113
makan, bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan faali anak, memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.
6.5 Sikap Pemberian MP-ASI
Tingkat  pengetahuan  akan  berpengaruh  terhadap  sikap  dan  perilaku seseorang  karena  berhubungan  dengan  daya  nalar,  pengalaman,  dan  kejelasan
konsep mengenai objek tertentu Khomsan dkk, 2007. Hal ini dibuktikan dengan hasil  penelitian  yang  menunjukkan  bahwa  informan  utama  yang  memiliki
pengetahuan tidak baik mengenai carapemberian MP-ASI,  resiko pemberian MP- ASI dini, tujuan MP-ASI, komposisi dan porsi pemberian MP-ASI, syarat-syarat
pemberian MP-ASI, jenis MP-ASI, serta cara pembuatan MP-ASI juga memiliki sikap yang tidak baik terkait pemberian MP-ASI.
Selain  itu  informan  utama  yang  memiliki  pengetahuan  yang  buruk mengenai  waktu  yang  tepat  dalam  pemberian  MP-ASI,  ternyata  juga
menunjukkan  sikap  yang  buruk  mengenai  hal  tersebut,  yang  bisa  dilihat  dari ketidaksetujuan  mereka  jika  balita  hanya  diberikan  ASI  saja  sampai  usia  empat
atau enam bulan.
6.6 Praktek Pemberian MP-ASI
Berdasarkan  hasil  penelitian,  dapat  diketahui  bahwa  sebagian  besar informan utama memiliki praktik yang secara umum termasuk tidak sesuai dengan
yang  seharusnya  dilakukan.  Hampir  semua  informan  mengaku  memberikan  MP- ASI  jauh  sebelum  anak  berusia  enam  bulan,  selain  itu  mereka  juga  berpendapat
ASI  saja  tidak  cukup  untuk  memenuhi  kebutuhan  gizi  bayi  dengan  alasan  bayi masih  tetap  menangis  dan  rewel  meski  sudah  diberi  ASI,  sehingga  mereka
114
beranggapan bahwa bayi harus diberi makanan selain ASI supaya tidak rewel dan menangis.
Selain itu, hampir semua informan menunjukkan praktek yang tidak sesuai terkait komposisi dan porsi MP-ASI  yang diberikan kepada bayi. Hampir  semua
informan  hanya  memberikan  makanan  pendamping  ASI  berupa  bubur  bayi  yang dijual bebas dipasaran, setelah usianya bertambah mereka mengganti makanannya
berupa  nasi  biasa  yang  diberi  kuah  sayur  atau  kecap.Hal  ini  dikarenakan  tingkat pendidikan  informan  yang  rata-rata  masih  rendah  yaitu  tingkat  SD  sehingga
memungkinkan  tingkat  pengetahuan  yang  dimiliki  juga  masih  sangat  rendah. Sebagaimana  menurut  pendapat  Notoatmodjo  2003,  yang  mengatakan  bahwa
pengetahuan  atau  kognitif  merupakan  domain  yang  sangat  penting  dalam membentuk  tindakan  seseorang.  Selain  itu  Sanjur  1982  dalam  Khomsan  dkk
2007  juga  menyatakan  bahwa  konsumsi  pangan  seseorang  dipengaruhi  oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan.
115
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan