditimbulkan akibat pemberian MP-ASI dini. Padahal sebenarnya menurut Suhardjo 1992 ada beberapa akibat kurang baik yang ditimbulkan pemberian MP-ASI dini yaitu : gangguan menyusui, beban ginjal yang terlalu berat sehingga mengakibatkan hyperosmolitas plasma, alergi terhadap makanan dan mungkin gangguan terhadap pengaturan selera makan. Pengetahuan mengenai tujuan MP-ASI, komposisi dan porsi pemberian MP-ASI, syarat-syarat pemberian MP-ASI, jenis MP-ASI, serta cara pembuatan MP-ASI juga tidak banyak diketahui oleh kebanyakan informan. Hampir 112 kebanyakan informan berpendapat bahwa tujuan pemberian MP-ASI adalah supaya bayi gemuk dan sehat selain itu ada satu informan yang mengatakan bahwa tujuan pemberian MP-ASI pada anak adalah supaya anak bisa berlatih untuk makan atau membiasakan kebiasaan makan. Hal ini hampir sesuai dengan tujuan pemberian makan pada anak usia 0-24 bulan menurut As’ad2002 yaitu untuk mendidik kebiasaan makan anak yang baik serta memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup yaitu untuk pemeliharaan atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikomotor serta melakukan aktivitas fisik. Pengetahuan mengenai komposisi dan porsi MP-ASI juga tidak banyak diketahui oleh hampir semua informan utama, mereka berpendapat bahwa yang terpenting adalah anak diberi makan sampai ia merasa kenyang dan tidak rewel tanpa diketahui dan diperhatikan komposisi dan porsi yang sesuai dengan kebutuhan gizi bayi. Selain itu, pengetahuan mengenai syarat-syarat dan jenis MP-ASI juga tidak banyak diketahui. Hampir semua informan berpendapat bahwa syarat-syarat pemberian MP-ASI yang terpenting adalah MP-ASI yang diberikan berupa makanan sehat dan bersih. Tetapi ketika ditanya makanan sehat seperti apa yang dimaksud informan utama menyebutkan ayam, telur, sayur asem, dan bubur bayi. Menurut Depkes RI 2004 makanan untuk anak usia 0-24 bulan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur , susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera 113 makan, bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan faali anak, memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.

6.5 Sikap Pemberian MP-ASI

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara

1 35 122

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Gambaran Pola Asuh pada Baduta Stunting Usia 13-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2015

1 24 245

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 3 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 7

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 19

gambaran status gizi batita terhadap pola asuh keluarga miskin dan tidak miskin di wilayah kerja puskesmas pulubala

0 0 14

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINASA UPA TAHUN 2012

0 0 106

Gambaran Pola Asuh Ibu Anak Balita Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Karuwisi kota Makassar Tahun 2012 - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 1 96