Kebutuhan Gizi Anak Usia 0 sampai 24 Bulan

45 3. Berikan makanan bervariasi dengan menggunakan padanan bahan makanan. 4. Menyapih anak harus dilakukan secara bertahap dan jangan secara tiba-tiba 5. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit

2.4.4 Kebutuhan Gizi Anak Usia 0 sampai 24 Bulan

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktifitas, berat badan dan tinggi badan Uripi,2004. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Oleh karena itu, pangan harus tersedia pada setiap saat dan tempat dengan jumlah dan mutu yang memadai Soekirman, 2000. Kebutuhan energi dan protein bayi dan balita relatif besar jika dibandingkan dengan orang dewasa sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak perempuan dan laki-laki dalam hal kebutuhan energi dan protein. Kecukupan akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Namun untuk protein, angka kebutuhannya bergantung pada mutu protein. Semakin baik mutu protein, semakin rendah angka kebutuhan protein. Mutu protein bergantung pada susunan asam amino yang membentuknya, terutama asam amino essensial. Sulistijani,2001. Konsumsi pangan anak bayi dan balita harus cukup dan seimbang karena anak balita sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Berikut 46 penjelasan masing-masing zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi usia 0 sampai 24 bulan : 1. Energi AKG 2004 untuk bayi berumur 0 sampai 6 bulan adalah 550 kkalhari dan untuk bayi berumur 7 sampai 11 bulan 650 kkalhari. Angka untuk bayi sehat dengan berat ini ditetapkan untuk bayi sehat dengan berat badan rata-rata 6,0 kg dan panjang badan dan rata-rata 60 cm untuk bayi berumur 0 sampai 6 bulan, dan rata-rata 8,5 dan 71 cm untuk bayi berumur 7 sampai 11 bulan. Kebutuhan energi bayi terutama ditetapkan oleh ukuran tubuhh, aktivitas fisik, dan kecepatan pertumbuhan. Kebutuhan energi sehari meningkat selama tahun pertama, akan tetapi kebutuhan energi per unit ukuran tubuh turun sesuai dengan perubahan pada kecepatan tumbuh bayi. Pengaruh aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi berbeda dengan tiap bayi, namun rata-rata meningkat seiring dengan meningkatnya umur sesuai dengan perkembangan keterampilan motorik. Ada bayi yang diam dan tenang, ada pula yang lebih banyak bergerak dan menagis. Cara paling baik menilai kecukupan asupan energi bayi adalah dengan memonitor perkembangna berat badan dan panjang badan bayi. Kurva berat badan dan panjang bayi mengikuti umur 0 sampai 12 bulan menurut standar WHO 2005. 2. Protein Bayi memerlukan protein untuk mesintetiskan jaringn baru yang diperlukan untuk pertumbuhan serta mensintesis enzim, hormon dan berbagai ikatan 47 fisiologis penting lainnya. Kandungan protein tubuh meningkat sebanyak kurang lebih 11 hingga 15 selama tahun pertama. AKG protein 2004 untuk bayi berumur 0 sampai 6 bulan adalah sebanyak 10ghari, dan untuk bayi berumur 7 sampai 11 bulan sebanyak 16 ghari. 3. Air Bayi membutuhkan air per unit ukuran tubuh yang lebih tinggi dari pada orang dewasa. Sebagian besar air berada didalam ruangan ekstraseluler. Ginjal bayi belum berfungsi dengna sempurna. Kdua hal ini menyebabkan bayi rentan terhadap ketidakseimbangan air. Kebutuhan air ditetapkan oleh jumlah air yang keluar, kebutuhan air untuk untuk pertumbuhan, dan cairan yang diperoleh dari makanan. Kehilangna air terjadi melalui penguapan melalui kulit dan saluran pernapasan kehilangna air tidak terasa, melalui keringat, urine, dan feses. Selama pertumbuhan, diperlukan tambahan air, karena air merupakan bagian dari jaringan dan untuk penambahan cairan tubuh. Kehilangan air pada bayi dan anak-anak melalui penguapan merupakan lebih dari 60 dari asupan air yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan tubuh homeostasisi. Untuk orang dewasa angka iin adalah 40-50. Pada semua umur, kurang lebih 24 kehilangan panas basal terjadi melalui penguapan melelui kulit dan saluran pernapasan. Ini sama dengan 45 ml kehilangan air yang tidak terasa per 100 kkal energi yang dikelaurkan. Kehilangan air rata- rata melalui penguapan pada bayi berusia satu bulan diperkirakan sebanyak 210 mlhari, sedangkan pada usia satu tahun sebanyak 500 mlhari. 48 Kehilangna air melalui penguapan meningkat dengan kenaikan suhu tubuh demam dan kenaikan suhu udara. Kenaikan kelembaban udara menurunkan pengeluaran air melalui pernapasan. Kehilangan air pada bayi diperkirakan sebanyak 10 mlkg berat badan. Kebutuhan air bayi yang dianjurkan adalah sebanyak 1,5 mlkkal energi yang dibutuhkan National Research Council, 1989 dalam Worthington Roberts dan Wiliams, 2000. Bila bayi diberi terlalu banyak air, dapat menimbulkan keracunan air yang menyebabkan hyponatremia, mudah tersinggung dan tidak sadarkan diri koma. Dalam keadaan normal bayi yang mendapat ASI atau susu formula saja selama enam bulan pertama kelahiran tidak membutuhkan tambahan air. 4. Lemak Lemak merupakan zat gizi penghasil energi yang paling tinggi konsentrasinya. Lemak kurang lebih meliputi 50 energi yang diperoleh bayi apabila ASI atau susu formula merupakan satu-satunya sumber gizi yang diperolehnya. Energi yang diperoleh dari lemak menghemat protein agar digunakan untuk sintesis jaringan. Dengna diberikannya makanan pendamping ASI MP-ASI kepada bayi pada usia enam bulan, persen energi berasal dari lemak ini akan menurun. Proporsi lemak energi akan meningkat bila bayi secara berangsur memeakan makanan keluarga yang mengandung lemak tinggi. 5. Vitamin dan Mineral Kebutuahan mineral dan vitamin dipengaruhi oleh kecepatan tumbuh, mineralisasi tulang, peningkatan panjang tulang dan volume darah, serta asupan energi, protein, dan lemak. AKG tahun 2004 untuk kalsium, fosfor, 49 magnesium, vitamin A, D, E, K, tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, piridoksin, vitamin , dan vitamin C. dapat dilihat pada Tabel 5.1. 6. Besi Tidak ada catatan tentang angka Anemi Gizi Besi pada bayi di Indonesia. Angka Anemi Gizi Besi untuk balita pada tahun 2001 sebesar 48,1 Atmarita dan Tatang S. Falah dalam Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004. Bayi yang mendapat ASI atau susu formula yang difortifikasi dengan besi diharapkan tidak mengalami Anemi Gizi Besi. Bayi kemungkinan menderita Anemi Gizi Besi bila tidak mendapat ASI atau susu formula yang tidak difortifikasi dengan besi. Dan tidak mendapt asupan MP-ASI yang cukup mengandung besi umur enam belas keatas. Kekurangan besi pada bayi dapat menimbulkan akibat jangka panjang. 7. Kalsium dan fosfor AKG 2004 untuk kalsium dan fosfor didasarkan pengamatan terhadap bayi yang terutama mendapat ASI. Kalsium yang berasal dari ASI dapat di absorpsi dengna baik, sedangkan kalsium dari susu formula hanya diabsorpsi sebesar 38. Susu formula komersial hanya mengandung kalsium lebih tinggi daripada ASI untuk kompensasi absorpsi yang lebih rendah ini. Di waktu yang lalu banyak perhatian diberikan terhadap perbandingan antara jumlah kalsium dan fosfor Ca:P yang dikonsumsi. Bayi sehat ternyata dapat menyesuaikan diri terhadap banyknya fosfor yang dikonsumsi, sehingga jumlah asupan fosfor dari susu formula tidak perlu dipermasalahkan. 50 8. Asam Lemak Untuk menjaga oertumbuhan dan perkembangan neurologis, hendaknya makanan bayi mengandung cukup asam lemak esensial berupa asam linoleat dan linolenat. Asam arakidonat bukan asam lemak esensial karena dapat dibentuk dalam tubuh dari alasan linoleat. Asam linoleat merupakan asam lemak dengan rantai karbon -18 dari kelompok -6, sedangkan asam linolenat adalah sam lemak dengan rantai karbon -18 dari kelompok -3. Kekurangan asam linolenat atau asam arakidonat karbon-20, -6 menyebabkan kulit bersisik, rambut rontok, diare, dan luka sukar sembuh. Kandungan energi ASI sebanyak 3-7 berasal dari asam linoleat. American Academy of Pediactrics dan Food and Drug Administration dalam Washington-Roberts dan Williams 2000 menyatakn bahwa susu formula hendaknya sekurangnya mengandung 300 mg asam linoleat 100 kkal, atau 2,7 energi totalnya berasal dari sam linoleat. Asam lemak esensial merupakan perkursor asam lemak rantai panjang lain yang diperlukan untuk fungsi normal sel. Manusia memppunyai kemampuan untuk membuat asam lemak ini bila asam lemak esensial tersedia dalam jumlah cukup. Kemampuan ini hanya dimiliki bayi secara terbatas, terutama pada bayi yang lahir sebelum waktunya prematur . Akhir-akhir ini perhatian banyak ditunjukan terhadap pentingnya asupan asam lemak rantai panjang dari jenis -3 dan -6. ASI mengandung asam lemak rantai panjang berupa asam lemak -3 dan - 6. Jaringan otak dan jaringan saraf lain pada janin dan bayi selama enam bulan 51 sesudah lahir banyak mengnadung asam lemak -3 dokosahetksanoat DHA. Bayi mempunyai kemampuan terbatas untuk mensintesis DHA dari asam lemak -3 linolenat. Karena itulah lebih tingginya tingkat kecerdasan anak yang diberi ASI mungkin disebabkan oleh ketersediaan DHA yang cukup di dalam ASI. Banyak hasil penelitian menunjukan peningkatan kemampuan visual pada bayi yang mnedapat susu formula dengan penambahan DHA. Namun, beberapa hasil penelitian menunjukan penambahan DHA pada susu formula untuk bayi prematur menunjukan penambahan DHA pada susu formula untuk bayi prematur menunjukan laju pertumbuhan yang lebih rendah. Yang paling utama yang perlu diperhatikan adlah keseimbangan antara lemak -3 dan -6. 9. Vitamin larut-air Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 menetapkan Angka Kecukupan Gizi untuk tubuh jenis vitamin larut-air, yaitu tiamin , ribovlafin , niasin , pridoksin , folat , siankobalamin , dan asam akrobat vitamin C . Kebutuhan bayi didasarkan asupan rata- rata sehari yang diperoleh dari ASI. Pertimbangan yang diambil dalam penentuan ini adalah : 1 Kebutuahn akan tiamin dan ribovlafin berhubungan dengan asupan energi, karena perananannya ribovflavin berhubungan dengan asupan energi; 2 Karena triptofan dapat dirubah menjadi niasian, penetapan kebutuahn dasar akan niasin sulit dilakukan. ASI mengandung 15 mg niasin dan 210 mg triptofan per liter; 3 Piridoksin mempunyai fungsi sebagai faktor 52 koenzim dalam metabolisme asam amino dan lipdia, serta merupakan komponene kunci dari struktur genetik deoxrybonucleic acid DNA dalam inti sel. Kebutuhan akan piridoksin meningkat sesuai dengan asupan protein; 4 Kobalamin vitamin terutama terdapat dalam makanan hewani. Tanda-tanda kekurangan vitamin terlihat pada bayi yang ibunya mengikuti diet vegetarian atau yang mengalami anemi pernisiosa; 5 Simpanan folat dalam tubuh bayi waktu lahir sangat sedikit dan cepat habis. Folat dalam serum dan eritrosit turun di bawah nilai folat orang dewasa setelah bayi berumur dua minggu dan tetap pada niali tersebut selama tahun pertama kehidupan. Kebutuhan folat bayi dapat dipenuhi melalu ASI dan susu formula; 6 Bayi baru lahir yang mengkonsumsu sebanyak 7 hingga 12 mghari vitamin C asam askorbat dapat dilindungi dari scurvy. Asupan sebanyak 30 mghari, berdasarkan jumlah yang dapat dipenuhi ASI, dianjurkan selama 6 bulan pertama kehidupan. Bayi yang mendapat ASI atau susu formula memperoleh cukup vitamin C. 10. Seng Dibadingkan dengan besi, tidak banyak diketahui tentang kebutuhan dan absorpsi seng pada bayi. Bayi tampaknya menyesuaikan diri dengna berbagai tingkat asupan seng dengan cara meningkatkan atau menurunkan tingkat absorpsinya. Tingkat absorpsi seng yang berasal dari susu formula dilaporkan berkisar antara 41 pada asupan total yang rendah hingga 17 pada asupan total yang tinggi. 53 11. Flour Konsumsi flour yang cukup diperlukan untuk pembentukan gigi. Sebaliknya kelebihan dapat menimulkan florosis. Kecukupan flour tubuh hendaknya diperiksa pada usia enam bulan. Bila konsumsi flour rendah, sebaiknya bayi diberikan suplemen flour. Kandungan flour ASI sangat rendah. Di Indonesia penggunaan air minum yang ditambahkan flour belum merata, namun belum ada anjuran untuk memberi suplemen flour pada bayi. 12. Vitamin A Sejak tahun 1992 kekurangan vitamin A tidak merupakan masalah nasional di Indonesia BennyKodiyat dkk. Dalam risalah Widykarya Nasional Pangan dan Gizi, 1994. ASI, susu formula, dan susu sapi meruakan sumber-sumber vitamin A. Vitamin A diperlukan bayi untuk pengelihatan normal, mencegah infeksi, untuk pertumbuhan dan perkembangan. Untuk pencegahan, dilanjutkan pemebrian vitamin A dosis tinggi 100.000 SI satu kali kepada bayi yang berumur 6-12 bulan Depkes RI, 2006. 13. Vitamin D Vitamin D bersama dengan kalsium, fosfor, dan protein berfungsi dalam pembentukan tulang. Bayi yang tinggal di daerah tropis, termasuk Indonesia jarang mengalami kekurangan vitamin D karen avitamin D dapt dibentuk di bawah kulit bila terkena sinar matahari. Oleh karena itulah bayi perlu kena sinar matahari tiap pagi 14. Vitamin E 54 Vitamin E merupakan antioksiden yang di perluka untuk memelihara kebutuhan dinding sel tubuh. Angka kecukupan vitamin E sehari 2004 bagi bayi berumur 0-6 adalah 4 mg sedangkan bagi bayi berumur 7-11 bulan sejumlah 5 mg. ASI mengandung cukup vitamin E. 15. Vitamin K Vitamin K dperlukan untuk pembekuan koagulasi darah dan proses fisiologis lannya. Pada waktu lahir, bayi mempunyai simpanan vitamin K yang rendah sehingga beresiko tinggi mengalami pendarahan, yang dapat terjadi dua hingga sepuluh hari sesuda lahir. Bayi mendapat ASI beresiko lebih tinggi untuk mengalaminya. Oleh sebab itu, dianjurkan memeberi bayi sebanyak 1 mg melalui suntikan intramuskular segera setelah lahir. Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 bahwa jumlah zat gizi yang dibutuhkan bayi berusia 7-12 bulan adalah sebesar 650 kalori energi dan16 gram protein. Demikian juga zat-zat gizi lainnya yang dibutuhkan seperti vitamin, niasin, dan lain-lain dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut : Tabel 2.1 Jumlah Kebutuhan Zat Gizi Pada Bayi Zat Gizi Kelompok Umur Nama Satuan 0-6 7-12 12-36 Energi Protein Vitamin A Tiamin Riboflavin Niasin Vitamin B12 Asam Folat Vitamin C Kkal gr RE mg mg mg mg μ g mg mg mg 550 10 375 0,3 0,3 2 0,4 65 40 200 100 650 16 400 0,4 0,4 4 0,5 80 40 400 225 1000 25 400 0,5 0,5 6 0,9 150 40 500 400 55 Kalsium Fosfor Besi Seng Iodium mg mg μ g 5 1,3 90 7 7,5 90 8 8,2 90 Sumber : Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 Sumber: Nelson, Textbook of Pediatrics. Dalam : Penuntun Diit Anak, 1992

2.4.5 Persiapan dan Penyimpanan Makanan

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara

1 35 122

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Gambaran Pola Asuh pada Baduta Stunting Usia 13-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2015

1 24 245

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 3 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 7

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 2 19

gambaran status gizi batita terhadap pola asuh keluarga miskin dan tidak miskin di wilayah kerja puskesmas pulubala

0 0 14

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINASA UPA TAHUN 2012

0 0 106

Gambaran Pola Asuh Ibu Anak Balita Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Karuwisi kota Makassar Tahun 2012 - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 1 96