Validasi Data Pengetahuan Pemberian ASI

80

4.7 Validasi Data

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang valid maka dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan mencari sumber data dari dua jenis informan, yaitu informan utama dan informan pendukung. Triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu dengan metode wawancara dan pengamatan observasi Tabel 4.1 Sumber dan Metode Pengambilan Data No Domain Penelitian Sumber Metode 1 Pengetahuan pemberian ASI Informan utama Ibu baduta gizi kurang Wawancara mendalam

2 Sikap Pemberian ASI

Informan utama Ibu baduta gizi kurang Wawancara mendalam

3 Praktek Pemberian ASI

Informan utama Ibu baduta gizi kurang dan informan pendukung Keluarga baduta gizi kurang Wawancara mendalam 4 Pengetahuan Pemberian MP- ASI Informan utama Ibu baduta gizi kurang Wawancara mendalam 5 Sikap Pemberian MP-ASI Informan utama Ibu baduta gizi kurang Wawancara mendalam 6 Praktek Pemberian MP-ASI Informan utama Ibu baduta gizi kurang dan informan pendukung Keluarga baduta gizi kurang Wawancara mendalam dan observasi 81

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Profil Puskesmas Sukamulya Kabupaten Tangerang Tahun 2012

Puskesmas Sukamulya terletak di sebelah barat Kabupaten Tangerang tepatnya di Kp. Palis Tegal Ds. Kaliasin Kecamatan Sukamulya. Puskesmas Sukamulya dibangun diatas tanah seluas 1600m2 dengan luas bangunan 400m2. Sebelah barat berbatasan dengan tempat pemakaman umum TPU , sebelah timur dan utara dengan pemukiman penduduk, serta sebelah selatan dengan jalan raya kronjo. Secara administrasi wilayah kerja Puskesmas Sukamulya terdiri dari 8 delapan desa yaitu Desa Sukamulya, Desa Kaliasin, Desa Parahu, Desa Merak, Desa Bunar, Desa Benda, Desa Buniayu dan Desa Kubang. Wilayah Kecamatan Sukamulya berbatasan dengan : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kronjo b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Rajeg c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Balaraja dan Kecamatan Jayanti d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kresek Berdasarkan profil Puskesmas Sukamulya tahun 2012 diketahui jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sukamulya sebanyak 59.359 jiwa yang terdiri dari penduduk berjenis kelamin laki-laki 27.832 jiwa 46,9 dan penduduk berjenis kelamin perempuan 31.527 jiwa 51,3. Dengan komposisi 82 penduduk usia produktif sebanyak 31.013 jiwa 52,3, penduduk berusia 0-4 tahun atau balita sebanyak 5.753 jiwa 9,7, penduduk berusia 5-14 tahun sebanyak 13.816 jiwa 23,3 dan penduduk usila 60 tahun sebanyak 2.932 jiwa 4,9 . Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Sukamulya tahun 2011 sebanyak 34.432 58,01 dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan dari tahun 2010. Jika dilihat dari jumlah penduduk tiga tahun terakhir, jumlah penduduk miskin berbanding lurus dengan pertambahan penduduk. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah penduduk miskin juga bertambah. Data Puskesmas, 2011. Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Kecamatan Sukamulya sebagian besar masih tingkat SLTPMTs yaitu sebesar 12,08, SLTPMTs sebesar 11,2 , SDMI sebesar 10,4 dan tidakbelum pernah sekolah sebesar 8,04, sedangkan tidakbelum tamat SD sebesar 5,7 dan perguruan tinggi sebesar 3,9 Data Puskesmas, 2011.

5.1.2 Gambaran Umum Program Perbaikan Gizi di Puskesmas Sukamulya

Pelaksanaan kegiatan semua program perbaikan gizi di Puskesmas Sukamulya terus diupayakan semaksimal mungkin karena ini merupakan indikator keberhasilan program gizi secara keseluruhan. Program-program perbaikan gizi yang sudah dijalankan antara lain : Pemberian vitamin A dosis tinggi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya KVA, Distribusi zat besi Fe, Pemantauan status gizi dan bulan penimbangan balita, Pemberian makanan tambahan, pemantauan garam beryodium, pos gizi balita, dan konseling gizi. Konseling gizi merupakan kegiatan penyuluhan perorangan maupun kelompok dengan tatap muka yang dilakukan dalam upaya perbaikan dan 83 peningkatan status gizi dengan sasaran ibu balita gizi buruk atau bawah garis merah BGM, gizi kurang dan balita yang selama 2 kali dilakukan penimbangan tidak mengalami kenaikan BB 2T. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar balita yang mengalami gizi buruk mengalami perubahan status gizi menjadi baik, yang berstatus gizi kurang dan 2T tidak sampai berlanjut ke status gizi buruk. Konseling gizi adalah kegiatan dukungan dan layanan bagikeluarga agar dapat mencegah dan mengatasi masalah gizi gizi kurangdan gizi buruk anggota keluarganya. Konseling gizi dilakukan dengancara memberikan perhatian, menyampaikan pesan, menyemangati,mengajak,memberikan pemikiransolusi, menyampaikan layananbantuan,memberikan nasihat, merujuk, menggerakkan dan bekerjasama. Kegiatan konseling gizi di klinik gizi Puskesmas Sukamulya melibatkan Bidan Desa dan Kader-kader posyandu dengan cara merujuk ibu balita yang mengalami masalah gizi untuk datang ke klinik gizi dan mengikuti konseling gizi yang dilakukan bersama dengan tenaga pelaksana gizi TPG yang bertugas di Puskesmas Sukamulya. Kegiatan ini dilakukan rutin setiap satu minggu sekali tepatnya pada hari senin di klinik gizi Puskesmas Sukamulya. TPG yang bertugas di klinik gizi Puskesmas Sukamulya terdiri dari satu orang tenaga kesehatan yang berpengalaman dalam masalah gizi.

5.2 Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini jumlah keseluruhan informan sebanyak 16 orang yang terdiri dari 7 orang informan utama, 7 orang informan pendukung dari keluarga ibu baduta gizi kurang yang terlibat dalam pemberian makanan serta 2 orang informan pendukung dari staf Puskesmas pemegang program perbaikan gizi 84 yang salah satunya merupakan tenaga pelaksana gizi TPG di Puskesmas Sukamulya. Data karakteristik informan diperoleh dari hasil wawancara yang meliputi : nama, umur, usia menikah, pekerjaan, agama, pendidikan terakhir, pendidikan suami, pekerjaan suami, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga dan alamat informan. Sedangkan data anak meliputi : nama anak, umur, jenis kelamin, berat badan dan panjang badan anak. Pengumpulan data status gizi anak baduta dilakukan dengan cara melakukan penimbangan berat badan yang menggunakan dacin dan pengukuran panjang badan dengan menggunakan microtoise dan dilakukan dengan metode antropometrimenggunakan indeks berat badan menurut umur BBU dan berat badan menurut panjang badan BBPB. Selanjutnya dibandingkan dengan standar WHO-NCHS. 5.2.1 Informan Utama Informan utama dalam penelitan ini adalah ibu yang memiliki anak gizi kurang yang berusia dibawah dua tahun Baduta. Informan utama ini terdiri dari 7 orang informan. Ke-tujuh orang informan ini didapatkan berdasarkan hasil validasi data gizi buruk yang dilakukan Puskesmas Sukamulya pada bulan Agustus tahun 2012 terhadap 33 balita di wilayah kerja Puskesmas Sukamulya. Berdasarkan data awal balita yang dijadikan informan dalam penelitian ini termasuk dalam balita dengan status gizi buruk tetapi setelah dilakukan validasi data dengan cara melakukan pengukuran BB dan TB dan dibandingkan dengan standar baku WHO-NCHS di masing-masing kelurahan diperoleh hasil bahwa 85 sebagian besar anak tidak sampai berstatus gizi buruk atau masih berada pada kondisi gizi kurang. Dari 33 jumlah kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sukamulya 26 orang masih berstatus gizi kurang. Dan dari 26 balita yang berstatus gizi kurang 7 orang berusia dibawah 2 tahun Baduta sehingga berdasarkan hasil inilah penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 7 orang informan utama. Karakteristik ibu baduta tersebut tersaji dalam bagan berikut : Tabel 5.1 Karakteristik Ibu Baduta Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamulya Tahun 2012 Karakteristik A J K R A S R Umur 35 Tahun 25 Tahun 37 Tahun 39 Tahun 29 Tahun 42 Tahun 40 Tahun Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Pendidikan Terakhir SLTP SLTA SD SD SLTP Tidak Sekolah SD Pekerjaan Suami Buruh Guru Honorer Wirausah a Petani Buruh Petani Petani Pendidikan Suami SLTP SI SD Tidak Sekolah SD SD Tidak Sekolah Pendapatan KeluargaBul an ± 1.300.000 ± 500.000 ± 650.000 ± Rp. 500.000 ± Rp. 800.000 ± Rp. 500.000 ± Rp. 750.000 Jumlah Anggota Keluarga 5 Orang 4 Orang 6 Orang 6 Orang 4 Orang 7 Orang 5 Orang Jumlah Balita Dalam Keluarga 1 Orang 1 Orang 1 Orang 2 Orang 1 Satu 2 Orang 1 Orang 86 Karakteristik Baduta Gizi Kurang Karakteristik SA AJ IK RR DA DS BR Umur 12 Bulan 23 Bulan 15 Bulan 24 Bulan 19 Bulan 19 Bulan 18 Bulan Anak ke- 1 1 4 4 3 4 3 Jenis Kelamin Perempua n Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempua n Laki-Laki Laki-Laki Berat Badan Lahir 3,1 Kg 2,7 Kg 3 Kg 3 kg 3.3 kg 2.9 kg 2.7 kg Berat Badan 6,6 kg 9,1 kg 7,6 kg 8,5 kg 8,3 kg 8,4 kg 8,1 kg Panjang Badan 66,5 cm 79,5 cm 68,5 cm 76 cm 74,7 cm 75,3 cm 76,7 cm Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa untuk informan A berumur 35 tahun, menikah pada umur 22 tahun, pendidikan tamat SLTP, pekerjaan ibu rumah tangga, memiliki suami yang bekerja sebagai buruh pabrik dengan pendapatan keluarga maksimal Rp.1.300.000,-memiliki 5 anggota keluarga dalam satu rumah, dan memiliki satu orang bayi dalam keluarga. Karakteristik baduta yaituS berumur 12 bulan, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara , berjenis kelamin perempuan yang memiliki berat lahir 3,1 kg, BB 6,6 kg, PB 66,5 cm. Sedangkan untuk informan J berumur 25 tahun, menikah pada umur 22 tahun, pendidikan tamat SLTA, pekerjaan ibu rumah tangga, pekerjaan suami sebagai Guru honorer, dengan pendapatan keluarga ± Rp.500.000 per bulan, memiliki empat anggota keluarga dalam satu rumah, dan memiliki satu orang balita dalam keluarga. Karakteristik baduta yaitu Aberumur 23 bulan, merupakan anak pertama, berjenis kelamin laki-laki, memiliki berat lahir 2,7 kg, BB 9,1 kg dan PB 79,5 cm.Kemudian untuk informan K berumur 37 tahun, menikah pada umur 18 tahun, pendidikan tamat SD, pekerjaan ibu rumah tangga, pekerjaan suami sebagai wirausaha, dengan pendapatan keluarga ± Rp.650.000 per bulan, memiliki 6 anggota keluarga dalam satu rumah, dan memiliki satu orang balita dalam keluarga. Karakteristikbaduta yaituI berumur 15 bulan, merupakan anak ke 87 empat dari empat bersaudara, berjenis kelamin laki-laki dengan berat lahir 3 kg, BB 7,2 kg dan panjang badan 68,5 cm. Karakteristik informan selanjutnya yaitu ibu baduta gizi kurang berinisial R berumur 39 tahun, menikah pada umur 16 tahun, pendidikan SD, pekerjaan ibu rumah tangga, memiliki suami yang bekerja sebagai petani dengan pendapatan keluarga maksimal Rp.500.000,- memiliki 6 anggota keluarga dalam satu rumah, dan memiliki satu orang baduta dalam keluarga. Karakteristik baduta yaitu R berumur 24bulan dan merupakan anak ke-empat, berjenis kelamin laki-laki yang memiliki berat lahir 3 kg, BB 8,5 kg, PB 76 cm. Untuk informan A berumur 29 tahun, menikah pada umur 20 tahun, pendidikan tamat SD, pekerjaan ibu rumah tangga, pekerjaan suami sebagai buruh, dengan pendapatan keluarga Rp. 800.000 per bulan, memiliki 4 anggota keluarga dalam satu rumah, dan memiliki satu orang balita dalam keluarga. Karakteristik baduta gizi kurang yaituD berumur 19 bulan, merupakan anak ke- dua, berjenis kelamin perempuan, memiliki berat lahir 3,3 kg, BB 8,3 kg dan panjang badan 74,7 cm. Sedangkan untuk informan S berumur 42 tahun, menikah pada umur 18 tahun, pendidikan tidak sekolah, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan suami SD, pekerjaan suami sebagai petani, dengan pendapatan keluarga ± Rp.500.000 per bulan, memiliki 7 anggota keluarga dalam satu rumah, dan memiliki dua orang balita dalam keluarga. Karakteristik baduta yaitu D berumur 19 bulan, merupakan anak ke-lima dari lima bersaudara, berjenis kelamin laki-laki dengan berat lahir 2,9 kg, BB 8,4 kg dan panjang badan 75,3 cm. 88 Sedangkan untuk informan utama yang terakhir yaitu R berumur 40 tahun, menikah pada umur 16 tahun, pendidikan SD, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan suami tidak sekolah, pekerjaan suami sebagai petani, dengan pendapatan keluarga ± Rp.750.000 per bulan, memiliki 5 anggota keluarga dalam satu rumah, dan memiliki satu orang balita dalam keluarga. Karakteristik baduta yaitu B berumur 18 bulan, merupakan anak ke-lima dari lima bersaudara, berjenis kelamin laki-laki dengan berat lahir 2,7 kg, BB 8,1 kg dan panjang badan 76,7 cm.

5.2.2 Informan Pendukung

1. Keluarga Informan Yang Turut Serta Dalam Kegiatan Pemberian

Makan Bayi Informan pendukung dari keluarga ibu baduta yang mengalami gizi kurang merupakan keluarga dari informan utama yang terlibat dalam kegiatan pengasuhan anak terutama kegiatan pemberian makan, berikut adalah karakteristik keluarga dari bayi gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Sukamulya : Tabel 5.3 Karakteristik Informan Keluarga Bayi Gizi Kurang Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamulya Tahun 2012 Karakter E A AJ KK E R LA KS KR Umur 15 Tahun 69 Tahun 14 Tahun 15 Tahun 17 Tahun 14 Tahun 14 Tahun Jenis Kelamin Perempu an Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Pendidika n SD Tidak Sekolah SLTP SD SLTP SLTP SLTP Pekerjaan - - - - - - - Hubungan dengan Bayi Kakak Nenek Kakak Kakak Kakak Kakak Kakak Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui karakteristik informan keluarga ibu baduta yang terlibat dalam kegiatan pengasuhan anak khususnya kegiatan pemberian makan baduta gizi kurang yaitu terdiri dari informan keluarga 89 E yang merupakan keluarga informan utama A berumur 15 tahun, berjenis kelamin perempuan, pendidikan tamat SD, tidak memiliki pekerjaan dan memiliki hubungan sebagai kakak dari baduta gizi kurang. Sedangkan untuk informan keluarga A yang merupakan keluarga informan utama J berumur 69 tahun, berjenis kelamin perempuan, pendidikan tidak sekolah yang tidak memilki pekerjaan dan memiliki hubungan sebagai nenek dari baduta gizi kurangatau ibu dari ibu baduta gizi kurang. Dan untuk informan keluarga K yang merupakan keluarga informan utama K berumur 14 tahun, berjenis kelamin perempuan, pendidikan tamat SMP, tidak memiliki pekerjaan dan memiliki hubungan sebagai kakak dari bayi. Kemudian karakteristik keluarga baduta gizi kurang lainnya yaitu informan keluarga E yang merupakan keluarga informan utama R berumur 15 tahun, berjenis kelamin perempuan, pendidikan tamat SD, tidak memiliki pekerjaan dan memiliki hubungan sebagai kakak dari bayi. Untuk informan keluarga L yang merupakan keluarga informan utama A berumur 17 tahun, berjenis kelamin perempuan, pendidikan SLTP yang tidak memilki pekerjaan dan memiliki hubungan sebagai kakak dari bayi. Dan untuk informan keluarga K yang merupakan keluarga informan utama S berumur 14 tahun, berjenis kelamin perempuan, pendidikan tamat SLTP, tidak memiliki pekerjaan dan memiliki hubungan sebagai kakak dari baduta gizi kurang. Sedangkan informan keluarga yang terakhir yaituL yang merupakan keluarga informan utama A berumur 17 tahun, berjenis kelamin perempuan, pendidikan SLTP yang tidak memilki pekerjaan dan memiliki hubungan sebagai kakak daribaduta gizi kurang. 90

2. Karakteristik Staf Puskesmas Sukamulya Yang Terlibat Langsung

Dalam Program Perbaikan Gizi Di Klinik Gizi Puskesmas Informan pendukung yang berasal dari staf Puskesmas terdiri dari dua orang informan yang terdiri dari satu orang tenaga pelaksana gizi TPG Puskesmas dan satu orang staf Puskesmas yang terlibat dalam program perbaikan gizi di Puskesmas Sukamulya. Berikut adalah karakteristik TPG Puskesmas dan staf Puskesmas yang terlibat dalam program perbaikan status gizi di Puskesmas Sukamulya: Tabel 5.4 Karakteristik Staf Puskesmas Yang Terlibat Langsung Dalam Program Perbaikan Gizi Di Klinik Gizi Puskesmas Sukamulya Tahun 2012 Karakteristik H H Umur 33 Tahun 35 Tahun Pendidikan D1 Kebidanan S1 Kesehatan Masyarakat Jabatan TPG Staf Program Anak Lama Bekerja 3 Tahun 2 Tahun Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa karakteristikstaf Puskesmasyang terlibat dalam program perbaikan gizi yaitu untuk informanHberumur 33 tahun, pendidikan D1 Kebidanan, memiliki jabatan sebagai TPG Puskesmas dan memiliki pengalaman bekerja di Puskesmas Sukamulya selama tiga tahun. Sedangkan untuk informan staf Puskesmas H berumur 35 tahun, pendidikan SI Kesehatan Masyarakat, memiliki jabatan sebagai staf pemegang program anak yang bertugas di balai pengobatan BP anak di Puskesmas Sukamulya dan memiliki pengalaman bekerja di Puskesmas Sukamulya selama dua tahun. 91

5.3 Hasil Penelitian

Hasil penelitian terdiri dari gambaran perilaku informan utama dalam pola asuh makan yang digambarkan berdasarkan pengetahuan, sikap dan praktiknya dalam pemberian makan yang meliputi pemberian ASI dan MP-ASI pada bayi gizi kurang. Hasil penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam dengan informan utama dengan kriteria informan memiliki anak gizi kurang yang berusia dibawah dua tahun Baduta. Untuk memvalidasi data mengenai praktik pola asuh makan yang didapat dari informan utama, maka dilakukan cross cek data melalui wawancara mendalam dengan beberapa informan pendukung baik dari informan keluarga yang ikut serta dalam pemberian makanan maupun informan pendukung dari staf Puskesmas Sukamulya yang terlibat dalam program perbaikan gizi di klinik gizi Puskesmas Sukamulya. Selain itu, untuk memvalidasi data dalam penelitian ini juga diupayakan dengan cara observasi yang dilakukan rata-rata lebih dari dua kali di rumah informan utama maupun di klinik gizi Puskesmas Sukamulya karena terdapat intensitas pertemuan setiap satu minggu sekali dengan informan di klinik gizi Puskesmas Sukamulya yaitu pada hari senin dimana pada hari tersebut biasanya ibu baduta gizi buruk dan gizi kurang datang untuk melakukan konseling gizi dengan TPG Puskesmas Sukamulya. Selain itu dilakukan cross cek data antar informasi yang didapat dari informan utama dengan catatan atau data yang ada di Puskesmas.

5.3.1 Gambaran Pola Asuh Makan

Pola asuh makan pada baduta meliputi pemberian gizi yang cukup dan seimbang melalui pemberian ASI dan MP-ASI. Gambaran pola pemberian 92 ASI meliputigambaran pengetahuan, sikap dan praktik pemberian ASI, komposisi dan manfaat ASI, waktuusia pemberian ASI pertama kali, Frekuensi pemberian ASI, lama pemberian ASI, dan usia penyapihan. Sedangkan gambaran pola pemberian MP-ASI meliputi gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik pemberian makanan pendamping ASI MP-ASI yang meliputi cara pemberian MP-ASI, waktuusia pemberian MP-ASI pertama kali, frekuensi pemberian MP-ASI, komposisi dan porsi MP-ASI, jenis MP-ASI, serta cara pembuatan MP-ASI yang baik dan tepat untuk anak.

5.3.1.1 Gambaran Pola Pemberian ASI

Pola pemberian ASI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan, sikap dan praktik ibu yang memiliki baduta dengan status gizi kurang terhadap Gambaran pola pemberian ASI meliputigambaran pengetahuan, sikap dan praktik pemberian ASI, komposisi dan manfaat ASI, waktuusia pemberian ASI pertama kali, Frekuensi pemberian ASI, lama pemberian ASI, dan pengetahuan mengenai usia penyapihan.

1. Pengetahuan Pemberian ASI

Pengetahuan mengenai pemberian ASI meliputi pengetahuan tentang ASI, komposisi dan manfaat ASI, waktuusia pemberian ASI pertama kali, Frekuensi pemberian ASI, lama pemberian ASI, dan usia penyapihan. Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan utama, didapatkan hanya ada satu orang informan yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI dan ASI eksklusif terutama tentang manfaat ASI, Frekuensi pemberian ASI, lama pemberian ASI, dan usia penyapihan.Sedangkan pengetahuan tentang komposisi ASI dan waktu yang tepat untuk pemberian ASI 93 pertama kali hampir keseluruhan informan tidak mengetahui kapan waktu yang tepat sebaiknya anak di beri ASI pertama kali, hampir semua informan tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kolostrum dan ada lima orang informan yang menjawab tidak tahu ketika ditanya apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif karna yang mereka ketahui hanya ASI adalah air susu ibu. Berikut kutipannya: “Sing arane ASI iku banyu susu sing emane dudu susu botol atau susu dot, ASI iku ning jerone akeh mengandung vitamin sing bagus genah si bayi, ari ASI eksklusif iku ASI apa yah?ASI dicampur ya nong?” “Yang namanya ASI itu adalah air susu ibu bukan susu botol atau susu dot yang didalamnya banyak mengandung vitamin yang baik untuk si bayi, kalau ASI eksklusif itu ASI apa yah? ASI campuran kali ya neng?” Informan A. “ASI iku ya banyu susu emak, manfa’ate akeh bisa genah kesehatan si bayi, supaya anak ora gampang kena penyakit,lan lebih praktis daripada susu botol, ari ASI eksklusif mah disusui sampe 6 bulan” “ ASI itu ya air susu ibu, manfaatnya banyak bisa untuk kesehatan bayi supaya anak tidak mudah sakit dan lebih praktis dibandingkan susu formula, kalau ASI eksklusif itu disusui sampai 6 bulan Informan J. “ASI mah banyu susu emak, ari ASI eksklusif mah ora weruh nong” “ASI itu air susu ibu, kalau ASI eksklusif saya tidak tahu neng” Informan K. “ASI iku air susu ibu sing bagus genah si bayi” ASI itu adalah air susu ibu yang baik untuk bayiInforman R 94 Sedangkan pengetahuan mengenai usia pemberian ASI pertama kali, sebagian besar informan berpendapat bahwa pemberian ASI pertama kali yang tepat ialah setelah tiga hari kelahiran anak. Sebagian besar informan berpendapat bahwa ASI di hari pertama, hari kedua dan ketiga setelah kelahiran anak tidak bagus karena berwarna kekuningan dan dianggap kotor. Berikut kutipannya: “ Telung dina seentase lahiran nong karna banyu susu memiti mah warnane kuning belok ” “Tiga hari setelah melahirkan neng, karna ASI yang pertama kali keluar warnanya kuning dan kotor” Informan A. “Embuh yah ora pati kelingan, pokone mah begitu banyu susu metu langsung disedotaken tapi ikugah sing kuning-kuninge mah dibuang dipit bokan ora teger” “ Tidak tahu sudah lupa, pokonya begitu ASI keluar langsung diberikan kepada bayi tapi itupun dibuang dulu cairan kuningnya kolostrum khawatir tidak baik” Informan J. “Biasane mah rong dina seentase lahir karna dina memiti mah biasane durung metu” Biasanya dua hari setelah melahirkan karena hari pertama biasanya ASI belum keluar” Informan K. Tetapi ada juga informan yang mengetahui kapan sebaiknya ASI pertama kali diberikan yaitu segera setelah bayi dilahirkan hanya saja menurut informan ASI nya belum keluar sehingga bayi tidak mau mengisap puting susunya. Berikut kutipannya : 95 “Atuh susu mah baguse mah digain langsung tembeke clek tapi ya berhubung banyu susune ora metu ya si bayine ora gelem nyedot tapi ya laju tek olesi madu susu kitane supaya dikecropi ning si bayi” ASI itu sebaiknya diberikan segera setelah bayi dilahirkan tapi berhubung karna air susu saya tidak langsung keluar jadi si bayi tidak mau menghisap puting susu tapi langsung saya olesi madu supaya bayi mau menghisap susu Informan A. “Atuh lah kitamah semetune banyu susu be ngko gah wis ana banyu susune mah merengpeng lamun ora disedot ning si bayi” Kalau saya mah sekeluarnya air susu saja langsung saya kasih ke si bayi karna nanti kalau tidak diberikan kepada bayi payudara saya akan terasa sakit Informan R. “Semetune be lah ari durung metu banyu susune mah digai mangan gedang tah apatah bokan kelaparan ko anak kita” Sekeluarnya air susu aja lah kalau air susunya belum keluar dikasih makan pisang juga tidak apa-apa daripada anak saya nanti kelaparan Informan R. Dan mengenai pengetahuan frekuensi pemberian ASI atau seberapa sering anak diberi ASI dalam sehari rata-rata ibu bayi memberikan ASI kepada anaknya setiap kali anaknya menangis meminta ASI. Berikut kutipannya: “Pokone mah unggal anak nangis atuh ya di sosoni” “ Pokonya setiap anak menangis ya diberi ASI Informan A. “Pirang balen yah ora keitung, sing jelasmah lamun anak ngelih atau nangis buru-buru disosoni” 96 “Berapa kali yah tidak terhitung pokoknya setiap anak lapar dan menangis cepat-cepat disusui” Informan J. “Pirang-pirang balen unggal anak pengen nyusu atuh disosoni” “Berkali-kali setiap anak pengen nyusu ya kita susui” Informan K. Pengetahuan mengenai lama pemberian ASI atau berapa waktu yang dibutuhkan setiap kali menyusui rata-rata informan menjawab sampai si bayi merasa kenyang dan berhenti menangis. Berikut kutipannya : “Biasane lamun wis wareg mah si bayi laju turu ngko gah ucul dewek” “Biasanya kalau sudah kenyang si bayi langsung tertidur nanti juga lepas sendiri” Informan A. “Atuh sewarege be ko gah wis wareg mah nyusune liren dewek” “Ya sampai kenyang nanti juga kalau sudah kenyang berhenti sendiri” Informan J “Sampe wareg“ “Sampai kenyang Informan K. Sedangkan pengetahuan mengenai usia penyapihan hampir semua informan berpendapat bahwa penyapiha sebaiknya dilakukan sampai anak berusia 2 tahun, tetapi ada satu informan yang berpendapat bahwa anak sebaiknya disapih sebelum berusia 2 tahun karena kalau sudah lebih dari dua tahun biasanya akan semakin sulit untuk melakukan penyapihan. Berikut kutipannya : “Ari kitamah arep sampe rong taun bae lah supaya anak kita pinter lan ngkone nurut ning wong tua” “Kalau saya mau sampe usia 2 tahun aja supaya anak saya pinter dan nantinya nurut sama orangtua” Informan A. 97 “Biasane mah sampe umur rong tahun yah tapi embuh kih lah saikine wis pegel nyokoti bae apamaning wis ana untune mah sampe bengkak kadang” “Biasanya sih sampai usia dua tahun tapi tidak tau nih sekarang saja sudah capek ngegigit terus apalagi sudah ada giginya kadang sampe bengkak” Informan J. “Umur rong tahun sing bagusmah” “Yang bagus sampe usia dua tahun” Informan K.

2. Sikap Pemberian ASI

Gambaran sikap pemberian ASI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapat informan utama dalam hal pentingnya ASI, komposisi dan manfaat ASI, waktuusia pemberian ASI pertama kali, Frekuensi pemberian ASI, lama pemberian ASI, dan usia penyapihan. Dari hasil wawancara yang dilakukan, seluruh informan berpendapat bahwa pemberian ASI kepada baduta merupakan hal yang penting dilakukan. Ketika ditanya alasannya, mereka menjawab karena ASI merupakan makanan yang lengkap untuk balita dan tidak merepotkan atau lebih praktis dalam pemberiannya dibandingkan dengan susu formula, serta dapat menjadikan bayi mereka sehat dan pintar. Berikut kutipannya: “Penting lah, wong jere bidan gah ASI sing paling bagus lan praktis dibandingkan susu formula” Penting dong, orang kata bidan juga ASI yang paling bagus dan praktis dibandingkan susu formula Informan A. 98 “Penting nong, lagian ora di gai ASI mah arep digain apa tuku susu botol larang” Penting neng, lagian kalau tidak diberi ASI mau diberi apa beli susu formula mahal Informan J. “Penting nong, bayi sing ora disosoni mah gampang kena penyakit” Penting neng, bayi yang tidak diberi ASI mudah terkena penyakit Informan K. “Penting nong, ASI mah siji-sijine pepanganan si bayi sing bagus genah kesehatan lan kecerdasan si bayi” Penting neng, ASI itu satu-satunya makanan bayi yang baik untuk kesehatan dan kecerdasan si bayiInforman S . “Penting lah, wong wadon mah wis perantine nyosoni ora gelem nyosoni mah aja dadi wong wadon” Penting donk, perempuan mah sudah seharusnya menyusui anaknya kalau tidak mau menyusui jangan jadi perempuanInforman R. Selain itu hampir seluruh informan berpendapat bahwa sebaiknya melakukan penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun karena mereka beranggapan bahwa perintah agama yang mereka yakini adalah aturan yang paling bijaksana dan paling tepat untuk kebaikan ibu dan bayi. Tetapi informan mengemukakan bahwa itupun tergantung situasi dan kondisi ibu dan bayiartinya kalau ibunya sehat dan memungkinkan untuk terus memberikan ASI maka ASI akan terus diberikan sampai anak berusia 2 tahun.

3. Praktek Pemberian ASI

99 Praktek pemberian ASI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah praktik pemberian ASI yang dilakukan informan utama untuk bayinya, meliputi pemberian ASI, komposisi dan manfaat ASI, waktuusia pemberian ASI pertama kali, Frekuensi pemberian ASI, lama pemberian ASI, dan usia penyapihan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan utama, didapatkan hasil bahwa sebagian besar informan berpendapat bahwa ASI memang sebaiknya langsung diberikan kepada bayi segera setelah bayi dilahirkan. Namun meskipun demikian, pada prakteknya sebagian besar informan mengatakan bahwa ASI mereka baru keluar setelah tiga hari melahirkan sehingga mereka mengganti ASI dengan susu formula,madu, dan air putih bahkan ada yang langsung diberi pisang dan tape singkong sampai ASI mereka keluar. Masalah lain adalah banyak informan yang tidak memberikan kolostrumnya kepada anak karena mereka menganggap cairan tersebut kotor dan tidak baik untuk anak. Selain itu untuk lamanya pemberian ASI, lima informan selalu memberikan ASI sampai anak merasa kenyang dan berhenti menangis. Tidak ada batasan waktu untuk lamanya pemberian ASI. Untuk usia penyapihan hampir semua informan melakukan penyapihan sampai anak berusia dua tahun. Berdasarkan penelitian diketahui gambaran praktik pemberian ASI pada ibu baduta gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Sukamulya diketahui satu orang informan mengaku sudah tidak memberikan ASI sejak bayi berusia empat bulan karena bayi tidak mau menyusu dengan alasan ASI yang keluar sedikit, dan beberapa informan lainnya mengaku sudah mulai memberikan makanan selain ASI seperti buah pisang, tape singkong, madu, dan makanan maupun minuman lain sejak bayi mereka dilahirkan. Sebagian informan tersebut berpendapat bahwa 100 anak yang langsung diberi makanan tambahan selain ASI sejak bayi berusia kurang dari 6 bulan agar bayi tersebut memiliki badan yang kuat dan berisi selain itu pemberian makanan selain ASI sebelum anak berusia 6 bulan dimaksudkan agar anak tidak teru menangis karena merasa kelaparan. Sedangkan frekuensi pemberian ASI menurut sebagian besar informan tidak bisa memastikan berapa kali dalam sehari karena tidak terhitung mereka hanya dapat memperkirakan yaitu sebanyak 8-10 kali dalam sehari. Dan waktu pemberian ASI menurut seluruh informan adalah ketika anak menangis, minta menyusu, mengantuk atau pada jam biasanya bayi diberikan ASI.

5.3.1.2 Pola Pemberian MP-ASI

Pola pemberian MP-ASI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan, sikap dan praktik ibu yang memiliki bayi dengan status gizi kurang yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukamulya dalam hal pemberian makanan pendamping ASI MP-ASIyang meliputi cara pemberian MP-ASI, waktuusia pemberian MP-ASI pertama kali, frekuensi pemberian MP- ASI, komposisi dan porsi MP-ASI, jenis MP-ASI, serta cara pembuatan MP-ASI yang baik dan tepat untuk bayi.

1. Pengetahuan Pemberian MP-ASI

Pengetahuan mengenai pemberian MP-ASI meliputi pengetahuan tentang cara pemberian MP-ASI, waktuusia pemberian MP-ASI pertama kali, frekuensi pemberian MP-ASI, komposisi dan porsi MP-ASI, jenis MP-ASI, serta cara pembuatan MP-ASI yang baik dan tepat untuk bayi. Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan utama,lima dari tujuh orang informan utama memiliki pengetahuan yang sedikit 101 terkait MP-ASI. Dari ke lima orang informan tersebut tiga orang diantaranya berpendapat bahwa MP-ASI adalah makanan pengganti ASI atau yang biasa disebut PASI.Sedangkan 2 orang informan lain berpendapat bahwa MP-ASI adalah produk makanan olahan atau bubur yang dijual khusus untuk bayi. Hampir semua informan menyebutkan merek dagang bubur bayi karena yang mereka tahu MP-ASI adalah bubur bayi. Selain itu hampir semua informan tidak mengetahui komposisi MP-ASI yang tepat untuk diberikan kepada bayi yang mereka ketahui hanya frekuensi makan anak yaitu tiga kali dalam sehari. Hampir semua informan berpendapat bahwa anak harus diberi makan sampai bayi merasa kenyang dan menolak untuk disuapi. Pengetahuan mengenai cara pembuatan MP-ASI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan mengenai cara penyiapan dan pengolahan makanan yang tepat, serta penyajian makanan yang baik bagi baduta. Menurut sebagian besar informan utama cara pembuatan MP-ASI yang baik adalah bahan makanan dimasak sampai matang, dengan cara dikukus dan direbus untuk bahan makanan seperti beras, digoreng untuk bahan makanan sejenis lauk, dan direbus atau ditumis untuk bahan makanan sejenis sayuran. Selain itu beberapa informan menambahkan bahan makanan seperti telur. Berikut kutipannya:

2. Sikap Pemberian MP-ASI

Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu Khomsan dkk, 2007. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa informan utama yang memiliki pengetahuan tidak baik mengenai cara pemberian MP-ASI, resiko pemberian 102 MP-ASI dini, tujuan MP-ASI, komposisi dan porsi pemberian MP-ASI, syarat- syarat pemberian MP-ASI, jenis MP-ASI, serta cara pembuatan MP-ASI juga memiliki sikap yang tidak baik terkait pemberian MP-ASI. Selain itu informan utama yang memiliki pengetahuan yang buruk mengenai waktu yang tepat dalam pemberian MP-ASI, ternyata juga menunjukkan sikap yang buruk mengenai hal tersebut, yang bisa dilihat dari ketidaksetujuan mereka jika balita hanya diberikan ASI saja sampai usia empat atau enam bulan.

3. Praktek Pemberian MP-ASI

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar informan utama memiliki praktik yang secara umum termasuk tidak sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Hampir semua informan mengaku memberikan MP- ASI jauh sebelum anak berusia enam bulan, selain itu mereka juga berpendapat ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dengan alasan bayi masih tetap menangis dan rewel meski sudah diberi ASI, sehingga mereka beranggapan bahwa bayi harus diberi makanan selain ASI supaya tidak rewel dan menangis. Selain itu, hampir semua informan menunjukkan praktek yang tidak sesuai terkait komposisi dan porsi MP-ASI yang diberikan kepada bayi. Hampir semua informan hanya memberikan makanan pendamping ASI berupa bubur bayi yang dijual bebas dipasaran, setelah usianya bertambah mereka mengganti makanannya berupa nasi biasa yang diberi kuah sayur atau kecap.Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan informan yang rata-rata masih rendah yaitu tingkat SD sehingga memungkinkan tingkat pengetahuan yang dimiliki juga masih sangat rendah. 103 Sebagaimana menurut pendapat Notoatmodjo 2003, yang mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Selain itu Sanjur 1982 dalam Khomsan dkk 2007 juga menyatakan bahwa konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan. 104

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Pengetahuan Pemberian ASI

Pola asuh makan pada bayi meliputi pemberian gizi yang cukup dan seimbang melalui pemberian air susu ibu ASI dan makanan pendamping ASI MP-ASI. Memberikan hanya ASI dalam enam bulan pertama kehidupan bayi adalah yang paling baik dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi, dilanjutkan dengan pemberian MP-ASI yang tepat serta ASI dilanjutkan pemberiannya sampai usia dua tahun merupakan kunci agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal Depkes RI, 2008. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa sebagian besar informan utama memiliki pengetahuan yang sama hampir di semua aspek pemberian ASI kepada bayi dan baduta. Terutama dalam pengetahuan terkait ASI eksklusif, ada tiga orang informan utama yang berpendapat bahwa ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai anak berusia enam bulan. Pendapat ini dianggap kurang tepat karena menurut WHO, ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan ataupun minuman selain ASI sampai bayi berusia enam bulan.Sebelumnya ASI eksklusif hanya memberikan ASI sebagai makanan bayi dianjurkan hingga bayi berumur 4 bulan. Setelah itu bayi diberi makanan pendamping berupa sari buah dan bubur. Namun sejak tahun 2001, berdasarkan hasil-hasil penelitian, world health organization WHO menganjurkan pemberian 105 ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan. Sedangkan ke empat informan utama lainnya mengaku tidak tahu mengenai ASI eksklusif. Sedangkan Ke empat informan lainnya tidak memiliki pengetahuan yang baik terkait ASI eksklusif. Namun meskipun demikian semua informan utama sedang atau masih menyusui anaknya pada saat penelitian ini berlangsung. Permasalahannya adalah hampir semua ibu menyusui yang menjadi informan dalam penelitian ini tidak memberikan ASI secara eksklusif karena mereka tidak mengetahu dan mengerti pentingnya manfaat ASI eksklusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu hal ini dimungkinkan karena kebiasaan-kebiasaan pola pemberian ASI yang sudah terbentuk sebelumnya. Hal ini bisa dilihat dari gambaran beberapa informan yang pada dasarnya memiliki pengetahuan yang cukup tetapi tetap tidak menyusui anaknya secara eksklusif. Permasalahan lain yang timbul terkait pengetahuan pemberian ASI adalah mengenai kolostrum, hampir semua informan tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan kolostrum. Mereka juga tidak mengetahui mengenai komposisi ASI.Namun meskipun demikian beberapa informan utama mengetahui manfaaat ASI mereka berpendapat bahwa ASI merupakan makanan utama bayi yang banyak mengandung zat gizi yang penting bagi pertumbuhan dan kesehatan serta kecerdasan bayi. Hal ini sesuai dengan hasil-hasil penelitian WHO 1993 yang berpendapat bahwa ASI merupakan pangan kompleks yang mengandung zat-zat gizi lengkap dan bahan-bahan bioaktif yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan pemeliharaan kesehatan bayi.Selain itu, hampir semua informan juga memiliki pengetahuan yang sama baik perihal frekuensi pemberian ASI, 106 waktulamanya pemberian ASI serta usia penyapihan. Mereka berpendapat bahwa frekuensi pemberian ASI diberikan sesering mungkin atau setiap saat bayi menginginkan ASI. Mengenai waktulamanya pemberian ASI semua informan utama juga berpendapat bahwa tidak ada batasan waktu pemberian ASI. Hal ini berarti ASI diberikan ibu setiap saat sampai bayi merasa puas dan kenyang. Menurut As’ad 2002bahwa pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat terutama ASI eksklusif. Pengetahuan mengenai waktuusia yang tepat pemberian ASI pertama kali ada empat orang informan utama yang berpendapat bahwa ASI seharusnya diberikan segera setelah bayi dilahirkan. Ke tiga informan lainnya berpendapat bahwa waktu pemberian ASI pertama kali ialah tiga sampai lima hari setelah bayi dilahirkan, hal ini dikarenakan pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan biasanya ASI masih berwarna kekuningan yang dianggap kotor dan tidak baik untuk kesehatan bayi. Hal ini jelas tidak sesuai karena menurut As’ad 2002, bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan karena ASI merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4 bulan pertama. ASI yang diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A.

6.2 Sikap Pemberian ASI

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara

1 35 122

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Gambaran Pola Asuh pada Baduta Stunting Usia 13-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2015

1 24 245

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 3 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 7

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 19

gambaran status gizi batita terhadap pola asuh keluarga miskin dan tidak miskin di wilayah kerja puskesmas pulubala

0 0 14

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINASA UPA TAHUN 2012

0 0 106

Gambaran Pola Asuh Ibu Anak Balita Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Karuwisi kota Makassar Tahun 2012 - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 1 96