80
4.7 Validasi Data
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data  yang valid maka dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan
mencari sumber data dari dua jenis informan, yaitu informan utama dan informan pendukung.  Triangulasi  metode  dilakukan  dengan  menggunakan  dua  metode
pengumpulan data, yaitu dengan metode wawancara dan pengamatan  observasi
Tabel 4.1 Sumber dan Metode Pengambilan Data
No Domain Penelitian
Sumber Metode
1 Pengetahuan pemberian ASI
Informan  utama  Ibu baduta gizi kurang
Wawancara mendalam
2 Sikap Pemberian ASI
Informan  utama  Ibu baduta gizi kurang
Wawancara mendalam
3 Praktek Pemberian ASI
Informan  utama  Ibu baduta gizi kurang dan
informan pendukung
Keluarga  baduta  gizi kurang
Wawancara mendalam
4 Pengetahuan Pemberian MP-
ASI
Informan  utama  Ibu baduta gizi kurang
Wawancara mendalam
5 Sikap Pemberian MP-ASI
Informan utama Ibu baduta gizi kurang
Wawancara mendalam
6 Praktek Pemberian MP-ASI
Informan utama Ibu baduta gizi kurang dan
informan pendukung Keluarga baduta gizi
kurang
Wawancara mendalam
dan observasi
81
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Profil Puskesmas Sukamulya Kabupaten Tangerang Tahun 2012
Puskesmas Sukamulya  terletak di sebelah barat Kabupaten Tangerang tepatnya di Kp.  Palis  Tegal  Ds.  Kaliasin  Kecamatan  Sukamulya.  Puskesmas  Sukamulya
dibangun diatas tanah seluas 1600m2 dengan luas bangunan 400m2. Sebelah barat berbatasan  dengan  tempat  pemakaman  umum  TPU  ,  sebelah  timur    dan  utara
dengan  pemukiman  penduduk,  serta  sebelah  selatan  dengan  jalan  raya  kronjo. Secara  administrasi  wilayah  kerja  Puskesmas  Sukamulya  terdiri  dari  8  delapan
desa  yaitu  Desa  Sukamulya,  Desa  Kaliasin,  Desa  Parahu,  Desa  Merak,  Desa Bunar, Desa Benda, Desa Buniayu dan Desa Kubang.
Wilayah Kecamatan Sukamulya berbatasan dengan : a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kronjo b.
Sebelah  Timur  berbatasan  dengan  Kecamatan  Kemiri  dan  Kecamatan Rajeg
c. Sebelah  Selatan  berbatasan  dengan  Kecamatan  Balaraja  dan  Kecamatan
Jayanti d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kresek Berdasarkan  profil  Puskesmas  Sukamulya  tahun  2012  diketahui  jumlah
penduduk  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Sukamulya  sebanyak  59.359  jiwa  yang terdiri  dari  penduduk  berjenis  kelamin  laki-laki  27.832  jiwa  46,9  dan
penduduk  berjenis  kelamin  perempuan  31.527  jiwa  51,3.  Dengan  komposisi
82
penduduk  usia  produktif  sebanyak  31.013  jiwa  52,3,  penduduk  berusia  0-4 tahun  atau  balita  sebanyak  5.753  jiwa  9,7,  penduduk  berusia  5-14  tahun
sebanyak  13.816  jiwa  23,3    dan  penduduk  usila  60  tahun  sebanyak  2.932 jiwa  4,9  .  Jumlah  penduduk  miskin  di  Kecamatan  Sukamulya  tahun  2011
sebanyak  34.432  58,01  dari  jumlah  penduduk.  Jumlah  penduduk  miskin mengalami  peningkatan  dari  tahun  2010.  Jika  dilihat  dari  jumlah  penduduk  tiga
tahun  terakhir,  jumlah  penduduk  miskin  berbanding  lurus  dengan  pertambahan penduduk.    Dengan  bertambahnya  jumlah  penduduk  maka  jumlah  penduduk
miskin juga bertambah. Data Puskesmas, 2011. Tingkat  pendidikan  penduduk  di  wilayah  kerja  Kecamatan  Sukamulya
sebagian  besar  masih  tingkat  SLTPMTs  yaitu  sebesar  12,08,  SLTPMTs sebesar  11,2  ,  SDMI  sebesar  10,4  dan  tidakbelum  pernah  sekolah  sebesar
8,04,  sedangkan  tidakbelum  tamat  SD  sebesar  5,7  dan  perguruan  tinggi sebesar 3,9 Data Puskesmas, 2011.
5.1.2 Gambaran Umum Program Perbaikan Gizi di Puskesmas Sukamulya
Pelaksanaan  kegiatan  semua  program  perbaikan  gizi  di  Puskesmas Sukamulya  terus  diupayakan  semaksimal  mungkin  karena  ini  merupakan
indikator  keberhasilan  program  gizi  secara  keseluruhan.  Program-program perbaikan  gizi  yang  sudah  dijalankan  antara  lain  :  Pemberian  vitamin  A  dosis
tinggi  yang  bertujuan  untuk  mencegah  terjadinya  KVA,  Distribusi  zat  besi  Fe, Pemantauan  status  gizi  dan  bulan  penimbangan  balita,  Pemberian  makanan
tambahan, pemantauan garam beryodium, pos gizi balita, dan konseling gizi. Konseling  gizi  merupakan  kegiatan  penyuluhan  perorangan  maupun
kelompok  dengan  tatap  muka  yang  dilakukan  dalam  upaya  perbaikan  dan
83
peningkatan  status  gizi  dengan  sasaran  ibu  balita  gizi  buruk  atau  bawah  garis merah BGM, gizi kurang dan balita yang selama 2 kali dilakukan penimbangan
tidak  mengalami  kenaikan  BB  2T.  Kegiatan  ini  dilakukan  dengan  tujuan  agar balita yang mengalami gizi buruk mengalami perubahan status gizi menjadi baik,
yang berstatus gizi kurang dan 2T tidak sampai berlanjut ke status gizi buruk. Konseling  gizi  adalah  kegiatan  dukungan  dan  layanan  bagikeluarga  agar
dapat mencegah dan mengatasi masalah gizi gizi kurangdan gizi buruk anggota keluarganya.  Konseling  gizi  dilakukan  dengancara  memberikan  perhatian,
menyampaikan  pesan,  menyemangati,mengajak,memberikan  pemikiransolusi, menyampaikan  layananbantuan,memberikan  nasihat,  merujuk,  menggerakkan
dan bekerjasama. Kegiatan  konseling  gizi  di  klinik  gizi  Puskesmas  Sukamulya  melibatkan
Bidan  Desa  dan  Kader-kader  posyandu  dengan  cara  merujuk  ibu  balita  yang mengalami masalah gizi untuk datang ke klinik gizi dan mengikuti konseling gizi
yang  dilakukan  bersama  dengan  tenaga  pelaksana  gizi  TPG  yang  bertugas  di Puskesmas  Sukamulya.  Kegiatan  ini  dilakukan  rutin  setiap  satu  minggu  sekali
tepatnya pada hari senin di klinik gizi Puskesmas Sukamulya. TPG yang bertugas di klinik gizi Puskesmas Sukamulya terdiri dari satu orang tenaga kesehatan yang
berpengalaman dalam masalah gizi.
5.2 Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini jumlah keseluruhan informan sebanyak  16 orang yang  terdiri  dari  7  orang  informan  utama,  7  orang  informan  pendukung  dari
keluarga  ibu  baduta  gizi  kurang  yang  terlibat  dalam  pemberian  makanan  serta  2 orang informan pendukung dari staf Puskesmas pemegang program perbaikan gizi
84
yang  salah  satunya  merupakan  tenaga  pelaksana  gizi  TPG  di  Puskesmas Sukamulya.
Data  karakteristik  informan  diperoleh  dari  hasil  wawancara  yang meliputi  :  nama,  umur,  usia  menikah,  pekerjaan,  agama,  pendidikan  terakhir,
pendidikan  suami,  pekerjaan  suami,  pendapatan  keluarga,  jumlah  anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga dan alamat informan. Sedangkan data anak
meliputi : nama anak, umur, jenis kelamin, berat badan dan panjang badan anak. Pengumpulan  data  status  gizi  anak  baduta  dilakukan  dengan  cara
melakukan  penimbangan  berat  badan  yang  menggunakan  dacin  dan  pengukuran panjang  badan  dengan  menggunakan  microtoise  dan  dilakukan  dengan  metode
antropometrimenggunakan  indeks  berat  badan  menurut  umur  BBU  dan  berat badan menurut panjang badan BBPB. Selanjutnya dibandingkan dengan standar
WHO-NCHS. 5.2.1
Informan Utama
Informan  utama  dalam  penelitan  ini  adalah  ibu  yang  memiliki  anak gizi kurang yang berusia dibawah dua tahun Baduta. Informan utama ini terdiri
dari 7 orang informan.  Ke-tujuh orang informan ini didapatkan berdasarkan hasil validasi  data  gizi  buruk  yang  dilakukan  Puskesmas  Sukamulya  pada  bulan
Agustus  tahun  2012  terhadap  33  balita  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Sukamulya. Berdasarkan  data  awal  balita  yang  dijadikan  informan  dalam  penelitian  ini
termasuk  dalam  balita  dengan  status  gizi  buruk  tetapi  setelah  dilakukan  validasi data  dengan  cara  melakukan  pengukuran  BB  dan  TB  dan  dibandingkan  dengan
standar  baku  WHO-NCHS  di  masing-masing  kelurahan  diperoleh  hasil  bahwa
85
sebagian  besar  anak  tidak  sampai  berstatus  gizi  buruk  atau  masih  berada  pada kondisi gizi kurang.
Dari  33  jumlah  kasus  gizi  buruk  di  wilayah  kerja  Puskesmas Sukamulya  26  orang  masih  berstatus  gizi  kurang.  Dan  dari  26  balita  yang
berstatus  gizi  kurang  7  orang  berusia  dibawah  2  tahun  Baduta  sehingga berdasarkan  hasil  inilah  penelitian  ini  dilakukan  dengan  menggunakan  7  orang
informan utama. Karakteristik ibu baduta tersebut tersaji dalam bagan berikut :
Tabel 5.1 Karakteristik Ibu Baduta Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamulya Tahun 2012
Karakteristik A
J K
R A
S R
Umur 35 Tahun
25 Tahun 37 Tahun
39 Tahun 29 Tahun
42 Tahun 40 Tahun
Pekerjaan Ibu
Rumah Tangga
Ibu Rumah
Tangga Ibu
Rumah Tangga
Ibu Rumah
Tangga Ibu
Rumah Tangga
Ibu Rumah
Tangga Ibu
Rumah Tangga
Agama Islam
Islam Islam
Islam Islam
Islam Islam
Pendidikan Terakhir
SLTP SLTA
SD SD
SLTP Tidak
Sekolah SD
Pekerjaan Suami
Buruh Guru
Honorer Wirausah
a Petani
Buruh Petani
Petani
Pendidikan Suami
SLTP SI
SD Tidak
Sekolah SD
SD Tidak
Sekolah
Pendapatan KeluargaBul
an ±
1.300.000 ± 500.000  ± 650.000
± Rp. 500.000
± Rp. 800.000
± Rp. 500.000
± Rp. 750.000
Jumlah Anggota
Keluarga 5 Orang
4 Orang 6 Orang
6 Orang 4 Orang
7 Orang 5 Orang
Jumlah Balita  Dalam
Keluarga 1 Orang
1 Orang 1 Orang
2 Orang 1 Satu
2 Orang 1 Orang
86
Karakteristik Baduta Gizi Kurang
Karakteristik SA
AJ IK
RR DA
DS BR
Umur 12 Bulan
23 Bulan 15 Bulan
24 Bulan 19 Bulan
19 Bulan 18 Bulan
Anak ke-
1 1
4 4
3 4
3
Jenis Kelamin
Perempua n
Laki-Laki  Laki-Laki Laki-Laki  Perempua
n Laki-Laki
Laki-Laki
Berat Badan Lahir
3,1 Kg 2,7 Kg
3 Kg 3 kg
3.3 kg 2.9 kg
2.7 kg
Berat Badan
6,6 kg 9,1 kg
7,6 kg 8,5 kg
8,3 kg 8,4 kg
8,1 kg
Panjang Badan
66,5 cm 79,5 cm
68,5 cm 76 cm
74,7 cm 75,3 cm
76,7 cm
Sumber : Data Primer Berdasarkan  tabel  5.1  diatas  dapat  diketahui  bahwa  untuk  informan  A
berumur  35  tahun,  menikah  pada  umur  22  tahun,  pendidikan  tamat  SLTP, pekerjaan  ibu  rumah  tangga,  memiliki  suami  yang  bekerja  sebagai  buruh  pabrik
dengan  pendapatan  keluarga  maksimal  Rp.1.300.000,-memiliki  5  anggota keluarga  dalam  satu  rumah,  dan  memiliki  satu  orang  bayi  dalam  keluarga.
Karakteristik  baduta  yaituS  berumur  12  bulan,  merupakan  anak  ketiga  dari  tiga
bersaudara , berjenis kelamin perempuan yang memiliki berat lahir 3,1 kg, BB 6,6 kg, PB 66,5 cm.
Sedangkan  untuk  informan  J  berumur  25  tahun,  menikah  pada  umur  22 tahun,  pendidikan  tamat  SLTA,  pekerjaan  ibu  rumah  tangga,  pekerjaan  suami
sebagai  Guru  honorer,  dengan  pendapatan  keluarga  ±  Rp.500.000  per  bulan, memiliki  empat  anggota  keluarga  dalam  satu  rumah,  dan  memiliki  satu  orang
balita dalam keluarga. Karakteristik baduta yaitu Aberumur 23 bulan, merupakan
anak  pertama,  berjenis  kelamin laki-laki,  memiliki  berat  lahir  2,7  kg,  BB  9,1  kg dan  PB  79,5  cm.Kemudian  untuk  informan  K  berumur  37  tahun,  menikah  pada
umur  18  tahun,  pendidikan  tamat  SD,  pekerjaan  ibu  rumah  tangga,  pekerjaan suami  sebagai  wirausaha,  dengan  pendapatan  keluarga  ±  Rp.650.000  per  bulan,
memiliki  6  anggota  keluarga  dalam  satu  rumah,  dan  memiliki  satu  orang  balita
dalam keluarga. Karakteristikbaduta yaituI berumur 15 bulan, merupakan anak ke
87
empat  dari  empat bersaudara,  berjenis  kelamin  laki-laki  dengan  berat  lahir 3  kg,
BB 7,2 kg dan panjang badan 68,5 cm.
Karakteristik informan selanjutnya  yaitu ibu baduta gizi kurang berinisial
R berumur 39 tahun, menikah pada umur 16 tahun, pendidikan SD, pekerjaan ibu
rumah  tangga,  memiliki  suami  yang  bekerja  sebagai  petani  dengan  pendapatan keluarga maksimal Rp.500.000,- memiliki 6 anggota keluarga dalam satu rumah,
dan  memiliki  satu  orang  baduta  dalam  keluarga.  Karakteristik  baduta  yaitu  R
berumur 24bulan dan merupakan  anak ke-empat, berjenis kelamin laki-laki yang memiliki berat lahir 3 kg, BB 8,5 kg, PB 76 cm.
Untuk  informan  A  berumur  29  tahun,  menikah  pada  umur  20  tahun, pendidikan  tamat  SD,  pekerjaan  ibu  rumah  tangga,  pekerjaan  suami  sebagai
buruh,  dengan  pendapatan  keluarga  Rp.  800.000  per  bulan,  memiliki  4  anggota keluarga  dalam  satu  rumah,  dan  memiliki  satu  orang  balita  dalam  keluarga.
Karakteristik  baduta  gizi  kurang  yaituD  berumur  19  bulan,  merupakan  anak  ke-
dua,  berjenis  kelamin  perempuan,  memiliki  berat  lahir  3,3  kg,  BB  8,3  kg  dan panjang badan 74,7 cm.
Sedangkan  untuk  informan  S  berumur  42  tahun,  menikah  pada  umur  18
tahun,  pendidikan  tidak  sekolah,  pekerjaan  ibu  rumah  tangga,  pendidikan  suami SD,  pekerjaan  suami  sebagai  petani,  dengan  pendapatan  keluarga  ±  Rp.500.000
per  bulan,  memiliki  7  anggota  keluarga  dalam  satu  rumah,  dan  memiliki  dua
orang  balita  dalam  keluarga.  Karakteristik  baduta  yaitu  D  berumur  19  bulan,
merupakan  anak  ke-lima  dari  lima  bersaudara,  berjenis  kelamin  laki-laki  dengan berat lahir 2,9 kg, BB 8,4 kg dan panjang badan 75,3 cm.
88
Sedangkan untuk informan utama yang terakhir yaitu R berumur 40 tahun,
menikah  pada  umur  16  tahun,  pendidikan  SD,  pekerjaan  ibu  rumah  tangga, pendidikan  suami  tidak  sekolah,  pekerjaan  suami  sebagai  petani,  dengan
pendapatan keluarga ± Rp.750.000 per bulan, memiliki 5 anggota keluarga dalam satu  rumah,  dan  memiliki  satu orang  balita  dalam  keluarga.  Karakteristik  baduta
yaitu B berumur 18 bulan, merupakan anak ke-lima dari lima bersaudara, berjenis
kelamin  laki-laki  dengan  berat  lahir  2,7  kg,  BB  8,1  kg  dan  panjang  badan  76,7 cm.
5.2.2 Informan Pendukung
1. Keluarga  Informan  Yang  Turut  Serta  Dalam  Kegiatan  Pemberian
Makan Bayi
Informan pendukung dari keluarga ibu baduta yang mengalami gizi kurang merupakan  keluarga  dari  informan  utama  yang  terlibat  dalam  kegiatan
pengasuhan anak terutama kegiatan pemberian makan, berikut adalah karakteristik keluarga dari bayi gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Sukamulya :
Tabel 5.3 Karakteristik Informan Keluarga Bayi Gizi Kurang Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukamulya Tahun 2012
Karakter E
A AJ
KK E
R LA
KS KR
Umur 15 Tahun
69 Tahun 14 Tahun
15 Tahun 17 Tahun
14 Tahun 14 Tahun
Jenis Kelamin
Perempu an
Perempuan Perempuan
Perempuan Perempuan
Perempuan Perempuan
Pendidika n
SD Tidak
Sekolah SLTP
SD SLTP
SLTP SLTP
Pekerjaan
- -
- -
- -
-
Hubungan dengan
Bayi Kakak
Nenek Kakak
Kakak Kakak
Kakak Kakak
Sumber : Data Primer Berdasarkan  tabel  5.3  diatas  dapat  diketahui  karakteristik  informan
keluarga  ibu  baduta  yang  terlibat  dalam  kegiatan  pengasuhan  anak  khususnya kegiatan pemberian makan baduta gizi kurang yaitu terdiri dari informan keluarga
89
E yang  merupakan  keluarga  informan  utama  A  berumur  15    tahun,  berjenis
kelamin perempuan, pendidikan tamat SD, tidak memiliki pekerjaan dan memiliki hubungan sebagai kakak dari baduta gizi kurang.
Sedangkan untuk informan keluarga A yang merupakan keluarga informan utama J berumur 69 tahun, berjenis kelamin perempuan, pendidikan tidak sekolah
yang tidak memilki pekerjaan dan memiliki hubungan sebagai nenek dari baduta gizi kurangatau ibu dari ibu baduta gizi kurang.
Dan untuk informan keluarga K yang merupakan keluarga informan utama K
berumur 14 tahun, berjenis kelamin perempuan, pendidikan tamat SMP, tidak memiliki  pekerjaan  dan  memiliki  hubungan  sebagai  kakak  dari  bayi.  Kemudian
karakteristik keluarga baduta gizi kurang lainnya yaitu informan keluarga E yang merupakan  keluarga  informan  utama  R  berumur  15    tahun,  berjenis  kelamin
perempuan,  pendidikan  tamat  SD,  tidak  memiliki  pekerjaan  dan  memiliki hubungan sebagai kakak dari bayi.
Untuk  informan  keluarga L  yang  merupakan  keluarga  informan  utama  A
berumur  17  tahun,  berjenis  kelamin  perempuan,  pendidikan  SLTP  yang  tidak memilki  pekerjaan  dan  memiliki  hubungan  sebagai  kakak  dari  bayi.  Dan  untuk
informan  keluarga  K  yang  merupakan  keluarga  informan  utama  S  berumur  14 tahun,  berjenis  kelamin  perempuan,  pendidikan  tamat  SLTP,  tidak  memiliki
pekerjaan dan memiliki hubungan sebagai kakak dari baduta gizi kurang.
Sedangkan  informan  keluarga  yang  terakhir  yaituL  yang  merupakan keluarga  informan  utama  A  berumur  17  tahun,  berjenis  kelamin  perempuan,
pendidikan  SLTP  yang  tidak  memilki  pekerjaan  dan memiliki  hubungan  sebagai kakak daribaduta gizi kurang.
90
2. Karakteristik  Staf  Puskesmas  Sukamulya  Yang  Terlibat  Langsung
Dalam  Program Perbaikan Gizi Di Klinik Gizi Puskesmas
Informan  pendukung  yang  berasal  dari  staf  Puskesmas  terdiri  dari  dua orang  informan  yang  terdiri  dari  satu  orang  tenaga  pelaksana  gizi  TPG
Puskesmas dan satu orang staf Puskesmas yang terlibat  dalam program perbaikan gizi  di  Puskesmas  Sukamulya.  Berikut  adalah  karakteristik  TPG  Puskesmas  dan
staf  Puskesmas  yang  terlibat  dalam  program  perbaikan  status  gizi  di  Puskesmas Sukamulya:
Tabel 5.4 Karakteristik Staf Puskesmas Yang Terlibat Langsung Dalam Program
Perbaikan Gizi Di Klinik Gizi Puskesmas Sukamulya Tahun 2012 Karakteristik
H H
Umur 33 Tahun
35 Tahun Pendidikan
D1 Kebidanan S1 Kesehatan
Masyarakat Jabatan
TPG Staf Program
Anak Lama Bekerja
3 Tahun 2 Tahun
Sumber : Data Primer Berdasarkan  tabel  5.4  diatas  dapat  diketahui  bahwa  karakteristikstaf
Puskesmasyang terlibat
dalam program
perbaikan gizi
yaitu untuk
informanHberumur 33 tahun, pendidikan D1 Kebidanan, memiliki jabatan sebagai
TPG  Puskesmas  dan  memiliki  pengalaman  bekerja  di  Puskesmas  Sukamulya selama tiga tahun.
Sedangkan  untuk  informan  staf  Puskesmas  H  berumur  35  tahun,
pendidikan  SI  Kesehatan  Masyarakat,  memiliki  jabatan  sebagai  staf  pemegang program  anak  yang  bertugas  di  balai  pengobatan  BP  anak  di  Puskesmas
Sukamulya  dan  memiliki  pengalaman  bekerja  di  Puskesmas  Sukamulya  selama dua tahun.
91
5.3 Hasil Penelitian
Hasil penelitian terdiri dari gambaran perilaku informan utama dalam pola asuh  makan  yang  digambarkan  berdasarkan  pengetahuan,  sikap  dan  praktiknya
dalam  pemberian  makan  yang  meliputi  pemberian  ASI  dan  MP-ASI  pada  bayi gizi  kurang.  Hasil  penelitian  diperoleh  melalui  wawancara  mendalam  dengan
informan utama dengan kriteria informan memiliki anak gizi kurang yang berusia dibawah dua tahun Baduta.
Untuk memvalidasi data mengenai praktik pola asuh makan yang didapat dari  informan  utama,  maka  dilakukan  cross  cek  data  melalui  wawancara
mendalam  dengan  beberapa    informan  pendukung  baik  dari  informan  keluarga yang ikut serta dalam pemberian makanan maupun informan pendukung dari staf
Puskesmas  Sukamulya  yang  terlibat  dalam  program  perbaikan  gizi  di  klinik  gizi Puskesmas  Sukamulya.  Selain  itu,  untuk  memvalidasi  data  dalam  penelitian  ini
juga  diupayakan  dengan  cara  observasi  yang  dilakukan  rata-rata  lebih  dari  dua kali  di  rumah  informan  utama  maupun  di  klinik  gizi  Puskesmas  Sukamulya
karena terdapat intensitas pertemuan setiap satu minggu sekali dengan informan di klinik gizi Puskesmas Sukamulya yaitu pada hari senin dimana pada hari tersebut
biasanya ibu baduta gizi buruk dan gizi kurang datang untuk melakukan konseling gizi dengan TPG Puskesmas Sukamulya. Selain itu dilakukan cross cek data antar
informasi yang didapat dari informan utama dengan catatan atau data yang ada di Puskesmas.
5.3.1 Gambaran Pola Asuh Makan
Pola asuh makan pada baduta meliputi pemberian gizi yang cukup dan  seimbang  melalui  pemberian  ASI  dan  MP-ASI.  Gambaran  pola  pemberian
92
ASI meliputigambaran pengetahuan, sikap dan praktik pemberian ASI, komposisi dan  manfaat  ASI,  waktuusia  pemberian  ASI  pertama  kali,  Frekuensi  pemberian
ASI, lama pemberian ASI, dan usia penyapihan. Sedangkan  gambaran  pola  pemberian  MP-ASI  meliputi  gambaran
pengetahuan, sikap, dan  praktik pemberian makanan pendamping ASI MP-ASI yang  meliputi  cara  pemberian  MP-ASI,  waktuusia  pemberian  MP-ASI  pertama
kali, frekuensi pemberian MP-ASI, komposisi dan porsi MP-ASI, jenis MP-ASI, serta cara pembuatan MP-ASI yang baik dan tepat untuk anak.
5.3.1.1 Gambaran Pola Pemberian ASI
Pola  pemberian  ASI  yang  dimaksud  dalam  penelitian  ini  adalah gambaran pengetahuan, sikap dan praktik ibu yang memiliki baduta dengan status
gizi  kurang  terhadap  Gambaran  pola  pemberian  ASI  meliputigambaran pengetahuan,  sikap  dan  praktik  pemberian  ASI,  komposisi  dan  manfaat  ASI,
waktuusia  pemberian  ASI  pertama  kali,  Frekuensi  pemberian  ASI,  lama pemberian ASI, dan pengetahuan mengenai usia penyapihan.
1. Pengetahuan Pemberian ASI
Pengetahuan mengenai pemberian ASI meliputi pengetahuan tentang ASI, komposisi  dan  manfaat  ASI,  waktuusia  pemberian  ASI  pertama  kali,  Frekuensi
pemberian ASI, lama pemberian ASI, dan usia penyapihan. Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan utama,
didapatkan hanya ada satu orang informan yang  memiliki pengetahuan yang baik tentang  ASI  dan  ASI  eksklusif  terutama  tentang  manfaat  ASI,  Frekuensi
pemberian  ASI,  lama  pemberian  ASI,  dan  usia  penyapihan.Sedangkan pengetahuan  tentang  komposisi  ASI  dan  waktu  yang  tepat  untuk  pemberian  ASI
93
pertama  kali  hampir  keseluruhan  informan  tidak  mengetahui  kapan  waktu  yang tepat  sebaiknya  anak  di  beri  ASI  pertama  kali,  hampir  semua  informan  tidak
mengerti apa yang dimaksud dengan kolostrum dan ada lima orang informan yang menjawab  tidak  tahu  ketika  ditanya  apa  yang  dimaksud  dengan  ASI  eksklusif
karna yang mereka ketahui hanya ASI adalah air susu ibu. Berikut kutipannya:
“Sing arane ASI iku banyu susu sing emane dudu susu botol atau susu dot, ASI iku ning jerone akeh mengandung vitamin sing bagus genah si bayi,
ari ASI eksklusif iku ASI apa yah?ASI dicampur ya nong?” “Yang namanya ASI itu adalah air susu ibu bukan susu botol atau susu
dot yang didalamnya banyak mengandung vitamin yang baik untuk si bayi, kalau ASI eksklusif itu ASI apa yah? ASI campuran kali ya neng?”
Informan A. “ASI iku ya banyu susu emak, manfa’ate akeh bisa genah kesehatan si
bayi, supaya anak ora gampang kena penyakit,lan lebih praktis daripada susu botol, ari ASI eksklusif mah disusui sampe 6 bulan”
“ ASI itu ya air susu ibu, manfaatnya banyak bisa untuk kesehatan bayi supaya anak tidak mudah sakit dan lebih praktis dibandingkan susu
formula, kalau ASI eksklusif itu disusui sampai 6 bulan Informan J. “ASI mah banyu susu emak, ari ASI eksklusif mah ora weruh nong”
“ASI itu air susu ibu, kalau ASI eksklusif saya tidak tahu neng” Informan K.
“ASI iku air susu ibu sing bagus genah si bayi” ASI itu adalah air susu ibu yang baik untuk bayiInforman R
94
Sedangkan  pengetahuan  mengenai  usia  pemberian  ASI  pertama  kali, sebagian  besar  informan  berpendapat  bahwa  pemberian  ASI  pertama  kali  yang
tepat ialah setelah tiga hari kelahiran anak. Sebagian besar informan berpendapat bahwa  ASI  di  hari  pertama,  hari  kedua  dan  ketiga  setelah  kelahiran  anak  tidak
bagus karena berwarna kekuningan dan dianggap kotor. Berikut kutipannya: “ Telung dina seentase lahiran nong karna banyu susu memiti mah
warnane kuning belok ” “Tiga hari setelah melahirkan neng, karna ASI yang pertama kali keluar
warnanya kuning dan kotor” Informan A. “Embuh yah ora pati kelingan, pokone mah begitu banyu susu metu
langsung disedotaken tapi ikugah sing kuning-kuninge mah dibuang dipit bokan ora teger”
“ Tidak tahu sudah lupa, pokonya begitu ASI keluar langsung diberikan kepada bayi tapi itupun dibuang dulu cairan kuningnya kolostrum
khawatir tidak baik” Informan J. “Biasane mah rong dina seentase lahir karna dina memiti mah biasane
durung metu” Biasanya dua hari setelah melahirkan karena hari pertama biasanya ASI
belum keluar” Informan K. Tetapi ada juga informan yang mengetahui kapan sebaiknya ASI pertama
kali  diberikan  yaitu  segera  setelah  bayi  dilahirkan  hanya  saja  menurut  informan ASI nya belum keluar sehingga bayi tidak mau mengisap puting susunya.
Berikut kutipannya :
95
“Atuh  susu  mah  baguse  mah  digain  langsung  tembeke  clek  tapi  ya berhubung banyu
susune ora metu ya si bayine ora gelem nyedot tapi ya laju tek olesi madu susu kitane
supaya dikecropi ning si bayi” ASI itu sebaiknya diberikan segera setelah bayi dilahirkan tapi berhubung
karna air susu  saya  tidak  langsung  keluar  jadi  si  bayi  tidak  mau
menghisap puting susu tapi   langsung  saya  olesi  madu  supaya  bayi  mau menghisap susu Informan A.
“Atuh  lah  kitamah  semetune  banyu  susu  be  ngko  gah  wis  ana  banyu susune mah   merengpeng lamun ora disedot ning si bayi”
Kalau saya mah sekeluarnya air susu saja langsung saya kasih ke si bayi karna nanti
kalau  tidak  diberikan  kepada  bayi  payudara  saya  akan terasa sakit Informan R.
“Semetune  be  lah  ari  durung  metu  banyu  susune  mah  digai  mangan gedang tah apatah bokan kelaparan ko anak kita”
Sekeluarnya  air  susu  aja  lah  kalau  air  susunya  belum  keluar  dikasih makan  pisang  juga  tidak  apa-apa  daripada  anak  saya  nanti  kelaparan
Informan R. Dan mengenai pengetahuan frekuensi pemberian ASI atau seberapa sering
anak diberi ASI dalam sehari rata-rata ibu bayi memberikan ASI kepada anaknya setiap kali anaknya menangis meminta ASI. Berikut kutipannya:
“Pokone mah unggal anak nangis atuh ya di sosoni” “ Pokonya setiap anak menangis ya diberi ASI Informan A.
“Pirang balen yah ora keitung, sing jelasmah lamun anak ngelih atau nangis buru-buru disosoni”
96
“Berapa kali yah tidak terhitung pokoknya setiap anak lapar dan menangis cepat-cepat disusui” Informan J.
“Pirang-pirang balen unggal anak pengen nyusu atuh disosoni” “Berkali-kali setiap anak pengen nyusu ya kita susui” Informan K.
Pengetahuan  mengenai  lama  pemberian  ASI  atau  berapa  waktu  yang dibutuhkan  setiap  kali  menyusui  rata-rata  informan  menjawab  sampai  si  bayi
merasa kenyang dan berhenti menangis. Berikut kutipannya : “Biasane lamun wis wareg mah si bayi laju turu ngko gah ucul dewek”
“Biasanya kalau sudah kenyang si bayi langsung tertidur nanti juga lepas sendiri” Informan A.
“Atuh sewarege be ko gah wis wareg mah nyusune liren dewek” “Ya  sampai  kenyang  nanti  juga  kalau  sudah  kenyang  berhenti  sendiri”
Informan J “Sampe wareg“
“Sampai kenyang Informan K.
Sedangkan  pengetahuan  mengenai  usia  penyapihan  hampir  semua informan berpendapat bahwa penyapiha sebaiknya dilakukan sampai anak berusia
2 tahun, tetapi ada satu informan yang berpendapat bahwa anak sebaiknya disapih sebelum  berusia  2  tahun  karena  kalau  sudah  lebih  dari  dua  tahun  biasanya  akan
semakin sulit untuk melakukan penyapihan. Berikut kutipannya : “Ari  kitamah  arep  sampe  rong  taun  bae  lah  supaya  anak  kita  pinter  lan
ngkone nurut   ning wong tua” “Kalau  saya  mau  sampe  usia  2  tahun  aja  supaya  anak  saya  pinter  dan
nantinya nurut sama orangtua” Informan A.
97
“Biasane mah sampe umur rong tahun yah tapi embuh kih lah saikine wis pegel   nyokoti  bae  apamaning  wis  ana  untune  mah  sampe  bengkak
kadang” “Biasanya  sih  sampai  usia  dua  tahun  tapi  tidak  tau  nih  sekarang  saja
sudah capek   ngegigit  terus  apalagi  sudah  ada  giginya  kadang  sampe bengkak” Informan J.
“Umur rong tahun sing bagusmah” “Yang bagus sampe usia dua tahun” Informan K.
2. Sikap Pemberian ASI
Gambaran  sikap  pemberian  ASI  yang  dimaksud  dalam  penelitian  ini adalah  pendapat  informan  utama  dalam  hal  pentingnya  ASI,  komposisi  dan
manfaat ASI, waktuusia pemberian ASI pertama kali, Frekuensi pemberian ASI, lama pemberian ASI, dan usia penyapihan.
Dari  hasil  wawancara  yang  dilakukan,  seluruh  informan  berpendapat bahwa  pemberian  ASI  kepada  baduta  merupakan  hal  yang  penting  dilakukan.
Ketika  ditanya  alasannya,  mereka  menjawab  karena  ASI  merupakan  makanan yang  lengkap  untuk  balita  dan  tidak  merepotkan  atau  lebih  praktis  dalam
pemberiannya  dibandingkan  dengan  susu  formula,  serta  dapat  menjadikan  bayi mereka sehat dan pintar. Berikut kutipannya:
“Penting  lah,  wong  jere  bidan  gah  ASI  sing  paling  bagus  lan  praktis dibandingkan  susu formula”
Penting  dong,  orang  kata  bidan  juga  ASI  yang  paling  bagus  dan  praktis dibandingkan  susu formula Informan A.
98
“Penting nong, lagian ora di gai ASI mah arep digain apa tuku susu botol larang”
Penting  neng,  lagian  kalau  tidak  diberi  ASI  mau  diberi  apa  beli  susu formula mahal Informan J.
“Penting nong, bayi sing ora disosoni mah gampang kena penyakit” Penting  neng,  bayi  yang  tidak  diberi  ASI  mudah  terkena  penyakit
Informan K. “Penting  nong,  ASI  mah  siji-sijine  pepanganan  si  bayi  sing  bagus  genah
kesehatan lan kecerdasan si bayi” Penting  neng,  ASI  itu  satu-satunya  makanan  bayi  yang  baik  untuk
kesehatan dan  kecerdasan si bayiInforman S . “Penting lah, wong wadon mah wis perantine nyosoni ora gelem nyosoni
mah aja dadi wong wadon” Penting donk, perempuan mah sudah seharusnya menyusui anaknya kalau
tidak mau menyusui jangan jadi perempuanInforman R. Selain  itu  hampir  seluruh  informan  berpendapat  bahwa  sebaiknya
melakukan  penyapihan  setelah  bayi  berusia  2  tahun  karena  mereka  beranggapan bahwa  perintah  agama  yang  mereka  yakini  adalah  aturan  yang  paling  bijaksana
dan  paling  tepat  untuk  kebaikan  ibu  dan  bayi.  Tetapi  informan  mengemukakan bahwa  itupun  tergantung  situasi  dan  kondisi  ibu  dan  bayiartinya  kalau  ibunya
sehat  dan  memungkinkan  untuk  terus  memberikan  ASI  maka  ASI  akan  terus diberikan sampai anak berusia 2 tahun.
3. Praktek Pemberian ASI
99
Praktek pemberian ASI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah praktik pemberian  ASI  yang  dilakukan  informan  utama  untuk  bayinya,  meliputi
pemberian ASI, komposisi dan manfaat ASI, waktuusia pemberian ASI pertama kali, Frekuensi pemberian ASI, lama pemberian ASI, dan usia penyapihan.
Berdasarkan  hasil  wawancara  yang  dilakukan  dengan  informan  utama, didapatkan hasil bahwa sebagian besar informan berpendapat bahwa ASI memang
sebaiknya  langsung  diberikan kepada bayi segera setelah bayi dilahirkan. Namun meskipun demikian, pada prakteknya sebagian besar informan mengatakan bahwa
ASI mereka baru keluar setelah tiga hari melahirkan sehingga mereka mengganti ASI  dengan  susu  formula,madu,  dan  air  putih  bahkan  ada  yang  langsung  diberi
pisang dan tape singkong sampai ASI mereka keluar. Masalah lain adalah banyak informan  yang  tidak  memberikan  kolostrumnya  kepada  anak  karena  mereka
menganggap cairan tersebut kotor dan tidak baik untuk anak. Selain  itu  untuk  lamanya  pemberian  ASI,  lima  informan  selalu
memberikan ASI sampai anak merasa kenyang dan berhenti menangis. Tidak ada batasan  waktu  untuk  lamanya  pemberian  ASI.  Untuk  usia  penyapihan  hampir
semua  informan  melakukan  penyapihan  sampai  anak  berusia  dua  tahun. Berdasarkan  penelitian  diketahui  gambaran  praktik  pemberian  ASI  pada
ibu  baduta  gizi  kurang  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Sukamulya  diketahui  satu orang informan mengaku sudah tidak memberikan ASI sejak bayi berusia empat
bulan karena bayi tidak mau menyusu dengan alasan ASI yang keluar sedikit, dan beberapa  informan  lainnya  mengaku  sudah  mulai  memberikan  makanan  selain
ASI  seperti  buah  pisang,  tape  singkong,  madu,  dan  makanan  maupun  minuman lain sejak bayi mereka dilahirkan. Sebagian informan tersebut berpendapat bahwa
100
anak  yang  langsung  diberi  makanan  tambahan  selain  ASI  sejak  bayi  berusia kurang dari 6 bulan agar bayi tersebut memiliki badan yang kuat dan berisi selain
itu  pemberian  makanan  selain  ASI  sebelum  anak  berusia  6  bulan  dimaksudkan agar anak tidak teru menangis karena merasa kelaparan.
Sedangkan  frekuensi  pemberian  ASI  menurut  sebagian  besar  informan tidak  bisa  memastikan  berapa  kali  dalam  sehari  karena  tidak  terhitung  mereka
hanya  dapat  memperkirakan  yaitu  sebanyak  8-10  kali  dalam  sehari.  Dan  waktu pemberian  ASI  menurut  seluruh  informan  adalah  ketika  anak  menangis,  minta
menyusu, mengantuk atau pada jam biasanya bayi diberikan ASI.
5.3.1.2 Pola Pemberian MP-ASI
Pola  pemberian  MP-ASI  yang  dimaksud  dalam  penelitian  ini  adalah gambaran  pengetahuan,  sikap  dan  praktik  ibu  yang  memiliki  bayi  dengan  status
gizi  kurang  yang  ada  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Sukamulya  dalam  hal pemberian  makanan  pendamping  ASI  MP-ASIyang  meliputi  cara  pemberian
MP-ASI, waktuusia  pemberian  MP-ASI pertama  kali, frekuensi  pemberian  MP- ASI, komposisi dan porsi MP-ASI, jenis MP-ASI, serta cara pembuatan MP-ASI
yang baik dan tepat untuk bayi.
1. Pengetahuan Pemberian MP-ASI
Pengetahuan  mengenai  pemberian  MP-ASI  meliputi  pengetahuan  tentang cara  pemberian  MP-ASI,  waktuusia  pemberian  MP-ASI  pertama  kali,  frekuensi
pemberian  MP-ASI,  komposisi  dan  porsi  MP-ASI,  jenis  MP-ASI,  serta  cara pembuatan MP-ASI yang baik dan tepat untuk bayi.
Dari  hasil  wawancara  mendalam  yang  dilakukan  dengan  informan utama,lima  dari  tujuh  orang  informan  utama  memiliki  pengetahuan  yang  sedikit
101
terkait  MP-ASI.  Dari  ke  lima  orang  informan  tersebut  tiga  orang  diantaranya berpendapat  bahwa  MP-ASI  adalah  makanan  pengganti  ASI  atau  yang  biasa
disebut  PASI.Sedangkan  2  orang  informan  lain  berpendapat  bahwa  MP-ASI adalah produk makanan olahan atau bubur yang dijual khusus untuk bayi. Hampir
semua informan menyebutkan merek dagang bubur bayi karena yang mereka tahu MP-ASI adalah bubur bayi.
Selain  itu  hampir  semua  informan  tidak  mengetahui  komposisi  MP-ASI yang  tepat  untuk  diberikan  kepada  bayi  yang  mereka  ketahui  hanya  frekuensi
makan  anak  yaitu  tiga  kali  dalam  sehari.  Hampir  semua  informan  berpendapat bahwa anak harus diberi makan sampai bayi merasa kenyang dan menolak untuk
disuapi.
Pengetahuan  mengenai  cara  pembuatan  MP-ASI  yang  dimaksud  dalam penelitian ini adalah pengetahuan mengenai cara penyiapan dan pengolahan makanan
yang tepat, serta penyajian makanan yang baik bagi baduta. Menurut sebagian besar informan utama cara pembuatan MP-ASI  yang baik adalah bahan makanan dimasak
sampai matang, dengan cara dikukus dan direbus untuk bahan makanan seperti beras, digoreng  untuk  bahan  makanan  sejenis  lauk,  dan  direbus  atau  ditumis  untuk  bahan
makanan  sejenis  sayuran.  Selain  itu  beberapa  informan  menambahkan  bahan makanan seperti telur. Berikut kutipannya:
2. Sikap Pemberian MP-ASI
Tingkat  pengetahuan  akan  berpengaruh  terhadap  sikap  dan  perilaku seseorang  karena  berhubungan  dengan  daya  nalar,  pengalaman,  dan  kejelasan
konsep mengenai objek tertentu Khomsan dkk, 2007. Hal ini dibuktikan dengan hasil  penelitian  yang  menunjukkan  bahwa  informan  utama  yang  memiliki
pengetahuan  tidak  baik  mengenai  cara  pemberian  MP-ASI,    resiko  pemberian
102
MP-ASI  dini,  tujuan  MP-ASI,  komposisi  dan  porsi  pemberian  MP-ASI,  syarat- syarat  pemberian  MP-ASI,  jenis  MP-ASI,  serta  cara  pembuatan  MP-ASI  juga
memiliki sikap yang tidak baik terkait pemberian MP-ASI. Selain  itu  informan  utama  yang  memiliki  pengetahuan  yang  buruk
mengenai  waktu  yang  tepat  dalam  pemberian  MP-ASI,  ternyata  juga menunjukkan  sikap  yang  buruk  mengenai  hal  tersebut,  yang  bisa  dilihat  dari
ketidaksetujuan  mereka  jika  balita  hanya  diberikan  ASI  saja  sampai  usia  empat atau enam bulan.
3. Praktek Pemberian MP-ASI
Berdasarkan  hasil  penelitian,  dapat  diketahui  bahwa  sebagian  besar informan utama memiliki praktik yang secara umum termasuk tidak sesuai dengan
yang  seharusnya  dilakukan.  Hampir  semua  informan  mengaku  memberikan  MP- ASI  jauh  sebelum  anak  berusia  enam  bulan,  selain  itu  mereka  juga  berpendapat
ASI  saja  tidak  cukup  untuk  memenuhi  kebutuhan  gizi  bayi  dengan  alasan  bayi masih  tetap  menangis  dan  rewel  meski  sudah  diberi  ASI,  sehingga  mereka
beranggapan bahwa bayi harus diberi makanan selain ASI supaya tidak rewel dan menangis.
Selain itu, hampir semua informan menunjukkan praktek yang tidak sesuai terkait komposisi dan porsi MP-ASI  yang diberikan kepada bayi. Hampir  semua
informan  hanya  memberikan  makanan  pendamping  ASI  berupa  bubur  bayi  yang dijual bebas dipasaran, setelah usianya bertambah mereka mengganti makanannya
berupa  nasi  biasa  yang  diberi  kuah  sayur  atau  kecap.Hal  ini  dikarenakan  tingkat pendidikan  informan  yang  rata-rata  masih  rendah  yaitu  tingkat  SD  sehingga
memungkinkan  tingkat  pengetahuan  yang  dimiliki  juga  masih  sangat  rendah.
103
Sebagaimana  menurut  pendapat  Notoatmodjo  2003,  yang  mengatakan  bahwa pengetahuan  atau  kognitif  merupakan  domain  yang  sangat  penting  dalam
membentuk  tindakan  seseorang.  Selain  itu  Sanjur  1982  dalam  Khomsan  dkk 2007  juga  menyatakan  bahwa  konsumsi  pangan  seseorang  dipengaruhi  oleh
pengetahuan dan sikap terhadap makanan.
104
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengetahuan Pemberian ASI
Pola  asuh  makan  pada  bayi  meliputi  pemberian  gizi  yang  cukup  dan seimbang  melalui  pemberian  air  susu  ibu  ASI  dan  makanan  pendamping  ASI
MP-ASI.  Memberikan  hanya  ASI  dalam  enam  bulan  pertama  kehidupan  bayi adalah yang paling baik dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi, dilanjutkan dengan
pemberian  MP-ASI  yang  tepat  serta  ASI  dilanjutkan  pemberiannya  sampai  usia dua  tahun  merupakan  kunci  agar  anak  dapat  tumbuh  kembang  secara  optimal
Depkes RI, 2008. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
dapat  diketahui  bahwa  sebagian  besar  informan  utama  memiliki  pengetahuan yang  sama  hampir  di  semua  aspek  pemberian  ASI  kepada  bayi  dan  baduta.
Terutama  dalam  pengetahuan  terkait  ASI  eksklusif,  ada  tiga  orang  informan utama yang berpendapat bahwa ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan
kepada bayi sampai anak berusia enam bulan. Pendapat ini dianggap kurang tepat karena  menurut  WHO,  ASI  eksklusif  adalah  bayi  hanya  diberi  ASI  saja  tanpa
makanan  ataupun  minuman  selain  ASI  sampai  bayi  berusia  enam bulan.Sebelumnya ASI eksklusif hanya memberikan ASI sebagai makanan bayi
dianjurkan  hingga  bayi  berumur  4  bulan.  Setelah  itu  bayi  diberi  makanan pendamping  berupa  sari  buah  dan  bubur.  Namun  sejak  tahun  2001,  berdasarkan
hasil-hasil penelitian, world health organization WHO menganjurkan pemberian
105
ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan. Sedangkan ke empat informan utama lainnya mengaku tidak tahu mengenai ASI eksklusif.
Sedangkan  Ke  empat  informan  lainnya  tidak  memiliki  pengetahuan  yang baik  terkait  ASI  eksklusif.  Namun  meskipun  demikian  semua  informan  utama
sedang  atau  masih  menyusui  anaknya  pada  saat  penelitian  ini  berlangsung. Permasalahannya  adalah  hampir  semua  ibu  menyusui  yang  menjadi  informan
dalam penelitian ini tidak memberikan ASI secara eksklusif karena mereka tidak mengetahu dan mengerti pentingnya manfaat ASI eksklusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Selain itu hal ini dimungkinkan karena kebiasaan-kebiasaan pola  pemberian  ASI  yang  sudah  terbentuk  sebelumnya.  Hal  ini  bisa  dilihat  dari
gambaran  beberapa  informan  yang  pada  dasarnya  memiliki  pengetahuan  yang cukup tetapi tetap tidak menyusui anaknya secara eksklusif.
Permasalahan lain yang timbul terkait pengetahuan pemberian ASI adalah mengenai  kolostrum,  hampir  semua  informan  tidak  mengetahui  apa  yang
dimaksud dengan kolostrum. Mereka juga tidak mengetahui mengenai komposisi ASI.Namun  meskipun  demikian  beberapa  informan  utama  mengetahui  manfaaat
ASI  mereka  berpendapat  bahwa  ASI  merupakan  makanan  utama  bayi  yang banyak mengandung zat gizi yang penting bagi pertumbuhan dan kesehatan serta
kecerdasan bayi. Hal  ini  sesuai  dengan    hasil-hasil  penelitian  WHO  1993  yang
berpendapat  bahwa  ASI  merupakan  pangan  kompleks  yang  mengandung  zat-zat gizi  lengkap  dan  bahan-bahan  bioaktif  yang  diperlukan  untuk  tumbuh  kembang
dan  pemeliharaan  kesehatan  bayi.Selain  itu,  hampir  semua  informan  juga memiliki  pengetahuan  yang  sama  baik  perihal  frekuensi  pemberian  ASI,
106
waktulamanya pemberian ASI serta usia penyapihan. Mereka berpendapat bahwa frekuensi  pemberian  ASI  diberikan  sesering  mungkin  atau  setiap  saat  bayi
menginginkan  ASI.  Mengenai  waktulamanya  pemberian  ASI  semua  informan utama  juga  berpendapat  bahwa  tidak  ada  batasan  waktu  pemberian  ASI.  Hal  ini
berarti  ASI  diberikan  ibu  setiap  saat  sampai  bayi  merasa  puas  dan  kenyang. Menurut  As’ad  2002bahwa  pemberian  ASI  tidak  dibatasi  dan  dapat  diberikan
setiap saat terutama ASI eksklusif. Pengetahuan mengenai waktuusia yang tepat pemberian ASI pertama kali
ada  empat  orang  informan  utama  yang  berpendapat  bahwa  ASI  seharusnya diberikan  segera  setelah  bayi  dilahirkan.  Ke  tiga  informan  lainnya  berpendapat
bahwa waktu pemberian ASI pertama kali ialah tiga sampai lima hari setelah bayi dilahirkan, hal ini dikarenakan pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan
biasanya  ASI  masih  berwarna  kekuningan  yang  dianggap  kotor  dan  tidak  baik untuk kesehatan bayi.
Hal ini jelas tidak sesuai karena menurut As’ad 2002, bila ibu dan bayi sehat,  ASI  hendaknya  secepatnya  diberikan  karena  ASI  merupakan  makanan
terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4 bulan pertama. ASI yang diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental yang
berwarna  kekuningan.  Kolostrum  ini  sangat  menguntungkan  bayi  karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A.
6.2 Sikap Pemberian ASI