Makanan Pendamping ASI MP-ASI

37 dengan susunan gizi ASI, sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menyebabkan akibat sampingan. Akan tetapi belum ada PASI yang tepat menyerupai susunan ASI As’ad, 2002. Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok masyarakat budaya tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan. Bahkan ada yang baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun. Sebaliknya, pada masyarkat urban bayi disapih terlalu dini yaitu baru beberapa hari lahir sudah diberi makanan tambahan Arisman, 2004. Menurut Sulistjani 2001, seiring bertambahnya usia anak, ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk menunjang tumbuh kembang dan status gizi anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. Setelah berumur 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI.

2.4.3 Makanan Pendamping ASI MP-ASI

Makanan Pendamping ASI MP-ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia enam bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi gizi bayi. Pemberian makanan pendamping dilakukan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima macam- macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa. Untuk menjamin kesehatan dan pertumbuhan yang baik butuhmenu seimbang dengan susunan hidangan empat sehat lima sempurna.Menu seimbang, cukup energi, 38 protein bagi pertumbuhan dan imunitasserta reparasi dan pemeliharaan, cukup lemak esensial dan vitamin larutlemak, vitamin lain dan mineral dalam jumlah memadai. Empat sehatlima sempurna cermin pola makanan yang dianjurkan bagi keluarga.Terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah, susu. Makananpokok adalah makanan dalam porsi besar, sebagai sumber energi. Laukpauk adalah penyedap makanan pokok lazimnya adalah sumberprotein. Sayuran maupun buah adalah sumber vitamin dan mineral. Anak yang berusia 0-4 bulan cukup diberi ASI, makanan laintidak diperlukan. Pemberian makanan pendamping ASI pada usia 0-4bulan memberi risiko terkena sakit seperti diare dan penyakit lainnya.penelitian di Bangladesh menemukan 41 sampel makanan dan 50sampel air telah terkontaminasi bakteri E. Coli Black, seperti dikutipAkre, 1994. Risiko jangka pendek pemberian makanan selain ASI padasaat yang belum tepat berupa penurunan frekuensi dan intensitaspengisapan payudara yang akhirnya menurunkan produksi ASI. Risikojangka panjang menimpa anak melalui dua mekanisme, efek kumulatifdan praktek diet yang tak menguntungkan tetapi terpolakan pada anakAkre,1994. Makanan anak 0-4 bulan adalah ASI semata. Pada usia 4-6 bulananak diberi ASI serta buah 1-2 kali dan makanan lunak 1 kali. Saatberumur 6-9 bulan anak diberi ASI plus buah 1-2 kali dan makanan lunak1 kali dan makanan lembek 2 kali. Umur 9-12 bulan anak tetap diberiASI, plus buah 1-2 kali dan makanan lembek 3 kali. Pada anak usialebih 1 tahun masih tetap diberi ASI plus buah 1-2 kali, makanan pokok serta lauk pauk 4 kali atau lebih Depkes, 2000; Krisnatuti, 2000 39 Makanan lumat adalah makanan bentuk lumat atau halus,misalnya bubur susu. Makanan lembek adalah makanan dengankonsistensi mendekati makanan padat tetapi tidak sepenuhnya padat,seperti nasi atau bubur tim Almatsier, 2004. Pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat Sulistijani, 2001. Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Disamping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Menjelang usia sembilan bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Karena itu jelaslah, bahwa pada saat tersebut bayi siap mengkonsumsi makanan setengah padat Arisman, 2004. Selain itu saat bayi berumur enam bulan ke atas, sistem percernaannya juga sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase dan sebagainya juga telah diproduksi sempurna pada saat ia berumur enam bulan Anonim, 2005. Ada dua tujuan pengaturan makanan untuk anak usia 0-24 bulan As’ad, 2002 : 1. Untuk mendidik kebiasaan makan anak yang baik 2. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup yaitu untuk pemeliharaan atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, 40 pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikomotor serta melakukan aktivitas fisik. Makanan untuk anak usia 0-24 bulan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut As’ad, 2002 : 1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur 2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera makan 3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan faali anak 4. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan. Pemberian makanan padat sebaiknya diberikan pada umur yang tepat. Resiko pemberian makanan padat sebelum umur adalah : 1. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas 2. Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut 3. Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan 4. Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang tidak diinginkan 41 5. Kemungkinan pencemaran dalam penyediaan atau penyimpanannya. Sebaliknya, penundaan pemberian makanan padat menghambat pertumbuhan jika energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak mencukupi lagi kebutuhannya Pudjiadi, 1990. Makanan tambahan untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : nilai energi dan kandungan protein cukup, dapat diterima dengan baik, harganya relatif murah, sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal. Makanan tambahan pada bayi hendaknya juga bersifat padat gizi dan mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna sedikit mungkin. Sebab serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu pencernaan Muchtadi,1994. Menurut Arisman 2004, pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, dari mulai bentuk bubur cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat.Pemberian pertama cukup 2 kali sehari, satu atau dua sendok teh penuh. Pada usia 6-9 bulan bayi setidak-tidaknya membutuhkan empat porsi. Menginjak usia 9 bulan bayi telah mempunyai gigi dan mulai pandai menguyah makanan. Sekitar usia 1 tahun bayi sudah mampu memakan makanan orang dewasa. Anak usia 2 tahun memerlukan makanan separuh takaran orang dewasa. Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan baru boleh diberikan setelah bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan. Sebab, diawal 42 masa penyapihan, ASI masih merupakan makanan pokok. Sementara makanan sapihan hanyalah sebagai pelengkap. Kemudian secara berangsur ASI berubah fungsi sebagai makanan tambahan, sementara makanan sapihan menjadi santapan utama Arisman, 2004. Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia 4 – 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi Roesli, 2000. Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0 sampai 24 Bulan Makanan Bayi Umur 0-6 bulan adalah sbb : 1. Berikan hanya ASI saja sampai berumur enam bulan ASI Eksklusif. Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Berikan ASI dari kedua payudara. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya Depkes, 2000. 2. Kolostrum jangan dibuang tetapi harus segera diberikan pada bayi. Walaupun jumlahnya sedikit, namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan frekuensinya tidak perlu dijadwal diberikan pagi, siang, dan malam hari. Serta sebaiknya jangan memberikan makanan atau minuman air kelapa, air tajin, air teh, 43 madu, pisang dan lain-lain pada bayi sebelum diberikan ASI karena sangat membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui Dinkes Prop SU, 2005. Makanan Bayi Umur 6 sampai 9 Bulan adalah sbb : 1. Pemberian ASI diteruskan 2. Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki refleks mengunyah. Contoh MP-ASI terbentuk halus antara lain bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MP-ASI dan berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1 sampai 2 sendok makan, 1 sampai 2 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis MP-ASI yang lainnya. 3. Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI dimanfaatkan seoptimal mungkin. 4. Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa makanan tersebut. Makanan bayi umur 9 sampai 12 bulan sbb : 1. Pemberian ASI diteruskan 44 2. Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek yaitu berupa nasi tim saringbubur campur saring dengan frekuensi dua kali dalam sehari 3. Untuk mempertinggi nilai gizi dalam makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapamargarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak. 4. Kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga. 5. Berikan makanan selingan satu kali sehari, dipilih makanan selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah dan lain-lain dan diusahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin. 6. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari. Makanan anak umur 12 sampai 24 bulan : 1. Pemberian ASI diteruskan. 2. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari. 45 3. Berikan makanan bervariasi dengan menggunakan padanan bahan makanan. 4. Menyapih anak harus dilakukan secara bertahap dan jangan secara tiba-tiba 5. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit

2.4.4 Kebutuhan Gizi Anak Usia 0 sampai 24 Bulan

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara

1 35 122

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Gambaran Pola Asuh pada Baduta Stunting Usia 13-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2015

1 24 245

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 3 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 7

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 19

gambaran status gizi batita terhadap pola asuh keluarga miskin dan tidak miskin di wilayah kerja puskesmas pulubala

0 0 14

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINASA UPA TAHUN 2012

0 0 106

Gambaran Pola Asuh Ibu Anak Balita Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Karuwisi kota Makassar Tahun 2012 - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 1 96